Beranda / Romansa / Virginity For Sale / 118. Tak Bisa Melupakan

Share

118. Tak Bisa Melupakan

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 17:34:19

Suara langkah kaki Leona bergema samar di lorong panjang yang dipenuhi lukisan-lukisan kuno dan rak-rak penuh buku.

Dinding marmer putih yang dingin menambah kesan megah sekaligus menyesakkan, membuat setiap hembusan napasnya terasa berat.

Ia berjalan perlahan, jemarinya yang lentik menggenggam erat ponsel kecil yang tersembunyi di balik mantel hitamnya. Sesekali ia melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada seorang pun yang memperhatikan.

Mansion milik Tobias King tidak seperti bangunan biasa. Pengawasan ketat di setiap sudut membuat gerak-geriknya harus sehalus bayangan.

Kamera tersembunyi dan alat pendeteksi gerakan tersebar di mana-mana, tapi Leona sudah mempelajari tata letaknya. Ia tidak akan membiarkan dirinya tertangkap.

Begitu tiba di salah satu ruangan kosong, Leona mengunci pintu di belakangnya dan menyalakan ponsel.

Ia mengetuk tombol dengan hati-hati, membuka saluran aman yang sudah diprogram khusus untuk menghindari deteksi.

Beberapa detik berlalu sebelum su
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Virginity For Sale    119. Suara Lirih Dari Lorong Yang Gelap

    Rhexton sedang berada di sebuah butik perhiasan terkenal. Ia terlihat penuh tekad saat hendak memilih satu set kalung, gelang, cincin, dan giwang yang sempurna untuk istrinya. Ia menyebutkan ciri-ciri Maura kepada konsultan perhiasan dengan penuh perhatian. "Istriku cantik, lembut, berambut hitam panjang, dan memiliki sepasang bola mata gelap yang berkilau indah." Rhexton meminta pendapat konsultan perhiasan untuk memilihkan perhiasan yang akan cocok dengan semua ciri-ciri itu, berharap bisa membuat Maura merasa begitu dihargai dan istimewa. Konsultan itu pun dengan cermat memilihkan perhiasan-perhiasan indah yang terbuat dari batu mulia langka, yang sesuai dengan aura lembut dan elegan Maura. Rhexton membelinya dengan harga yang fantastis tak peduli berapa pun biayanya, yang penting ia bisa memberi Maura sesuatu yang layak. Ia juga memutuskan untuk membawa seikat besar bunga mawar merah muda, merasa bunga itu serta warnanya sangat cocok untuk istrinya yang lembut dan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Virginity For Sale    120. Seribu Kali Lebih Gila

    Langkah Rhexton terlihat mantap ketika membawa Maura masuk ke dalam mansion megah dengan kedua tangan mereka masih bertaut. Jari-jari pria itu menggenggam tangannya dengan erat, namun Maura memutuskan untuk membiarkan saja. Ia tidak melawan, meskipun di dalam hati merasa gelisah. Karena ada sesuatu yang menggelitik rasa ingin tahunya. Bukan tentang Rhexton, tapi tentang seseorang lain yang diam-diam mengisi pikirannya. Matanya kembali bergerak melirik untuk mencari sosok tertentu, dan meski ia mencoba menepis, jantungnya pun berdebar lebih cepat dari biasanya. Ryland. Apa yang akan pria itu lakukan? Apa reaksinya melihat ia dan Rhexton bersama seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul tanpa bisa dicegah, membuatnya mengutuk dirinya sendiri karena mengharapkan hal yang bahkan tak masuk akal. Untuk apa ia peduli? Ryland hanya seorang pengawal! Bukan suaminya, bukan seseorang yang punya hak atas dirinya. Tapi jauh di dalam lubuk hati, Maura tahu bahwa ia peduli... l

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Virginity For Sale    121. Bayang Kerinduan

    Raven berdiri di sudut gelap koridor, memperhatikan ruang kerja Tobias King dari kejauhan. Sebelum malam tiba, ia telah menyusun strategi untuk menyusup dan memeriksa lorong rahasia yang disebutkan oleh Leona. Namun tampaknya rencana itu terpaksa tertunda, saat melihat lebih dari sepuluh pengawal bersenjata lengkap berjaga di depan pintu ruang kerja tersebut. Matanya yang berlapis kontak lensa biru itu pun tajam memindai setiap inci ruangan, mencari celah yang bisa dimanfaatkan. Tetapi penjagaan terlalu rapat, sesuatu yang jarang terjadi di Mansion ini. Kenapa tiba-tiba mereka meningkatkan pengamanan? Raven menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan kemarahannya yang perlahan membumbung. Ketika ia mencoba berbaur dengan pelayan dan staf keamanan lainnya, telinganya menangkap percakapan salah satu pengawal yang membelakanginya. "Penyusup itu berani sekali," guman pria bertubuh besar dengan nada geram. "Masuk dan keluar seperti bayangan, bahkan membajak semua CC

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Virginity For Sale    122. Aku Akan Merebutmu Kembali

    Leona memejamkan mata, membiarkan memori masa lalu itu membanjiri pikirannya. Ia ingat dinginnya malam ketika ia dan kakaknya dikepung oleh preman, terjebak tanpa jalan keluar. Kemudian datanglah seorang bocah dengan mata kelabunya yang dingin menatap dunia, seolah ia bisa menaklukkan segalanya. Dialah Raven King. “Aku tahu, Kak,” bisiknya. “Aku tahu kita berutang nyawa padanya.” Lewis tersenyum kecil meski Leona tidak bisa melihatnya. “Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Rhexton tidak perlu sadar kalau dia sedang digoda. Cukup mainkan peranmu dengan cerdas. Dan gunakan taktik yang tepat.” Leona menarik napas panjang sekali lagi. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Doakan aku.” Lewis tertawa pelan. “Selalu, Leona. Selalu." *** "RAVEN!!" Dengan napas yang tersengal, Maura terbangun dengan tiba-tiba. Matanya terbelalak menatap langit-langit kamar, tangannya terulur seolah ingin menyentuh sesuatu yang tak ada di sana. Namun hanya keheningan yang menyergapnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Virginity For Sale    123. Api Yang Sulit Padam

    Rhexton melangkah ke dalam ruang kerja sang kakek dengan tenang, aroma kayu mahoni yang memenuhi ruangan memberikan rasa nostalgia. Tobias King duduk bersandar di balik meja besar yang dipenuhi dokumen dan foto-foto masa lalu, tampak lebih lelah dari biasanya. “Rhexton,” sapanya serak seraya mengangkat kepala dengan seulas senyum tipis di wajahnya. “Ada apa? Apa kalian semua baik-baik saja?” Rhexton tersenyum kecil, menutup pintu di belakangnya. “Maura baik-baik saja. Aku memastikan dia cukup istirahat, dan bayi kami tumbuh dengan sehat.” Tobias mengangguk puas, lalu batuk pelan ke dalam saputangan yang ia genggam. “Bagus. Aku tetap menjaga jarak. Flu ini cukup mengganggu, dan aku tidak ingin menularkan kepada istrimu atau anak yang ia kandung.” Rhexton mengamati wajah sang kakek yang tampak lebih pucat dari biasanya. “Kesehatan kakek lebih penting. Pastikan kakek benar-benar sembuh sebelum memaksakan diri bekerja lagi.” “Jangan khawatirkan aku, Nak. Fokusmu adalah me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Virginity For Sale    124. Seberapa Baik Kamu Mengenalnya?

    Leona berdiri di ambang pintu ruang kerja Rhexton, mengenakan gaun merah tua yang menempel sempurna di tubuhnya, memperlihatkan lekuk yang sengaja ia tonjolkan. Sesuai perintah Raven, malam itu ia membawa sebotol anggur mahal untuk menyajikan minuman kepada Rhexton King. Namun kali ini, bukan sekadar anggur yang ia bawa. Di dalam saku gaunnya, terselip botol kecil obat perangsang yang baru saja ia terima dari tangan Raven. Tugas ini membuat keringat dingin mengalir di tengkuknya, meskipun senyum tenang tetap menghiasi wajahnya. Rhexton duduk di kursi besar di dekat jendela, pandangannya tajam dan fokusmemantau berkas-berkas yang berserakan di mejanya. “Selamat malam, Tuan King,” suara Leona terdengar lembut namun menggoda. Ia menutup pintu dengan satu gerakan anggun dan membawa nampan dengan dua gelas anggur. Rhexton melirik sekilas dengan mata yang penuh kecurigaan. “Malam. Ada keperluan apa?” Leona tersenyum, langkahnya perlahan menuju meja tempat Rhexton duduk. “

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Virginity For Sale    125. Yang Pernah Menjadi Milikku

    "Rhexton, tunggu!" Maura berseru, suaranya bergetar dengan nada penuh desakan saat melihat suaminya membalikkan badan. Langkah kakinya terdengar tergesa di lantai marmer yang dingin ketika ia mendekat. Cahaya lampu gantung yang mewah memantulkan bayangannya di sekitar ruangan, namun perhatian Maura hanya tertuju pada sosok pria tegap di depannya. Rhexton berhenti melangkah. Bahunya yang lebar terlihat tegang di bawah setelan mahal yang melekat sempurna di tubuhnya. Ia menatap Maura dalam diam dan wajah tetap tanpa ekspresi, begitu tak terbaca hingga membuat dada Maura semakin sesak oleh rasa cemas. Manik kelabu Rhexton tampak menyelidik, seperti menembus ke relung pikirannya yang paling dalam. "Apa yang akan terjadi pada Leona?" tanya Maura, tak mampu lagi menahan rasa penasaran dan ketakutan yang membelenggu pikirannya sejak kejadian tadi. Suaranya terdengar lembut, tetapi jelas memancarkan kecemasan. Ia menggigit bibir bawahnya, bayangan tentang Leona yang diika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Virginity For Sale    126. The Bigger Plan

    "Apa yang pernah menjadi milikmu?" tanya Maura bingung. Ryland menatap Maura dalam keheningan yang menegangkan. Kemudian dengan satu gerakan cepat, ia meraih tangan Maura dan menariknya mendekat, untuk memeluk dengan erat. Namun semua sentuhannya itu penuh dengan kehati-hatian, terutama pada bagian perut Maura. Seolah ia sangat menyadari keberadaan dua nyawa kecil yang sedang tumbuh di sana. "Ryland, apa yang kamu~" Maura berusaha untuk melepaskan diri, tapi kekuatannya tak cukup untuk melawan pria itu. Ia terdiam ketika tangan besar Ryland bergerak perlahan menuju ke perutnya, lalu mengusapnya dengan lembut. Sentuhan itu begitu kontras dengan sikap dingin dan tegas Ryland, membuat Maura terkejut dan kehilangan kata-kata. "Ryland..." bisiknya nyaris tak terdengar, suaranya bergetar antara kebingungan dan emosi yang tak mampu ia jelaskan. Pria itu menunduk, memandangnya dengan lebih intens, sebelum tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Maura. Sentuhannya l

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • Virginity For Sale    EXTRA PART

    Musim semi tiba dengan segala keindahannya, membawa serta aroma manis bunga-bunga yang bermekaran dan langit biru yang begitu cerah. Di tengah taman yang luas, dengan dekorasi klasik yang elegan, pernikahan Shane King dan Leona digelar dengan khidmat dan penuh kehangatan. Siapa sangka, seorang pria yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam kesendirian akhirnya menemukan cinta sejatinya pada wanita yang usianya hampir setengah dari umurnya? Leona, awalnya hanya ditugaskan oleh Raven untuk merawat kesehatan Shane yang menurun. Namun dalam setiap perawatan, setiap percakapan, setiap sentuhan yang terjadi antara mereka, sesuatu mulai tumbuh tanpa bisa mereka cegah. Cinta. Cinta yang datang tanpa diminta, menghapus segala batas yang ada, menghilangkan segala perbedaan, dan akhirnya membawa mereka pada hari ini. Raven duduk di barisan terdepan bersama Maura. Matanya sekilas menatap sang paman, pria yang selama ini berada dalam tawanan serta siksaan keji, kini m

  • Virginity For Sale    133. Rumah Untuk Kembali

    Malam ini terasa begitu panjang bagi Maura. Di dalam villa yang seharusnya menjadi tempat paling aman baginya, ia justru tak bisa memejamkan mata sedetik pun. Kegelisahan merayap di benaknya, membuat setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan. Di luar jendela, bulan sudah tenggelam digantikan gelapnya malam yang semakin pekat. Maura duduk di tepi ranjang, mendekap dirinya sendiri sambil menatap kosong ke arah pintu. Lewis telah membawanya ke tempat ini atas perintah Raven, berkata bahwa ia akan aman di sini. Tapi keamanannya bukanlah yang ia risaukan saat ini. Yang ia tunggu adalah satu hal. Satu orang, lebih tepatnya. Namun ternyata hingga pagi datang menjelang, sosok itu pun tak jua datang. Saat jarum jam di dinding menunjukkan pukul tujuh pagi, Maura akhirnya menyerah. Ia bangkit dari tempat tidur dengan langkah lesu. Percuma saja memaksa dirinya tidur ketika seluruh pikirannya penuh dengan kecemasan. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas

  • Virginity For Sale    132. Hidup

    Tobias hanya tersenyum, seolah itulah jawaban yang ia harapkan. Tobias menatap Raven tajam. “Dan sekarang, pertanyaannya… apa yang akan kau lakukan, Raven? Membunuhku?” Tobias mencondongkan tubuh ke depan, ekspresinya menantang. “Silakan. Aku sudah tua. Kematian bukanlah sesuatu yang kutakuti. Aku telah menyelesaikan tugasku. Aku telah menemukan penggantiku yang paling sempurna.” Sambil tersenyum tipis, Tobias menjentikkan jarinya. Seorang pria di sudut ruangan melangkah maju, menyerahkan sebuah map tebal. Tobias meletakkannya di atas meja, menatap Raven dengan penuh kemenangan. “Ini dokumen yang telah kususun dengan sangat hati-hati,” ujar Tobias. “Melibatkan tiga puluh pengacara terbaik di dunia. Di dalamnya, ada keputusan yang tak akan bisa diganggu gugat oleh siapa pun.” Raven tetap diam, membiarkan Tobias melanjutkan. “Dokumen ini menunjuk CEO baru untuk King’s Enterprise. Dan itu adalah kamu, Raven.” Terdengar suara Rhexton menghirup napas tajam. Tobias mena

  • Virginity For Sale    131. Pembuktian

    "Kudeta?" ulang Rhexton dengan nada tajam. Sejak tadi, ia hanya berdiri di samping Tobias, menatap Raven dengan sorot mata yang tak dapat ditebak. "Tidak bisakah kita menyelesaikan ini dengan cara lain, Raven?" lanjutnya. "Keluarga seharusnya tidak saling menghancurkan." Raven menatap saudara kembarnya dengan ekspresi datar, seolah kata-kata Rhexton sama sekali tidak berarti apa-apa baginya. “Keluarga?” Raven tertawa kecil tapi dengan nada yang dingin. “Sejak kapan aku benar-benar merasakan hakikat dari keluarga?” Ia melangkah lebih dekat, hingga kini hanya berjarak beberapa langkah dari Rhexton dan Tobias. “Nama belakang itu hanyalah sebuah label, gelar yang tidak pernah benar-benar kuanggap memiliki arti. Bukankah sejak kecil, aku tidak lebih dari sebuah alat?" Maniknya yang kelabu berkilat tajam saat ia menatap langsung ke mata Rhexton. “Aku bukan keluarga. Aku hanya pion, senjata, dan alat manipulasi untuk membodohi pihak lain demi kepentingan keluarga King. Dan ka

  • Virginity For Sale    130. Kudeta

    Manik biru dingin itu mengamati SUV hitam yang bergerak semakin menjauh, hingga akhirnya menghilang menjadi sebuah titik kecil di ujung jalan. Raven pun lalu sedikit mengangkat tangannya, memberikan isyarat singkat kepada salah satu pengawal yang berada tak jauh darinya. Tanpa perlu kata-kata, orang itu langsung memahami perintahnya dan segera menekan tombol kecil di perangkat komunikasi yang tersembunyi di pergelangan tangan. Dan hanya dalam hitungan detik, seluruh Mansion yang sebelumnya gelap gulita, kini tiba-tiba saja disinari oleh cahaya yang terang. Generator cadangan yang sebelumnya dinonaktifkan oleh orang-orang Raven pun telah kembali menyala, turut menghidupkan semua lampu dan sistem keamanan di dalam Mansion seperti sedia kala. Saat seluruh cahaya telah memenuhi ruangan, Raven pun mengayunkan kaki untuk kembali masuk dengan langkah tenang. Ia masih melangkah seraya tangan kanannya pun ikut terangkat ke wajah. Dengan gerakan perlahan tapi pasti, ia mulai m

  • Virginity For Sale    129. Yang Seharusnya Hanya Milikku

    Kalimat itu keluar dengan penuh percaya diri, setiap suku katanya terasa seperti pukulan telak kepada ego Rhexton. Nada penuh arogansi tersebut seolah disengaja untuk memprovokasi, dan terbukti berhasil. Rhexton yang kini wajahnya memerah karena kemarahan, mengepalkan tangannya hingga buku-bukunya memutih. Ia mengulurkan tangannya ke depan dengan geram, mencoba untuk menggapai sosok yang ingin sekali ia tantang untuk berbaku hantam. Tapi sayangnya, hanya angin kosong yang berhasil ia sentuh. Rhexton pun semakin frustrasi. Ia menggerakkan tangannya lebih agresif, seolah yakin Raven berada di dekatnya. Namun setiap usahanya tetaplah sia-sia. Di sisi lain, Raven yang telah diam-diam mengenakan kacamata infra merah sejak awal, hanya bisa tersenyum samar. Ia menyaksikan semua gerakan Rhexton yang terlihat putus asa dalam kegelapan, membuat situasi ini menjadi pemandangan yang hampir menggelikan baginya. Raven lalu melirik ke arah tiga orang pengawalnya yang telah bers

  • Virginity For Sale    128. Belum Selesai

    Maura terdiam. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu, sebuah euforia kebahagiaan bercampur dengan rasa tidak percaya. Ia ingin sekali menanyakan semuanya. Bagaimana Raven bisa hidup, apa yang sebenarnya terjadi, lalu tubuh siapa yang dimakamkan waktu itu... tapi tidak ada satu pun pertanyaan yang berhasil keluar dari bibirnya. Ia hanya memeluk Raven lebih erat, seolah takut pria itu akan menghilang lagi. Momen itu terasa seperti keabadian. Maura tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Akan ada lebih banyak rahasia yang terungkap, lebih banyak bahaya yang harus mereka hadapi. Tapi untuk saat ini ia hanya ingin menikmati kenyataan bahwa pria yang ia cintai, pria yang selama ini ia kira telah pergi, kini kembali dalam hidupnya. Maka Maura pun tak lagi berkata-kata. Ia diam dalam gendongan hangat Raven, dan semakin mengeratkan pelukannya. Dalam kegelapan yang telah menelan seluruh cahaya ini, Maura pun mempercayakan segalanya ha

  • Virginity For Sale    127. Pengakuan

    “Pengkhianat!” Rhexton mendesis tajam, wajahnya memerah karena amarah yang tidak bisa ia kendalikan. Tangannya terkepal erat, sementara tiga pengawal yang masih setia kepadanya segera mengangkat senjata mereka, siap menargetkan ketiga pembelot tersebut. “Turunkan senjata kalian!” Rhexton memerintahkan ketiga pengawal yang berpihak pada Ryland dengan suara bergetar, entah karena kemarahan atau kegelisahan. Namun mereka tidak menggubrisnya. Ketegangan pun memuncak. Suasana kamar yang semula hening kini terasa begitu penuh tekanan. Udara seolah membeku di antara kedua belah pihak, masing-masing mengarahkan senjata mereka tampak tidak ada yang mau mengalah. Maura berdiri di tengah-tengah dengan tubuh yang gemetar hebat. Ia menatap ke arah Rhexton, lalu beralih ke Ryland, yang masih berdiri tanpa bergerak dengan tatapan yang dingin dan penuh kendali. Meski tak berkata sepatah pun, namun hanya dengan kehadirannya saja telah terasa mendominasi seluruh ruangan. “Mau

  • Virginity For Sale    126. The Bigger Plan

    "Apa yang pernah menjadi milikmu?" tanya Maura bingung. Ryland menatap Maura dalam keheningan yang menegangkan. Kemudian dengan satu gerakan cepat, ia meraih tangan Maura dan menariknya mendekat, untuk memeluk dengan erat. Namun semua sentuhannya itu penuh dengan kehati-hatian, terutama pada bagian perut Maura. Seolah ia sangat menyadari keberadaan dua nyawa kecil yang sedang tumbuh di sana. "Ryland, apa yang kamu~" Maura berusaha untuk melepaskan diri, tapi kekuatannya tak cukup untuk melawan pria itu. Ia terdiam ketika tangan besar Ryland bergerak perlahan menuju ke perutnya, lalu mengusapnya dengan lembut. Sentuhan itu begitu kontras dengan sikap dingin dan tegas Ryland, membuat Maura terkejut dan kehilangan kata-kata. "Ryland..." bisiknya nyaris tak terdengar, suaranya bergetar antara kebingungan dan emosi yang tak mampu ia jelaskan. Pria itu menunduk, memandangnya dengan lebih intens, sebelum tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Maura. Sentuhannya l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status