Ruangan itu sunyi, hanya suara langkah kaki di luar sesekali terdengar. Maura duduk di tepi tempat tidur, kedua matanya tampak memerah dan bengkak karena menangis terlalu lama. Tirai jendela tertutup rapat, menghalangi cahaya matahari masuk. Kamar itu lebih terasa seperti sebuah penjara daripada tempat tinggal, meskipun seluruh elemen kemewahan menguar dari setiap sudutnya. Pintu pun terbuka dengan perlahan, seiring dengan Rhexton yang melangkah masuk sesudahnya. Pria itu mengenakan setelan kasual yang terlihat terlalu rapi untuk suasana seperti ini. Wajahnya yang biasanya lembut kini tampak dingin, tanpa sedikit pun rasa penyesalan yang terlukis di sana. “Maura,” panggilnya dengan suara rendah. “Kamu tidak bisa terus seperti ini.” Maura tidak bergerak. Pandangannya tetap tertuju pada lantai, mengabaikan sepenuhnya keberadaan Rhexton. “Maura,” ulang Rhexton, kali ini dengan nada yang lebih tegas. Ia melangkah lebih dekat, mencoba menangkap perhatian wanita itu.
Last Updated : 2025-01-02 Read more