Share

111. Selamat

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2024-12-26 07:28:45

Di dalam sebuah kamar sederhana yang remang-remang, seorang pria terbaring tak berdaya di atas ranjang.

Wajahnya penuh luka memar, dan tubuhnya yang biasanya gagah kini hanya menyisakan bekas-bekas kekerasan yang hampir merenggut nyawanya. Keringat dingin membasahi dahinya, dan bibirnya yang pucat terus menggumamkan nama yang sama berulang kali.

“Moora... Moora...”

Suara itu terdengar lirih namun penuh dengan keputusasaan.

Ia tampak tersiksa, baik secara fisik maupun emosional, seolah sedang berada di ambang kesadaran antara hidup dan mati.

Wanita berambut ikal kemerahan yang duduk di samping ranjang, menggigit bibir bawahnya dengan cemas.

Ia memeras kain kecil di tangannya lalu menempelkan kain dingin itu ke dahi si pria, mencoba meredakan demamnya. Namun usaha itu terasa sia-sia.

Luka-lukanya terlalu parah, dan kondisinya semakin memburuk setiap detik.

"Dia tidak akan bertahan lebih lama lagi," wanita itu berkata dengan suara bergetar, menatap pria yang berdi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
mama khus
gak jelas gak rutin up nya
goodnovel comment avatar
Rini Aries Tvk
ayolah Thooorrr.... jangan kelamaan up nyaaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Virginity For Sale    112. Sepihak

    Suara sirene polisi yang melengking memenuhi udara, menciptakan ketegangan di dalam rumah sakit. Petugas bersenjata lengkap berhamburan masuk seraya menginstruksikan semua orang untuk tetap di tempat mereka masing-masing. Lewis dan Leona berdiri di sudut ruang tunggu, mencoba terlihat tenang meskipun dada mereka kini tengah berdegup dengan kencang. "Untung aku sempat menelepon mereka sebelumnya," bisik Leona dengan suara serak. Ia memegang erat lengan kakaknya, menggenggamnya seakan itu satu-satunya cara untuk tetap tenang. "Keputusan yang cerdas, sist," balas Lewis, bersyukur atas inisiatif adiknya itu. Maniknya terus mengawasi setiap gerakan para petugas polisi yang menyisir setiap sudut rumah sakit. "Tapi kita belum sepenuhnya aman. Kita harus memastikan Tuan Raven selamat." Kondisi Raven sangat kritis, kehilangan darah yang signifikan membuatnya berada di ambang kematian. Di balik pintu ruang operasi itu para Dokter pun bergerak cepat. Lalu beberapa menit kemudi

    Last Updated : 2024-12-31
  • Virginity For Sale    113. Identitas Baru

    Ruangan itu sunyi, hanya suara langkah kaki di luar sesekali terdengar. Maura duduk di tepi tempat tidur, kedua matanya tampak memerah dan bengkak karena menangis terlalu lama. Tirai jendela tertutup rapat, menghalangi cahaya matahari masuk. Kamar itu lebih terasa seperti sebuah penjara daripada tempat tinggal, meskipun seluruh elemen kemewahan menguar dari setiap sudutnya. Pintu pun terbuka dengan perlahan, seiring dengan Rhexton yang melangkah masuk sesudahnya. Pria itu mengenakan setelan kasual yang terlihat terlalu rapi untuk suasana seperti ini. Wajahnya yang biasanya lembut kini tampak dingin, tanpa sedikit pun rasa penyesalan yang terlukis di sana. “Maura,” panggilnya dengan suara rendah. “Kamu tidak bisa terus seperti ini.” Maura tidak bergerak. Pandangannya tetap tertuju pada lantai, mengabaikan sepenuhnya keberadaan Rhexton. “Maura,” ulang Rhexton, kali ini dengan nada yang lebih tegas. Ia melangkah lebih dekat, mencoba menangkap perhatian wanita itu.

    Last Updated : 2025-01-02
  • Virginity For Sale    114. Pilihan

    Rhexton menggenggam tangan Maura dengan lembut, saat mereka memasuki sebuah ballroom mewah. Hari ini bertepatan dengan acara pesta penyambutan Rhexton sebagai CEO untuk King Enterprise diadakan. Tatapan mata semua orang pun langsung tertuju pada mereka, pasangan yang mencuri perhatian. Rhexton dengan penampilannya yang elegan, serta Maura yang mengenakan gaun hitam yang sederhana namun memikat dan elegan. Namun Maura tidak menunjukkan senyum sama sekali. Ia tetap berjalan tanpa memedulikan semua tatapan yang tertuju pada mereka. Di sisi lain, Rhexton berusaha bersikap santai, seolah-olah ketegangan yang terjadi di antara mereka itu tak ada artinya sama sekali. “Bersikaplah sedikit lebih ramah, Maura. Ini acara penting bagiku,” bisik Rhexton sambil mendekatkan wajahnya ke telinga istrinya. “Kalau begitu, mungkin kamu seharusnya datang sendiri,” jawab Maura dengan nada datar dan pandangan yang tetap lurus ke arah depan. Rhexton menghela napas pelan, berusaha mengontr

    Last Updated : 2025-01-03
  • Virginity For Sale    115. Suamiku

    Matahari mulai menyelinap masuk melalui celah-celah tirai kamar tidur yang megah. Cahaya keemasan membelai wajah Rhexton, membuatnya perlahan terbangun. Tubuhnya terasa hangat, bukan karena selimut tebal yang menyelimuti mereka, tetapi karena Maura yang berada dalam dekapannya. Untuk sesaat Rhexton tidak bergerak. Ia ingin menikmati momen langka yang selama ini hanya bisa ia bayangkan. Di antara pagi yang hening dan udara yang segar, ia merasakan napas lembut Maura di dadanya. Rambut hitam panjang istrinya menyentuh lehernya, aroma manisnya memenuhi indra penciumannya. Rhexton tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat ia akan memiliki kesempatan seperti ini... tidur dalam satu ranjang bersama Maura, tanpa ada jarak yang memisahkan mereka. Meskipun tidak ada cinta yang sepenuhnya terbalas, namun kehadirannya di sini bersama Maura sudah cukup membuat hatinya terasa penuh. Jemarinya bergerak pelan untuk membelai lembut lengan Maura yang melingkari pinggangnya. Ada rasa

    Last Updated : 2025-01-04
  • Virginity For Sale    116. Bertemu

    116. Bertemu BEBERAPA HARI SEBELUMNYA… Suara rintik hujan di luar jendela menciptakan melodi tenang yang menemani percakapan serius di dalam sebuah ruang rahasia. Ruangan itu remang-remang, diterangi hanya oleh lampu meja kecil yang memancarkan sinar kuning redup. Raven duduk di kursi kayu dengan punggung yang tegap dan matanya menyorot penuh fokus. Di hadapannya berdiri Lewis dan Leona, saudara kandung yang telah menjadi sekutunya. "Penyamaran kali ini bukan hanya soal masuk ke tempat itu tanpa ketahuan," ujar Raven perlahan, suaranya datar namun penuh tekanan. "Aku harus benar-benar menjadi orang lain." Leona memiringkan kepalanya dengan kedua alis terangkat. “Apa Tuan ingin aku yang akan mengubah wajah Anda sepenuhnya? Itu bukan masalah besar.” Raven menatapnya tanpa ekspresi yang tak bisa ditebak. "Tapi masalahnya, wajah yang berbeda saja tidak akan cukup, Leona. Aku butuh seseorang untuk jadi perantara, seseorang yang bisa berbicara untukku. Dan kamu ya

    Last Updated : 2025-01-06
  • Virginity For Sale    117. Membingungkan

    Rhexton berjalan keluar dari ruang rapat dengan langkah mantap dan kepala tegak, serta pikirannya fokus pada apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Baru saja ia selesai memimpin rapat dengan penuh percaya diri, memberikan arahan yang jelas, dan memastikan bahwa semua strategi untuk memajukan King Enterprise terlaksana dengan baik. Tobias mendekati Rhexton setelah rapat selesai, matanya mengamati cucunya dengan penuh kebanggaan. "Rhexton," ucap Tobias sambil melangkah mendekat. "Aku harus mengakui, kamu sudah menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Kamu bisa memimpin perusahaan ini dengan baik, dan aku rasa tak lagi memerlukan aku di sini. King Enterprise kini telah berada di tangan yang tepat." Rhexton menatap kakeknya dengan penuh rasa hormat. Meskipun ia sudah siap memimpin, namun merasa masih banyak yang perlu dipelajari. "Aku tidak bisa melakukan ini tanpa bimbinganmu, Kakek," jawabnya dengan tulus. "Terima kasih telah memberikan kesempatan ini padaku. Aku akan beru

    Last Updated : 2025-01-07
  • Virginity For Sale    118. Tak Bisa Melupakan

    Suara langkah kaki Leona bergema samar di lorong panjang yang dipenuhi lukisan-lukisan kuno dan rak-rak penuh buku. Dinding marmer putih yang dingin menambah kesan megah sekaligus menyesakkan, membuat setiap hembusan napasnya terasa berat. Ia berjalan perlahan, jemarinya yang lentik menggenggam erat ponsel kecil yang tersembunyi di balik mantel hitamnya. Sesekali ia melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada seorang pun yang memperhatikan. Mansion milik Tobias King tidak seperti bangunan biasa. Pengawasan ketat di setiap sudut membuat gerak-geriknya harus sehalus bayangan. Kamera tersembunyi dan alat pendeteksi gerakan tersebar di mana-mana, tapi Leona sudah mempelajari tata letaknya. Ia tidak akan membiarkan dirinya tertangkap. Begitu tiba di salah satu ruangan kosong, Leona mengunci pintu di belakangnya dan menyalakan ponsel. Ia mengetuk tombol dengan hati-hati, membuka saluran aman yang sudah diprogram khusus untuk menghindari deteksi. Beberapa detik berlalu sebelum su

    Last Updated : 2025-01-08
  • Virginity For Sale    119. Suara Lirih Dari Lorong Yang Gelap

    Rhexton sedang berada di sebuah butik perhiasan terkenal. Ia terlihat penuh tekad saat hendak memilih satu set kalung, gelang, cincin, dan giwang yang sempurna untuk istrinya. Ia menyebutkan ciri-ciri Maura kepada konsultan perhiasan dengan penuh perhatian. "Istriku cantik, lembut, berambut hitam panjang, dan memiliki sepasang bola mata gelap yang berkilau indah." Rhexton meminta pendapat konsultan perhiasan untuk memilihkan perhiasan yang akan cocok dengan semua ciri-ciri itu, berharap bisa membuat Maura merasa begitu dihargai dan istimewa. Konsultan itu pun dengan cermat memilihkan perhiasan-perhiasan indah yang terbuat dari batu mulia langka, yang sesuai dengan aura lembut dan elegan Maura. Rhexton membelinya dengan harga yang fantastis tak peduli berapa pun biayanya, yang penting ia bisa memberi Maura sesuatu yang layak. Ia juga memutuskan untuk membawa seikat besar bunga mawar merah muda, merasa bunga itu serta warnanya sangat cocok untuk istrinya yang lembut dan m

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Virginity For Sale    122. Aku Akan Merebutmu Kembali

    Leona memejamkan mata, membiarkan memori masa lalu itu membanjiri pikirannya. Ia ingat dinginnya malam ketika ia dan kakaknya dikepung oleh preman, terjebak tanpa jalan keluar. Kemudian datanglah seorang bocah dengan mata kelabunya yang dingin menatap dunia, seolah ia bisa menaklukkan segalanya. Dialah Raven King. “Aku tahu, Kak,” bisiknya. “Aku tahu kita berutang nyawa padanya.” Lewis tersenyum kecil meski Leona tidak bisa melihatnya. “Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Rhexton tidak perlu sadar kalau dia sedang digoda. Cukup mainkan peranmu dengan cerdas. Dan gunakan taktik yang tepat.” Leona menarik napas panjang sekali lagi. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Doakan aku.” Lewis tertawa pelan. “Selalu, Leona. Selalu." *** "RAVEN!!" Dengan napas yang tersengal, Maura terbangun dengan tiba-tiba. Matanya terbelalak menatap langit-langit kamar, tangannya terulur seolah ingin menyentuh sesuatu yang tak ada di sana. Namun hanya keheningan yang menyergapnya.

  • Virginity For Sale    121. Bayang Kerinduan

    Raven berdiri di sudut gelap koridor, memperhatikan ruang kerja Tobias King dari kejauhan. Sebelum malam tiba, ia telah menyusun strategi untuk menyusup dan memeriksa lorong rahasia yang disebutkan oleh Leona. Namun tampaknya rencana itu terpaksa tertunda, saat melihat lebih dari sepuluh pengawal bersenjata lengkap berjaga di depan pintu ruang kerja tersebut. Matanya yang berlapis kontak lensa biru itu pun tajam memindai setiap inci ruangan, mencari celah yang bisa dimanfaatkan. Tetapi penjagaan terlalu rapat, sesuatu yang jarang terjadi di Mansion ini. Kenapa tiba-tiba mereka meningkatkan pengamanan? Raven menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan kemarahannya yang perlahan membumbung. Ketika ia mencoba berbaur dengan pelayan dan staf keamanan lainnya, telinganya menangkap percakapan salah satu pengawal yang membelakanginya. "Penyusup itu berani sekali," guman pria bertubuh besar dengan nada geram. "Masuk dan keluar seperti bayangan, bahkan membajak semua CC

  • Virginity For Sale    120. Seribu Kali Lebih Gila

    Langkah Rhexton terlihat mantap ketika membawa Maura masuk ke dalam mansion megah dengan kedua tangan mereka masih bertaut. Jari-jari pria itu menggenggam tangannya dengan erat, namun Maura memutuskan untuk membiarkan saja. Ia tidak melawan, meskipun di dalam hati merasa gelisah. Karena ada sesuatu yang menggelitik rasa ingin tahunya. Bukan tentang Rhexton, tapi tentang seseorang lain yang diam-diam mengisi pikirannya. Matanya kembali bergerak melirik untuk mencari sosok tertentu, dan meski ia mencoba menepis, jantungnya pun berdebar lebih cepat dari biasanya. Ryland. Apa yang akan pria itu lakukan? Apa reaksinya melihat ia dan Rhexton bersama seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul tanpa bisa dicegah, membuatnya mengutuk dirinya sendiri karena mengharapkan hal yang bahkan tak masuk akal. Untuk apa ia peduli? Ryland hanya seorang pengawal! Bukan suaminya, bukan seseorang yang punya hak atas dirinya. Tapi jauh di dalam lubuk hati, Maura tahu bahwa ia peduli... l

  • Virginity For Sale    119. Suara Lirih Dari Lorong Yang Gelap

    Rhexton sedang berada di sebuah butik perhiasan terkenal. Ia terlihat penuh tekad saat hendak memilih satu set kalung, gelang, cincin, dan giwang yang sempurna untuk istrinya. Ia menyebutkan ciri-ciri Maura kepada konsultan perhiasan dengan penuh perhatian. "Istriku cantik, lembut, berambut hitam panjang, dan memiliki sepasang bola mata gelap yang berkilau indah." Rhexton meminta pendapat konsultan perhiasan untuk memilihkan perhiasan yang akan cocok dengan semua ciri-ciri itu, berharap bisa membuat Maura merasa begitu dihargai dan istimewa. Konsultan itu pun dengan cermat memilihkan perhiasan-perhiasan indah yang terbuat dari batu mulia langka, yang sesuai dengan aura lembut dan elegan Maura. Rhexton membelinya dengan harga yang fantastis tak peduli berapa pun biayanya, yang penting ia bisa memberi Maura sesuatu yang layak. Ia juga memutuskan untuk membawa seikat besar bunga mawar merah muda, merasa bunga itu serta warnanya sangat cocok untuk istrinya yang lembut dan m

  • Virginity For Sale    118. Tak Bisa Melupakan

    Suara langkah kaki Leona bergema samar di lorong panjang yang dipenuhi lukisan-lukisan kuno dan rak-rak penuh buku. Dinding marmer putih yang dingin menambah kesan megah sekaligus menyesakkan, membuat setiap hembusan napasnya terasa berat. Ia berjalan perlahan, jemarinya yang lentik menggenggam erat ponsel kecil yang tersembunyi di balik mantel hitamnya. Sesekali ia melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada seorang pun yang memperhatikan. Mansion milik Tobias King tidak seperti bangunan biasa. Pengawasan ketat di setiap sudut membuat gerak-geriknya harus sehalus bayangan. Kamera tersembunyi dan alat pendeteksi gerakan tersebar di mana-mana, tapi Leona sudah mempelajari tata letaknya. Ia tidak akan membiarkan dirinya tertangkap. Begitu tiba di salah satu ruangan kosong, Leona mengunci pintu di belakangnya dan menyalakan ponsel. Ia mengetuk tombol dengan hati-hati, membuka saluran aman yang sudah diprogram khusus untuk menghindari deteksi. Beberapa detik berlalu sebelum su

  • Virginity For Sale    117. Membingungkan

    Rhexton berjalan keluar dari ruang rapat dengan langkah mantap dan kepala tegak, serta pikirannya fokus pada apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Baru saja ia selesai memimpin rapat dengan penuh percaya diri, memberikan arahan yang jelas, dan memastikan bahwa semua strategi untuk memajukan King Enterprise terlaksana dengan baik. Tobias mendekati Rhexton setelah rapat selesai, matanya mengamati cucunya dengan penuh kebanggaan. "Rhexton," ucap Tobias sambil melangkah mendekat. "Aku harus mengakui, kamu sudah menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Kamu bisa memimpin perusahaan ini dengan baik, dan aku rasa tak lagi memerlukan aku di sini. King Enterprise kini telah berada di tangan yang tepat." Rhexton menatap kakeknya dengan penuh rasa hormat. Meskipun ia sudah siap memimpin, namun merasa masih banyak yang perlu dipelajari. "Aku tidak bisa melakukan ini tanpa bimbinganmu, Kakek," jawabnya dengan tulus. "Terima kasih telah memberikan kesempatan ini padaku. Aku akan beru

  • Virginity For Sale    116. Bertemu

    116. Bertemu BEBERAPA HARI SEBELUMNYA… Suara rintik hujan di luar jendela menciptakan melodi tenang yang menemani percakapan serius di dalam sebuah ruang rahasia. Ruangan itu remang-remang, diterangi hanya oleh lampu meja kecil yang memancarkan sinar kuning redup. Raven duduk di kursi kayu dengan punggung yang tegap dan matanya menyorot penuh fokus. Di hadapannya berdiri Lewis dan Leona, saudara kandung yang telah menjadi sekutunya. "Penyamaran kali ini bukan hanya soal masuk ke tempat itu tanpa ketahuan," ujar Raven perlahan, suaranya datar namun penuh tekanan. "Aku harus benar-benar menjadi orang lain." Leona memiringkan kepalanya dengan kedua alis terangkat. “Apa Tuan ingin aku yang akan mengubah wajah Anda sepenuhnya? Itu bukan masalah besar.” Raven menatapnya tanpa ekspresi yang tak bisa ditebak. "Tapi masalahnya, wajah yang berbeda saja tidak akan cukup, Leona. Aku butuh seseorang untuk jadi perantara, seseorang yang bisa berbicara untukku. Dan kamu ya

  • Virginity For Sale    115. Suamiku

    Matahari mulai menyelinap masuk melalui celah-celah tirai kamar tidur yang megah. Cahaya keemasan membelai wajah Rhexton, membuatnya perlahan terbangun. Tubuhnya terasa hangat, bukan karena selimut tebal yang menyelimuti mereka, tetapi karena Maura yang berada dalam dekapannya. Untuk sesaat Rhexton tidak bergerak. Ia ingin menikmati momen langka yang selama ini hanya bisa ia bayangkan. Di antara pagi yang hening dan udara yang segar, ia merasakan napas lembut Maura di dadanya. Rambut hitam panjang istrinya menyentuh lehernya, aroma manisnya memenuhi indra penciumannya. Rhexton tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat ia akan memiliki kesempatan seperti ini... tidur dalam satu ranjang bersama Maura, tanpa ada jarak yang memisahkan mereka. Meskipun tidak ada cinta yang sepenuhnya terbalas, namun kehadirannya di sini bersama Maura sudah cukup membuat hatinya terasa penuh. Jemarinya bergerak pelan untuk membelai lembut lengan Maura yang melingkari pinggangnya. Ada rasa

  • Virginity For Sale    114. Pilihan

    Rhexton menggenggam tangan Maura dengan lembut, saat mereka memasuki sebuah ballroom mewah. Hari ini bertepatan dengan acara pesta penyambutan Rhexton sebagai CEO untuk King Enterprise diadakan. Tatapan mata semua orang pun langsung tertuju pada mereka, pasangan yang mencuri perhatian. Rhexton dengan penampilannya yang elegan, serta Maura yang mengenakan gaun hitam yang sederhana namun memikat dan elegan. Namun Maura tidak menunjukkan senyum sama sekali. Ia tetap berjalan tanpa memedulikan semua tatapan yang tertuju pada mereka. Di sisi lain, Rhexton berusaha bersikap santai, seolah-olah ketegangan yang terjadi di antara mereka itu tak ada artinya sama sekali. “Bersikaplah sedikit lebih ramah, Maura. Ini acara penting bagiku,” bisik Rhexton sambil mendekatkan wajahnya ke telinga istrinya. “Kalau begitu, mungkin kamu seharusnya datang sendiri,” jawab Maura dengan nada datar dan pandangan yang tetap lurus ke arah depan. Rhexton menghela napas pelan, berusaha mengontr

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status