Seiring dengan menyalanya lampu di dalam mobil, Kenneth pun terbangun. Dia yang diganggu itu merasa sedikit marah. Satu detik kemudian, dia memalingkan kepalanya, lalu berpapasan dengan tatapanku.Kali ini, Kenneth baru menyingkirkan rasa marahnya. “Apa konser sudah berakhir?” Dia berlagak layaknya tidak terjadi apa-apa saja. Seolah-olah masalah dia membohongiku, apalagi menemani Solana selama 2 hari ini, hanyalah ilusiku saja.Aku sudah capek, tidak ingin bersandiwara lagi. “Semalam orang yang kamu lihat di rumah sakit itu aku. Kenneth, waktu itu aku berdiri sekitar 10 meter darimu. Salah, seharusnya lebih dekat lagi. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, suamiku sedang khawatirin wanita lain.”“Aku juga mendengar kamu mengaku di hadapan suster bahwa kamu itu suaminya. Jadi, ketika kamu telepon aku semalam, aku tahu kamu lagi bohongin aku.”Ujung bibirku sedikit berkedut. Aku menatapnya sembari melanjutkan, “Oh, iya, dia juga lagi hamil. Dia hamil anak kalian, ‘kan?”Setiap kata-k
Baca selengkapnya