Beranda / Romansa / Virginity For Sale / 121. Bayang Kerinduan

Share

121. Bayang Kerinduan

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 23:37:48
Raven berdiri di sudut gelap koridor, memperhatikan ruang kerja Tobias King dari kejauhan.

Sebelum malam tiba, ia telah menyusun strategi untuk menyusup dan memeriksa lorong rahasia yang disebutkan oleh Leona.

Namun tampaknya rencana itu terpaksa tertunda, saat melihat lebih dari sepuluh pengawal bersenjata lengkap berjaga di depan pintu ruang kerja tersebut.

Matanya yang berlapis kontak lensa biru itu pun tajam memindai setiap inci ruangan, mencari celah yang bisa dimanfaatkan.

Tetapi penjagaan terlalu rapat, sesuatu yang jarang terjadi di Mansion ini.

Kenapa tiba-tiba mereka meningkatkan pengamanan?

Raven menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan kemarahannya yang perlahan membumbung.

Ketika ia mencoba berbaur dengan pelayan dan staf keamanan lainnya, telinganya menangkap percakapan salah satu pengawal yang membelakanginya.

"Penyusup itu berani sekali," guman pria bertubuh besar dengan nada geram. "Masuk dan keluar seperti bayangan, bahkan membajak semua CC
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Virginity For Sale    122. Aku Akan Merebutmu Kembali

    Leona memejamkan mata, membiarkan memori masa lalu itu membanjiri pikirannya. Ia ingat dinginnya malam ketika ia dan kakaknya dikepung oleh preman, terjebak tanpa jalan keluar. Kemudian datanglah seorang bocah dengan mata kelabunya yang dingin menatap dunia, seolah ia bisa menaklukkan segalanya. Dialah Raven King. “Aku tahu, Kak,” bisiknya. “Aku tahu kita berutang nyawa padanya.” Lewis tersenyum kecil meski Leona tidak bisa melihatnya. “Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Rhexton tidak perlu sadar kalau dia sedang digoda. Cukup mainkan peranmu dengan cerdas. Dan gunakan taktik yang tepat.” Leona menarik napas panjang sekali lagi. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Doakan aku.” Lewis tertawa pelan. “Selalu, Leona. Selalu." *** "RAVEN!!" Dengan napas yang tersengal, Maura terbangun dengan tiba-tiba. Matanya terbelalak menatap langit-langit kamar, tangannya terulur seolah ingin menyentuh sesuatu yang tak ada di sana. Namun hanya keheningan yang menyergapnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Virginity For Sale    1. Milyarder Misterius

    Kaki jenjang berkulit keemasan itu tampak rapuh dan gemetar, ketika sedang berdiri di hadapan sebuah bangunan megah bertingkat dua. Ia tahu jika sudah seharusnya sekarang bergegas memasuki Mansion mewah di depannya itu, namun entah kenapa serangan gugup dan panik mendadak melanda dirinya. "Miss Maura?" Gadis itu pun sontak terkejut dan menoleh, ketika sebuah suara pria menyapa dirinya yang tengah melamun. Sosok pria paruh baya berbusana formal serba hitam tersenyum kepada dirinya, namun gadis itu masih diam tak membalas senyumnya. "Perkenalkan nama saya Alberto. Mari ikut dengan saya untuk masuk ke dalam, karena kehadiran Anda telah sangat ditunggu," ucap pria paruh baya yang masih tetap murah senyum meski Maura tak bergeming. Tak lagi bisa mengelak, gadis bergaun merah selutut itu pun mau tak mau mengikuti langkah Alberto yang berjalan di depannya, menuntun dirinya memasuki Mansion bercat putih yang terlalu mewah untuk menjadi nyata. Lagi pula, bagaimana ia bisa mengel

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Virginity For Sale    2. Sang Pembeli Keperawanan Maura

    Maura pun menguatkan batinnya yang mulai goyah, untuk tetap tegak dan terus melangkah. Ia sangat membutuhkan uang itu untuk lepas dari keluarganya yang toxic. Ia butuh uang yang sangat banyak untuk bisa menata kehidupan baru di luar negeri, jauh dari ayahnya yang ringan tangan dan orang-orang sekelilingnya yang hanya ingin merusaknya.. Gadis bersurai panjang itu pun mengepalkan kedua tangan yang berada di sisi tubuhnya dengan kuat. Ya, itulah tujuan awalnya mendaftarkan diri di situs gelap perdagangan wanita yang tanpa sengaja ia temui di internet. Virginity For Sale, itu namanya. Sebuah agensi gelap yang menjual gadis-gadis yang masih perawan dengan harga tinggi, kepada pria-pria kaya hidung belang yang ingin merasakan tubuh murni belum pernah tersentuh. "Sebaiknya Anda segera naik ke lantai atas, Miss Maura. Tuan adalah pria yang sangat tidak suka menunggu," tegur Alberto, yang melihat Maura sejak tadi hanya berdiam diri mematung di tempatnya berdiri. "Oh iya. Maaf," gum

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Virginity For Sale    3. Tugas Pertama

    Raven King... RAVEN KING??? Pria bersurai coklat gelap itu pun sedikit memiringkan kepalanya, kala melihat wajah cantik Maura yang tampak sedikit memucat ketika menatapnya. "Apa kamu mengenalku?" Leher Maura terasa kaku ketika mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan Raven. Ia masih tampak shock, benar-benar tidak menyangka jika pria yang akan ia layani adalah sosok fenomenal dan sangat, sangat terkenal di dunia. 'Sial. Raven King? For real? Untuk apa pria setampan dan terkenal seperti dia menyewa jasa agensi Virginity For Sale??''Ya ampun... benar-benar tidak disangka jika pria ini mengincar keperawanan para gadis! Apa jangan-jangan dia memiliki semacam kelainan?!' Ribuan pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikiran Maura, tak pelak ikut tergambar pula di wajahnya meski tak jua ia ucapkan dari bibirnya. Raven tampak menyeringai samar melihat bayang-bayang asumsi yang tampak dari ekspresi gadis bersurai hitam panjang ini. Manik abu-abu pria itu sejenak mengamati kes

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Virginity For Sale    4. Jangan Membuatku Menunggu

    Suara maskulin yang mengalun berat dan maskulin itu serta merta membuat Maura merinding. Untuk sejenak, manik gelapnya menatap lekat bola mata abu-abu berkilau dengan efeknya yang seolah mampu menghipnotis itu. Memandikan? Ya ampun, apa dia anak kecil yang belum bisa mandi sendiri? Tapi Maura pun segera kembali menyadari posisinya di hadapan pembelinya, dan merasa tak punya pilihan lain selain menganggukkan kepala. "Ikuti aku," titah Raven sembari membalikkan tubuhnya dan berjalan mendahului Maura. Pria itu mendekato sebuah pintu yang terletak di dinding di samping salah satu lemari buku, lalu membukanya. Manik Maura pun spontan mengerjap. 'Oh, ternyata itu adalah connecting door,' pikir gadis itu. Sebuah pintu yang langsung menghubungkan antara ruang kerja dan... kamar pribadi Raven, sepertinya. Maura mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan bernuansa gelap aesthetic itu. Dindingnya dicat dengan warna taupe yang menimbulkan efek kilau redup. Bahkan gorden

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Virginity For Sale    5. Kenapa Dia Menatapku Seperti Itu?

    'Huuft... akhirnya aku bisa bernapas dengan lega juga,' batin Maura dalam hati ketika Raven telah menghilang dari balik pintu. Aura dominan pria itu telah membuatnya serasa tercekik dan sulit untuk menghirup udara, lalu bagaimana caranya Maura melayani Raven jika sikapnya malah begini?? "Relax, Maura," guman gadis itu kepada dirinya sendiri. Wajar saja jika dia gugup setengah mati kan? Bukan cuma karena Maura akan memberikan kesuciannya kepada pria itu, tapi juga karena dia adalah Raven King. Desahan napas pelan kembali menguar dari bibirnya, untuk yang kesekian kalinya hari ini. Sebaiknya sekarang ia cepat mengenakan lingerie putih ini, sebelum Raven marah karena terlalu lama menunggu. Gadis itu pun segera membuka gaun merahnya tanpa menanggalkan pakaian dalamnya yang senada dengan warna gaunnya. Lingerie putih menerawang itu ternyata sangat pas di tubuhnya. Maura melangkah menuju ke arah cermin panjang yang memperlihatkan seluruh tubuhnya. Bra yang ia gunakan adalah je

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Virginity For Sale    6. Karena Dia Terlalu Nikmat

    "Mmh..." Maura hanya bisa mendesah, saat jemari panjang Raven telah merengkuh bulatan lembut di dadanya, dan meremasnya dengan lembut. Pria itu masih menyesap bibirnya, dan perpaduan dari kedua perbuatannya itu membuat Maura serasa melayang. Begitu cepatnya Maura terhanyut dalam cumbuan bibir dan godaan jemari mahir Raven, tak bisa untuk tak mengakui bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang tengah berdenyut dan hidup. "Buka bibirmu," titah Raven dengan suara berat dan serak yang telah dipenuhi oleh letupan gairah. Dan pria itu pun menggeram puas kala dua bibir ranum Maura yang lezat itu kini telah terpisah, memberinya akses untuk menjulurkan lidah ke dalam kehangatan dunia Maura. Maura pun sadar jika dia tidak bisa lagi menjadi pihak yang pasif, karena pria yang ada di depannya ini sangat mahir berciuman. Gadis itu pun meniru gerakan lidah Raven, membelit lidahnya dengan lidah pria itu dengan gerakan yang provokatif dan sama intensnya "Not bad," komentar Raven sambil meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Virginity For Sale    7. Milikku

    "Aahh... there you go. Kamu pintar sekali, Moora." Raven memejamkan kedua matanya rapat-rapat, seraya mendesahkan pujian untuk Maura yang sedang duduk berlutut di bawahnya. Tak sulit mengajarkan gadis itu bagaimana cara untuk memuaskannya, karena Maura tipe yang cepat belajar dan mudah mengerti. Gadis itu juga pintar berimprovisasi, jika Raven boleh menambahkan. Ah, damned! Mulut Maura yang mungil itu ternyata terasa sungguh nikmat sekali ketika sedang memanjakan miliknya seperti ini. "Fuck. This is so good..." Kembali Raven meracau dengan suara berat yang telah sesak dan membara oleh gelora. Pria itu pun merenggut rambut panjang Maura yang dicepol hingga helai-helainya berantakan mencuat kesana kemari, lalu menyentak kepala gadis itu lebih kuat hingga miliknya pun semakin terbenam sempurna ke dalam mulutnya yang lembut dan manis. Meskipun merasakan sulit bernapas serta tenggorokannya seperti disumbat oleh benda yang sangat besar, namun Maura tetap berusaha untuk tet

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13

Bab terbaru

  • Virginity For Sale    122. Aku Akan Merebutmu Kembali

    Leona memejamkan mata, membiarkan memori masa lalu itu membanjiri pikirannya. Ia ingat dinginnya malam ketika ia dan kakaknya dikepung oleh preman, terjebak tanpa jalan keluar. Kemudian datanglah seorang bocah dengan mata kelabunya yang dingin menatap dunia, seolah ia bisa menaklukkan segalanya. Dialah Raven King. “Aku tahu, Kak,” bisiknya. “Aku tahu kita berutang nyawa padanya.” Lewis tersenyum kecil meski Leona tidak bisa melihatnya. “Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Rhexton tidak perlu sadar kalau dia sedang digoda. Cukup mainkan peranmu dengan cerdas. Dan gunakan taktik yang tepat.” Leona menarik napas panjang sekali lagi. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Doakan aku.” Lewis tertawa pelan. “Selalu, Leona. Selalu." *** "RAVEN!!" Dengan napas yang tersengal, Maura terbangun dengan tiba-tiba. Matanya terbelalak menatap langit-langit kamar, tangannya terulur seolah ingin menyentuh sesuatu yang tak ada di sana. Namun hanya keheningan yang menyergapnya.

  • Virginity For Sale    121. Bayang Kerinduan

    Raven berdiri di sudut gelap koridor, memperhatikan ruang kerja Tobias King dari kejauhan. Sebelum malam tiba, ia telah menyusun strategi untuk menyusup dan memeriksa lorong rahasia yang disebutkan oleh Leona. Namun tampaknya rencana itu terpaksa tertunda, saat melihat lebih dari sepuluh pengawal bersenjata lengkap berjaga di depan pintu ruang kerja tersebut. Matanya yang berlapis kontak lensa biru itu pun tajam memindai setiap inci ruangan, mencari celah yang bisa dimanfaatkan. Tetapi penjagaan terlalu rapat, sesuatu yang jarang terjadi di Mansion ini. Kenapa tiba-tiba mereka meningkatkan pengamanan? Raven menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan kemarahannya yang perlahan membumbung. Ketika ia mencoba berbaur dengan pelayan dan staf keamanan lainnya, telinganya menangkap percakapan salah satu pengawal yang membelakanginya. "Penyusup itu berani sekali," guman pria bertubuh besar dengan nada geram. "Masuk dan keluar seperti bayangan, bahkan membajak semua CC

  • Virginity For Sale    120. Seribu Kali Lebih Gila

    Langkah Rhexton terlihat mantap ketika membawa Maura masuk ke dalam mansion megah dengan kedua tangan mereka masih bertaut. Jari-jari pria itu menggenggam tangannya dengan erat, namun Maura memutuskan untuk membiarkan saja. Ia tidak melawan, meskipun di dalam hati merasa gelisah. Karena ada sesuatu yang menggelitik rasa ingin tahunya. Bukan tentang Rhexton, tapi tentang seseorang lain yang diam-diam mengisi pikirannya. Matanya kembali bergerak melirik untuk mencari sosok tertentu, dan meski ia mencoba menepis, jantungnya pun berdebar lebih cepat dari biasanya. Ryland. Apa yang akan pria itu lakukan? Apa reaksinya melihat ia dan Rhexton bersama seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul tanpa bisa dicegah, membuatnya mengutuk dirinya sendiri karena mengharapkan hal yang bahkan tak masuk akal. Untuk apa ia peduli? Ryland hanya seorang pengawal! Bukan suaminya, bukan seseorang yang punya hak atas dirinya. Tapi jauh di dalam lubuk hati, Maura tahu bahwa ia peduli... l

  • Virginity For Sale    119. Suara Lirih Dari Lorong Yang Gelap

    Rhexton sedang berada di sebuah butik perhiasan terkenal. Ia terlihat penuh tekad saat hendak memilih satu set kalung, gelang, cincin, dan giwang yang sempurna untuk istrinya. Ia menyebutkan ciri-ciri Maura kepada konsultan perhiasan dengan penuh perhatian. "Istriku cantik, lembut, berambut hitam panjang, dan memiliki sepasang bola mata gelap yang berkilau indah." Rhexton meminta pendapat konsultan perhiasan untuk memilihkan perhiasan yang akan cocok dengan semua ciri-ciri itu, berharap bisa membuat Maura merasa begitu dihargai dan istimewa. Konsultan itu pun dengan cermat memilihkan perhiasan-perhiasan indah yang terbuat dari batu mulia langka, yang sesuai dengan aura lembut dan elegan Maura. Rhexton membelinya dengan harga yang fantastis tak peduli berapa pun biayanya, yang penting ia bisa memberi Maura sesuatu yang layak. Ia juga memutuskan untuk membawa seikat besar bunga mawar merah muda, merasa bunga itu serta warnanya sangat cocok untuk istrinya yang lembut dan m

  • Virginity For Sale    118. Tak Bisa Melupakan

    Suara langkah kaki Leona bergema samar di lorong panjang yang dipenuhi lukisan-lukisan kuno dan rak-rak penuh buku. Dinding marmer putih yang dingin menambah kesan megah sekaligus menyesakkan, membuat setiap hembusan napasnya terasa berat. Ia berjalan perlahan, jemarinya yang lentik menggenggam erat ponsel kecil yang tersembunyi di balik mantel hitamnya. Sesekali ia melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada seorang pun yang memperhatikan. Mansion milik Tobias King tidak seperti bangunan biasa. Pengawasan ketat di setiap sudut membuat gerak-geriknya harus sehalus bayangan. Kamera tersembunyi dan alat pendeteksi gerakan tersebar di mana-mana, tapi Leona sudah mempelajari tata letaknya. Ia tidak akan membiarkan dirinya tertangkap. Begitu tiba di salah satu ruangan kosong, Leona mengunci pintu di belakangnya dan menyalakan ponsel. Ia mengetuk tombol dengan hati-hati, membuka saluran aman yang sudah diprogram khusus untuk menghindari deteksi. Beberapa detik berlalu sebelum su

  • Virginity For Sale    117. Membingungkan

    Rhexton berjalan keluar dari ruang rapat dengan langkah mantap dan kepala tegak, serta pikirannya fokus pada apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Baru saja ia selesai memimpin rapat dengan penuh percaya diri, memberikan arahan yang jelas, dan memastikan bahwa semua strategi untuk memajukan King Enterprise terlaksana dengan baik. Tobias mendekati Rhexton setelah rapat selesai, matanya mengamati cucunya dengan penuh kebanggaan. "Rhexton," ucap Tobias sambil melangkah mendekat. "Aku harus mengakui, kamu sudah menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Kamu bisa memimpin perusahaan ini dengan baik, dan aku rasa tak lagi memerlukan aku di sini. King Enterprise kini telah berada di tangan yang tepat." Rhexton menatap kakeknya dengan penuh rasa hormat. Meskipun ia sudah siap memimpin, namun merasa masih banyak yang perlu dipelajari. "Aku tidak bisa melakukan ini tanpa bimbinganmu, Kakek," jawabnya dengan tulus. "Terima kasih telah memberikan kesempatan ini padaku. Aku akan beru

  • Virginity For Sale    116. Bertemu

    116. Bertemu BEBERAPA HARI SEBELUMNYA… Suara rintik hujan di luar jendela menciptakan melodi tenang yang menemani percakapan serius di dalam sebuah ruang rahasia. Ruangan itu remang-remang, diterangi hanya oleh lampu meja kecil yang memancarkan sinar kuning redup. Raven duduk di kursi kayu dengan punggung yang tegap dan matanya menyorot penuh fokus. Di hadapannya berdiri Lewis dan Leona, saudara kandung yang telah menjadi sekutunya. "Penyamaran kali ini bukan hanya soal masuk ke tempat itu tanpa ketahuan," ujar Raven perlahan, suaranya datar namun penuh tekanan. "Aku harus benar-benar menjadi orang lain." Leona memiringkan kepalanya dengan kedua alis terangkat. “Apa Tuan ingin aku yang akan mengubah wajah Anda sepenuhnya? Itu bukan masalah besar.” Raven menatapnya tanpa ekspresi yang tak bisa ditebak. "Tapi masalahnya, wajah yang berbeda saja tidak akan cukup, Leona. Aku butuh seseorang untuk jadi perantara, seseorang yang bisa berbicara untukku. Dan kamu ya

  • Virginity For Sale    115. Suamiku

    Matahari mulai menyelinap masuk melalui celah-celah tirai kamar tidur yang megah. Cahaya keemasan membelai wajah Rhexton, membuatnya perlahan terbangun. Tubuhnya terasa hangat, bukan karena selimut tebal yang menyelimuti mereka, tetapi karena Maura yang berada dalam dekapannya. Untuk sesaat Rhexton tidak bergerak. Ia ingin menikmati momen langka yang selama ini hanya bisa ia bayangkan. Di antara pagi yang hening dan udara yang segar, ia merasakan napas lembut Maura di dadanya. Rambut hitam panjang istrinya menyentuh lehernya, aroma manisnya memenuhi indra penciumannya. Rhexton tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat ia akan memiliki kesempatan seperti ini... tidur dalam satu ranjang bersama Maura, tanpa ada jarak yang memisahkan mereka. Meskipun tidak ada cinta yang sepenuhnya terbalas, namun kehadirannya di sini bersama Maura sudah cukup membuat hatinya terasa penuh. Jemarinya bergerak pelan untuk membelai lembut lengan Maura yang melingkari pinggangnya. Ada rasa

  • Virginity For Sale    114. Pilihan

    Rhexton menggenggam tangan Maura dengan lembut, saat mereka memasuki sebuah ballroom mewah. Hari ini bertepatan dengan acara pesta penyambutan Rhexton sebagai CEO untuk King Enterprise diadakan. Tatapan mata semua orang pun langsung tertuju pada mereka, pasangan yang mencuri perhatian. Rhexton dengan penampilannya yang elegan, serta Maura yang mengenakan gaun hitam yang sederhana namun memikat dan elegan. Namun Maura tidak menunjukkan senyum sama sekali. Ia tetap berjalan tanpa memedulikan semua tatapan yang tertuju pada mereka. Di sisi lain, Rhexton berusaha bersikap santai, seolah-olah ketegangan yang terjadi di antara mereka itu tak ada artinya sama sekali. “Bersikaplah sedikit lebih ramah, Maura. Ini acara penting bagiku,” bisik Rhexton sambil mendekatkan wajahnya ke telinga istrinya. “Kalau begitu, mungkin kamu seharusnya datang sendiri,” jawab Maura dengan nada datar dan pandangan yang tetap lurus ke arah depan. Rhexton menghela napas pelan, berusaha mengontr

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status