Home / Romansa / Virginity For Sale / 122. Aku Akan Merebutmu Kembali

Share

122. Aku Akan Merebutmu Kembali

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-01-14 23:38:11
Leona memejamkan mata, membiarkan memori masa lalu itu membanjiri pikirannya.

Ia ingat dinginnya malam ketika ia dan kakaknya dikepung oleh preman, terjebak tanpa jalan keluar.

Kemudian datanglah seorang bocah dengan mata kelabunya yang dingin menatap dunia, seolah ia bisa menaklukkan segalanya. Dialah Raven King.

“Aku tahu, Kak,” bisiknya. “Aku tahu kita berutang nyawa padanya.”

Lewis tersenyum kecil meski Leona tidak bisa melihatnya. “Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Rhexton tidak perlu sadar kalau dia sedang digoda. Cukup mainkan peranmu dengan cerdas. Dan gunakan taktik yang tepat.”

Leona menarik napas panjang sekali lagi. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Doakan aku.”

Lewis tertawa pelan. “Selalu, Leona. Selalu."

***

"RAVEN!!"

Dengan napas yang tersengal, Maura terbangun dengan tiba-tiba.

Matanya terbelalak menatap langit-langit kamar, tangannya terulur seolah ingin menyentuh sesuatu yang tak ada di sana.

Namun hanya keheningan yang menyergapnya.
Black Aurora

Itu namanya Love Connection 😍 buat pasangan bucin only ya 😁

| 9
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Rini Aries Tvk
kok lama banget sih thor belum up lg.... jgn PHP dong Thor
goodnovel comment avatar
Rimma Ramma
gimana apa cuma sampai di sini
goodnovel comment avatar
Anjar Anjar
gimana tor kok ngak berlanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Virginity For Sale    123. Api Yang Sulit Padam

    Rhexton melangkah ke dalam ruang kerja sang kakek dengan tenang, aroma kayu mahoni yang memenuhi ruangan memberikan rasa nostalgia. Tobias King duduk bersandar di balik meja besar yang dipenuhi dokumen dan foto-foto masa lalu, tampak lebih lelah dari biasanya. “Rhexton,” sapanya serak seraya mengangkat kepala dengan seulas senyum tipis di wajahnya. “Ada apa? Apa kalian semua baik-baik saja?” Rhexton tersenyum kecil, menutup pintu di belakangnya. “Maura baik-baik saja. Aku memastikan dia cukup istirahat, dan bayi kami tumbuh dengan sehat.” Tobias mengangguk puas, lalu batuk pelan ke dalam saputangan yang ia genggam. “Bagus. Aku tetap menjaga jarak. Flu ini cukup mengganggu, dan aku tidak ingin menularkan kepada istrimu atau anak yang ia kandung.” Rhexton mengamati wajah sang kakek yang tampak lebih pucat dari biasanya. “Kesehatan kakek lebih penting. Pastikan kakek benar-benar sembuh sebelum memaksakan diri bekerja lagi.” “Jangan khawatirkan aku, Nak. Fokusmu adalah me

    Last Updated : 2025-01-19
  • Virginity For Sale    124. Seberapa Baik Kamu Mengenalnya?

    Leona berdiri di ambang pintu ruang kerja Rhexton, mengenakan gaun merah tua yang menempel sempurna di tubuhnya, memperlihatkan lekuk yang sengaja ia tonjolkan. Sesuai perintah Raven, malam itu ia membawa sebotol anggur mahal untuk menyajikan minuman kepada Rhexton King. Namun kali ini, bukan sekadar anggur yang ia bawa. Di dalam saku gaunnya, terselip botol kecil obat perangsang yang baru saja ia terima dari tangan Raven. Tugas ini membuat keringat dingin mengalir di tengkuknya, meskipun senyum tenang tetap menghiasi wajahnya. Rhexton duduk di kursi besar di dekat jendela, pandangannya tajam dan fokusmemantau berkas-berkas yang berserakan di mejanya. “Selamat malam, Tuan King,” suara Leona terdengar lembut namun menggoda. Ia menutup pintu dengan satu gerakan anggun dan membawa nampan dengan dua gelas anggur. Rhexton melirik sekilas dengan mata yang penuh kecurigaan. “Malam. Ada keperluan apa?” Leona tersenyum, langkahnya perlahan menuju meja tempat Rhexton duduk. “

    Last Updated : 2025-01-20
  • Virginity For Sale    125. Yang Pernah Menjadi Milikku

    "Rhexton, tunggu!" Maura berseru, suaranya bergetar dengan nada penuh desakan saat melihat suaminya membalikkan badan. Langkah kakinya terdengar tergesa di lantai marmer yang dingin ketika ia mendekat. Cahaya lampu gantung yang mewah memantulkan bayangannya di sekitar ruangan, namun perhatian Maura hanya tertuju pada sosok pria tegap di depannya. Rhexton berhenti melangkah. Bahunya yang lebar terlihat tegang di bawah setelan mahal yang melekat sempurna di tubuhnya. Ia menatap Maura dalam diam dan wajah tetap tanpa ekspresi, begitu tak terbaca hingga membuat dada Maura semakin sesak oleh rasa cemas. Manik kelabu Rhexton tampak menyelidik, seperti menembus ke relung pikirannya yang paling dalam. "Apa yang akan terjadi pada Leona?" tanya Maura, tak mampu lagi menahan rasa penasaran dan ketakutan yang membelenggu pikirannya sejak kejadian tadi. Suaranya terdengar lembut, tetapi jelas memancarkan kecemasan. Ia menggigit bibir bawahnya, bayangan tentang Leona yang diika

    Last Updated : 2025-01-21
  • Virginity For Sale    126. The Bigger Plan

    "Apa yang pernah menjadi milikmu?" tanya Maura bingung. Ryland menatap Maura dalam keheningan yang menegangkan. Kemudian dengan satu gerakan cepat, ia meraih tangan Maura dan menariknya mendekat, untuk memeluk dengan erat. Namun semua sentuhannya itu penuh dengan kehati-hatian, terutama pada bagian perut Maura. Seolah ia sangat menyadari keberadaan dua nyawa kecil yang sedang tumbuh di sana. "Ryland, apa yang kamu~" Maura berusaha untuk melepaskan diri, tapi kekuatannya tak cukup untuk melawan pria itu. Ia terdiam ketika tangan besar Ryland bergerak perlahan menuju ke perutnya, lalu mengusapnya dengan lembut. Sentuhan itu begitu kontras dengan sikap dingin dan tegas Ryland, membuat Maura terkejut dan kehilangan kata-kata. "Ryland..." bisiknya nyaris tak terdengar, suaranya bergetar antara kebingungan dan emosi yang tak mampu ia jelaskan. Pria itu menunduk, memandangnya dengan lebih intens, sebelum tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Maura. Sentuhannya l

    Last Updated : 2025-01-23
  • Virginity For Sale    127. Pengakuan

    “Pengkhianat!” Rhexton mendesis tajam, wajahnya memerah karena amarah yang tidak bisa ia kendalikan. Tangannya terkepal erat, sementara tiga pengawal yang masih setia kepadanya segera mengangkat senjata mereka, siap menargetkan ketiga pembelot tersebut. “Turunkan senjata kalian!” Rhexton memerintahkan ketiga pengawal yang berpihak pada Ryland dengan suara bergetar, entah karena kemarahan atau kegelisahan. Namun mereka tidak menggubrisnya. Ketegangan pun memuncak. Suasana kamar yang semula hening kini terasa begitu penuh tekanan. Udara seolah membeku di antara kedua belah pihak, masing-masing mengarahkan senjata mereka tampak tidak ada yang mau mengalah. Maura berdiri di tengah-tengah dengan tubuh yang gemetar hebat. Ia menatap ke arah Rhexton, lalu beralih ke Ryland, yang masih berdiri tanpa bergerak dengan tatapan yang dingin dan penuh kendali. Meski tak berkata sepatah pun, namun hanya dengan kehadirannya saja telah terasa mendominasi seluruh ruangan. “Mau

    Last Updated : 2025-01-26
  • Virginity For Sale    128. Belum Selesai

    Maura terdiam. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu, sebuah euforia kebahagiaan bercampur dengan rasa tidak percaya. Ia ingin sekali menanyakan semuanya. Bagaimana Raven bisa hidup, apa yang sebenarnya terjadi, lalu tubuh siapa yang dimakamkan waktu itu... tapi tidak ada satu pun pertanyaan yang berhasil keluar dari bibirnya. Ia hanya memeluk Raven lebih erat, seolah takut pria itu akan menghilang lagi. Momen itu terasa seperti keabadian. Maura tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Akan ada lebih banyak rahasia yang terungkap, lebih banyak bahaya yang harus mereka hadapi. Tapi untuk saat ini ia hanya ingin menikmati kenyataan bahwa pria yang ia cintai, pria yang selama ini ia kira telah pergi, kini kembali dalam hidupnya. Maka Maura pun tak lagi berkata-kata. Ia diam dalam gendongan hangat Raven, dan semakin mengeratkan pelukannya. Dalam kegelapan yang telah menelan seluruh cahaya ini, Maura pun mempercayakan segalanya h

    Last Updated : 2025-01-29
  • Virginity For Sale    129. Yang Seharusnya Hanya Milikku

    Kalimat itu keluar dengan penuh percaya diri, setiap suku katanya terasa seperti pukulan telak kepada ego Rhexton. Nada penuh arogansi tersebut seolah disengaja untuk memprovokasi, dan terbukti berhasil. Rhexton yang kini wajahnya memerah karena kemarahan, mengepalkan tangannya hingga buku-bukunya memutih. Ia mengulurkan tangannya ke depan dengan geram, mencoba untuk menggapai sosok yang ingin sekali ia tantang untuk berbaku hantam. Tapi sayangnya, hanya angin kosong yang berhasil ia sentuh. Rhexton pun semakin frustrasi. Ia menggerakkan tangannya lebih agresif, seolah yakin Raven berada di dekatnya. Namun setiap usahanya tetaplah sia-sia. Di sisi lain, Raven yang telah diam-diam mengenakan kacamata infra merah sejak awal, hanya bisa tersenyum samar. Ia menyaksikan semua gerakan Rhexton yang terlihat putus asa dalam kegelapan, membuat situasi ini menjadi pemandangan yang hampir menggelikan baginya. Raven lalu melirik ke arah tiga orang pengawalnya yang telah ber

    Last Updated : 2025-01-29
  • Virginity For Sale    1. Milyarder Misterius

    Kaki jenjang berkulit keemasan itu tampak rapuh dan gemetar, ketika sedang berdiri di hadapan sebuah bangunan megah bertingkat dua. Ia tahu jika sudah seharusnya sekarang bergegas memasuki Mansion mewah di depannya itu, namun entah kenapa serangan gugup dan panik mendadak melanda dirinya. "Miss Maura?" Gadis itu pun sontak terkejut dan menoleh, ketika sebuah suara pria menyapa dirinya yang tengah melamun. Sosok pria paruh baya berbusana formal serba hitam tersenyum kepada dirinya, namun gadis itu masih diam tak membalas senyumnya. "Perkenalkan nama saya Alberto. Mari ikut dengan saya untuk masuk ke dalam, karena kehadiran Anda telah sangat ditunggu," ucap pria paruh baya yang masih tetap murah senyum meski Maura tak bergeming. Tak lagi bisa mengelak, gadis bergaun merah selutut itu pun mau tak mau mengikuti langkah Alberto yang berjalan di depannya, menuntun dirinya memasuki Mansion bercat putih yang terlalu mewah untuk menjadi nyata. Lagi pula, bagaimana ia bisa mengel

    Last Updated : 2024-06-28

Latest chapter

  • Virginity For Sale    129. Yang Seharusnya Hanya Milikku

    Kalimat itu keluar dengan penuh percaya diri, setiap suku katanya terasa seperti pukulan telak kepada ego Rhexton. Nada penuh arogansi tersebut seolah disengaja untuk memprovokasi, dan terbukti berhasil. Rhexton yang kini wajahnya memerah karena kemarahan, mengepalkan tangannya hingga buku-bukunya memutih. Ia mengulurkan tangannya ke depan dengan geram, mencoba untuk menggapai sosok yang ingin sekali ia tantang untuk berbaku hantam. Tapi sayangnya, hanya angin kosong yang berhasil ia sentuh. Rhexton pun semakin frustrasi. Ia menggerakkan tangannya lebih agresif, seolah yakin Raven berada di dekatnya. Namun setiap usahanya tetaplah sia-sia. Di sisi lain, Raven yang telah diam-diam mengenakan kacamata infra merah sejak awal, hanya bisa tersenyum samar. Ia menyaksikan semua gerakan Rhexton yang terlihat putus asa dalam kegelapan, membuat situasi ini menjadi pemandangan yang hampir menggelikan baginya. Raven lalu melirik ke arah tiga orang pengawalnya yang telah ber

  • Virginity For Sale    128. Belum Selesai

    Maura terdiam. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu, sebuah euforia kebahagiaan bercampur dengan rasa tidak percaya. Ia ingin sekali menanyakan semuanya. Bagaimana Raven bisa hidup, apa yang sebenarnya terjadi, lalu tubuh siapa yang dimakamkan waktu itu... tapi tidak ada satu pun pertanyaan yang berhasil keluar dari bibirnya. Ia hanya memeluk Raven lebih erat, seolah takut pria itu akan menghilang lagi. Momen itu terasa seperti keabadian. Maura tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Akan ada lebih banyak rahasia yang terungkap, lebih banyak bahaya yang harus mereka hadapi. Tapi untuk saat ini ia hanya ingin menikmati kenyataan bahwa pria yang ia cintai, pria yang selama ini ia kira telah pergi, kini kembali dalam hidupnya. Maka Maura pun tak lagi berkata-kata. Ia diam dalam gendongan hangat Raven, dan semakin mengeratkan pelukannya. Dalam kegelapan yang telah menelan seluruh cahaya ini, Maura pun mempercayakan segalanya h

  • Virginity For Sale    127. Pengakuan

    “Pengkhianat!” Rhexton mendesis tajam, wajahnya memerah karena amarah yang tidak bisa ia kendalikan. Tangannya terkepal erat, sementara tiga pengawal yang masih setia kepadanya segera mengangkat senjata mereka, siap menargetkan ketiga pembelot tersebut. “Turunkan senjata kalian!” Rhexton memerintahkan ketiga pengawal yang berpihak pada Ryland dengan suara bergetar, entah karena kemarahan atau kegelisahan. Namun mereka tidak menggubrisnya. Ketegangan pun memuncak. Suasana kamar yang semula hening kini terasa begitu penuh tekanan. Udara seolah membeku di antara kedua belah pihak, masing-masing mengarahkan senjata mereka tampak tidak ada yang mau mengalah. Maura berdiri di tengah-tengah dengan tubuh yang gemetar hebat. Ia menatap ke arah Rhexton, lalu beralih ke Ryland, yang masih berdiri tanpa bergerak dengan tatapan yang dingin dan penuh kendali. Meski tak berkata sepatah pun, namun hanya dengan kehadirannya saja telah terasa mendominasi seluruh ruangan. “Mau

  • Virginity For Sale    126. The Bigger Plan

    "Apa yang pernah menjadi milikmu?" tanya Maura bingung. Ryland menatap Maura dalam keheningan yang menegangkan. Kemudian dengan satu gerakan cepat, ia meraih tangan Maura dan menariknya mendekat, untuk memeluk dengan erat. Namun semua sentuhannya itu penuh dengan kehati-hatian, terutama pada bagian perut Maura. Seolah ia sangat menyadari keberadaan dua nyawa kecil yang sedang tumbuh di sana. "Ryland, apa yang kamu~" Maura berusaha untuk melepaskan diri, tapi kekuatannya tak cukup untuk melawan pria itu. Ia terdiam ketika tangan besar Ryland bergerak perlahan menuju ke perutnya, lalu mengusapnya dengan lembut. Sentuhan itu begitu kontras dengan sikap dingin dan tegas Ryland, membuat Maura terkejut dan kehilangan kata-kata. "Ryland..." bisiknya nyaris tak terdengar, suaranya bergetar antara kebingungan dan emosi yang tak mampu ia jelaskan. Pria itu menunduk, memandangnya dengan lebih intens, sebelum tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Maura. Sentuhannya l

  • Virginity For Sale    125. Yang Pernah Menjadi Milikku

    "Rhexton, tunggu!" Maura berseru, suaranya bergetar dengan nada penuh desakan saat melihat suaminya membalikkan badan. Langkah kakinya terdengar tergesa di lantai marmer yang dingin ketika ia mendekat. Cahaya lampu gantung yang mewah memantulkan bayangannya di sekitar ruangan, namun perhatian Maura hanya tertuju pada sosok pria tegap di depannya. Rhexton berhenti melangkah. Bahunya yang lebar terlihat tegang di bawah setelan mahal yang melekat sempurna di tubuhnya. Ia menatap Maura dalam diam dan wajah tetap tanpa ekspresi, begitu tak terbaca hingga membuat dada Maura semakin sesak oleh rasa cemas. Manik kelabu Rhexton tampak menyelidik, seperti menembus ke relung pikirannya yang paling dalam. "Apa yang akan terjadi pada Leona?" tanya Maura, tak mampu lagi menahan rasa penasaran dan ketakutan yang membelenggu pikirannya sejak kejadian tadi. Suaranya terdengar lembut, tetapi jelas memancarkan kecemasan. Ia menggigit bibir bawahnya, bayangan tentang Leona yang diika

  • Virginity For Sale    124. Seberapa Baik Kamu Mengenalnya?

    Leona berdiri di ambang pintu ruang kerja Rhexton, mengenakan gaun merah tua yang menempel sempurna di tubuhnya, memperlihatkan lekuk yang sengaja ia tonjolkan. Sesuai perintah Raven, malam itu ia membawa sebotol anggur mahal untuk menyajikan minuman kepada Rhexton King. Namun kali ini, bukan sekadar anggur yang ia bawa. Di dalam saku gaunnya, terselip botol kecil obat perangsang yang baru saja ia terima dari tangan Raven. Tugas ini membuat keringat dingin mengalir di tengkuknya, meskipun senyum tenang tetap menghiasi wajahnya. Rhexton duduk di kursi besar di dekat jendela, pandangannya tajam dan fokusmemantau berkas-berkas yang berserakan di mejanya. “Selamat malam, Tuan King,” suara Leona terdengar lembut namun menggoda. Ia menutup pintu dengan satu gerakan anggun dan membawa nampan dengan dua gelas anggur. Rhexton melirik sekilas dengan mata yang penuh kecurigaan. “Malam. Ada keperluan apa?” Leona tersenyum, langkahnya perlahan menuju meja tempat Rhexton duduk. “

  • Virginity For Sale    123. Api Yang Sulit Padam

    Rhexton melangkah ke dalam ruang kerja sang kakek dengan tenang, aroma kayu mahoni yang memenuhi ruangan memberikan rasa nostalgia. Tobias King duduk bersandar di balik meja besar yang dipenuhi dokumen dan foto-foto masa lalu, tampak lebih lelah dari biasanya. “Rhexton,” sapanya serak seraya mengangkat kepala dengan seulas senyum tipis di wajahnya. “Ada apa? Apa kalian semua baik-baik saja?” Rhexton tersenyum kecil, menutup pintu di belakangnya. “Maura baik-baik saja. Aku memastikan dia cukup istirahat, dan bayi kami tumbuh dengan sehat.” Tobias mengangguk puas, lalu batuk pelan ke dalam saputangan yang ia genggam. “Bagus. Aku tetap menjaga jarak. Flu ini cukup mengganggu, dan aku tidak ingin menularkan kepada istrimu atau anak yang ia kandung.” Rhexton mengamati wajah sang kakek yang tampak lebih pucat dari biasanya. “Kesehatan kakek lebih penting. Pastikan kakek benar-benar sembuh sebelum memaksakan diri bekerja lagi.” “Jangan khawatirkan aku, Nak. Fokusmu adalah me

  • Virginity For Sale    122. Aku Akan Merebutmu Kembali

    Leona memejamkan mata, membiarkan memori masa lalu itu membanjiri pikirannya. Ia ingat dinginnya malam ketika ia dan kakaknya dikepung oleh preman, terjebak tanpa jalan keluar. Kemudian datanglah seorang bocah dengan mata kelabunya yang dingin menatap dunia, seolah ia bisa menaklukkan segalanya. Dialah Raven King. “Aku tahu, Kak,” bisiknya. “Aku tahu kita berutang nyawa padanya.” Lewis tersenyum kecil meski Leona tidak bisa melihatnya. “Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Rhexton tidak perlu sadar kalau dia sedang digoda. Cukup mainkan peranmu dengan cerdas. Dan gunakan taktik yang tepat.” Leona menarik napas panjang sekali lagi. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Doakan aku.” Lewis tertawa pelan. “Selalu, Leona. Selalu." *** "RAVEN!!" Dengan napas yang tersengal, Maura terbangun dengan tiba-tiba. Matanya terbelalak menatap langit-langit kamar, tangannya terulur seolah ingin menyentuh sesuatu yang tak ada di sana. Namun hanya keheningan yang menyergapnya.

  • Virginity For Sale    121. Bayang Kerinduan

    Raven berdiri di sudut gelap koridor, memperhatikan ruang kerja Tobias King dari kejauhan. Sebelum malam tiba, ia telah menyusun strategi untuk menyusup dan memeriksa lorong rahasia yang disebutkan oleh Leona. Namun tampaknya rencana itu terpaksa tertunda, saat melihat lebih dari sepuluh pengawal bersenjata lengkap berjaga di depan pintu ruang kerja tersebut. Matanya yang berlapis kontak lensa biru itu pun tajam memindai setiap inci ruangan, mencari celah yang bisa dimanfaatkan. Tetapi penjagaan terlalu rapat, sesuatu yang jarang terjadi di Mansion ini. Kenapa tiba-tiba mereka meningkatkan pengamanan? Raven menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan kemarahannya yang perlahan membumbung. Ketika ia mencoba berbaur dengan pelayan dan staf keamanan lainnya, telinganya menangkap percakapan salah satu pengawal yang membelakanginya. "Penyusup itu berani sekali," guman pria bertubuh besar dengan nada geram. "Masuk dan keluar seperti bayangan, bahkan membajak semua CC

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status