Home / Romansa / Virginity For Sale / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Virginity For Sale : Chapter 91 - Chapter 100

134 Chapters

91. Bertahan

Helen duduk di sebuah restoran mewah, mengenakan gaun merah tua yang memancarkan keanggunan sekaligus kekuatan. Jam tangan berlian di pergelangan tangannya tampak berkilauan di bawah cahaya lampu kristal yang menggantung di atasnya. Wanita yang tampak masih sangat cantik di usia paruh baya itu menyuapkan potongan terakhir hidangan steak medium rare ke mulutnya dengan elegan, sementara seulas senyum puas menghiasi wajahnya. Tepat di hadapannya, ada seorang pria berkacamata dengan setelan abu-abu yang tampak sibuk mengatur dokumen di atas meja, sambil memperbaiki posisi dasinya yang terlihat sedikit longgar."Jadi Anda yakin jika Raven tidak punya pilihan selain menerima kontrak ini?" Helen bertanya dengan nada yang terdengar ringan namun penuh kendali. Seraya menyesap anggur putihnya, manik gelapnya yang tajam menatap pria itu dengan ekspresi penuh harap.Pria itu pun mengangguk dengan percaya diri. "Setelah mengetahui kondisi Nona Maura yang sedang mengandung, Raven pasti akan tund
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

92. Dua Kekuatan

Suara baling-baling helikopter yang memekakkan telinga terus menderu, namun tak mampu membangunkan Maura yang kini terkulai lemas di kursi. Wajahnya tampak pucat pasi, keringat dingin membasahi pelipisnya, dan napasnya terdengar pendek serta terputus-putus. Helen memandangnya dengan ekspresi campuran antara frustrasi dan kekesalan. “Maura, bangun!” Helen mengguncang bahu putrinya dengan kasar. Namun tubuh Maura tetap tak memberikan respons. “Sial!” Helen mengumpat seraya berdiri, lalu meraih sandaran kursi helikopter untuk menjaga keseimbangannya. Dengan gerakan tergesa, Helen melangkah ke arah kokpit. Wajahnya yang sudah memerah karena amarah kini menatap tajam ke arah pilot. “Percepat laju helikopter ini!” perintahnya dengan suara tegas yang tidak menyisakan ruang untuk perdebatan. “Kecepatan ini sudah maksimal, Nyonya,” jawab pilot itu dengan nada ragu. “Kalau dipaksa lebih cepat, bisa jadi akan berbahaya untuk kita semua.” “Peduli apa aku pada keselamatanmu?!” bentak Hele
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

93. Aku Datang

Raven berdiri tegak di tengah ruangan besar itu. Tatapannya tajam mengarah pada Tobias yang tetap duduk di kursinya, terlihat tenang namun dengan sorot mata yang yg tampak penuh perhitungan. Tobias adalah pria tua yang bijaksana, tetapi di balik wajahnya yang tenang ada ambisi besar yang selalu menjadi ciri khas keluarga King. “Serahkan Moora padaku,” ujar Raven dengan nada tegas. "Kamu pasti sudah tahu jika aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkannya kembali." Tobias mengangkat alisnya, lalu menghela satu napas panjang. “Maura akan tetap aman, Raven. Tapi hanya jika kau berhenti keras kepala dan menerima tanggung jawabmu sebagai penerus keluarga ini. Aku tidak meminta sesuatu yang berlebihan, karena ini adalah takdirmu.” Raven pun menguarkan tawa yang penuh sarkasme di dalamnya. “Takdir? Jangan bercanda, Pak Tua. Kau pikir aku akan mengikuti jejak ayahku dan Uncle Santiago? Kau tahu persis apa yang terjadi pada mereka, dan aku tidak berniat menjadi bagian dari semu
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

94. Dunia Yang Kacau

Raven berlari secepat mungkin, napasnya memburu dengan Maura dalam pelukannya. Suara tembakan dan ledakan terus menggema di sekitar mansion, menciptakan suasana yang kacau balau. Lewis memimpin jalan, juga memberi aba-aba kepada timnya untuk menahan penjaga Tobias agar Raven bisa melewati lorong terakhir menuju pintu keluar. “Pintu belakang ada di depan, Tuan Raven!” teriak Lewis melalui ear piece. “Kendaraan sudah siap. Anda hanya perlu keluar dari sini.” Raven mengalihkan tatapan tajamnya yang kini tertuju ke depan. Namun tubuh Maura yang lemah di pelukannya terus menghantui pikirannya. Ia memandang wajah Maura yang pucat, juga bisa merasakan detak jantungnya yang lemah. Fuck! Waktu mereka semakin terbatas! Ketika mereka hampir sampai di pintu keluar, sekelompok penjaga Tobias tiba-tiba muncul dari sisi lain koridor dan mengarahkan senjata mereka ke arah Raven. Lewis dan timnya segera melepaskan tembakan untuk melindungi Raven dan memberi waktu baginya untuk melarikan
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

95. Dua Detak Jantung

"Dua... detak jantung??" Meskipun itu bukanlah hal yang aneh karena gen kembar di keluarganya, namun tetap saja Raven takjub mendengar kabar dari Dokter kandungan yang merawat Maura. Bahwa ada kemungkinan besar ada dua janin di dalam rahim Maura... Sang Dokter pun mengangguk dan tersenyum seraya menepuk pelan bahu Raven. "Selamat, Tuan Raven King. Anda dan pasangan telah dikaruniai berkah yang luar biasa," ucapnya. Raven masih terdiam, sorot matanya terpaku pada layar monitor ultrasonografi yang baru saja dimatikan oleh dokter. Gambar buram yang ditampilkan tadi masih terekam jelas di benaknya. Dua detak jantung. Bukan satu, tapi dua. Dia mengulangi kata-kata itu di kepalanya seperti mantra, seakan-akan dengan melakukannya, semuanya akan terasa lebih nyata. Dokter kembali tersenyum tipis, mencoba mencairkan suasana yang sedikit tegang. "Tuan King, saya tahu kabar ini bisa sangat membahagiakan sekaligus mengejutkan. Tapi saya harus mengingatkan Anda bahwa kehamilan bayi
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

96. Kabar Mengejutkan

Di sudut ruangan, ponsel Raven yang terlempar ke atas sofa itu terus menyala dengan beberapa pesan baru yang masuk. Raven, yang masih duduk di tepi ranjang bersama Maura, akhirnya menghela napas panjang. Ia pun akhirnya berdiri untuk mengambil ponsel itu, dan membuka pesan tersebut dengan ekspresi datar yang mulai berubah sedikit demi sedikit saat ia membaca seluruh isinya. *** Dari : Rhexton Aku tahu kamu tidak akan mengangkat telepon dariku, jadi aku memilih untuk mengirim pesan. Ibu kita telah sadar dari koma sejak beberapa hari yang lalu. Namun dia melarangku untuk memberitahumu, saat dia tahu bahwa kamu sedang berlibur bersama Maura. Dia hanya tidak ingin mengganggu waktu bahagiamu bersama kekasihmu. Ibu sangat bahagia saat mendengar bahwa kamu telah menemukan seseorang yang mendampingimu. Dia bilang dia akan selalu mendoakanmu dan Maura agar tetap bahagia bersama. Oh, dan selamat, Raven. Aku sudah tahu tentang kehamilan Maura. Aku harap kamu bisa menjadi ayah ya
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

97. Rencana Yang Berjalan

Di atas pesawat, Raven tampak sibuk di depan laptopnya yang terbuka, masih merevisi beberapa bab dari bukunya. Lalu tanpa sengaja, manik kelabunya melirik ke aran Maura yang ternyata telah tertidur di kursi di sebelahnya. Seketika perasaan bersalah pun menyerbu benaknya. Ah, ia terlalu fokus dengan pekerjaan sampai-sampai lupa bahwa ada sosok yang harus ia perhatikan kondisinya. Pria itu pun tak perlu berpikir lama untuk segera menutup laptopnya, lalu dengan perlahan beranjak untuk berdiri. Ia berusaha melepaskan seat belt di perut Maura tanpa suara, lalu dengan lembut menggendong tunangannya itu ala bridal dengan hati-hati agar tidak terbangun. Raven membawa Maura ke dalam sebuah kabin tertutup serupa ruangan kecil dengan ranjang empuk berukuran sedang untuk beristirahat, lalu membaringkan wanita itu di atasnya. Secercah senyum kecil terpulas di wajahnya, saat melihat bagaimana Maura tampak sama sekali tidak terganggu dengan itu semua dan tetap tampak pulas dalam tidurnya
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

98. Tangkap Dia

Raven melangkah turun dari pesawat dengan percaya diri, dengan Maura yang ia gendong ala bridal di dalam pelukannya. Wanita itu pun hanya bisa menyurukkan wajahnya yang merona karena malu di balik dada bidang Raven, saat beberapa kru bandara tersenyum melihat mereka. Meski mereka pun tampaknya tetap berusaha untuk bersikap profesional. Sementara itu, Raven tetap tenang dan tidak menunjukkan sedikit pun rasa canggung seperti biasa. "Raven, tolong turunkan aku! Aku bisa berjalan sendiri," bisik Maura seraya memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menghindari tatapan orang-orang Raven hanya terkekeh kecil, tidak memperdulikan protes menggemaskan tunangannya itu. "Aku tahu kamu bisa berjalan, Moora. Tapi aku lebih suka seperti ini. Rasanya sangat luar biasa saat aku sedang membawa tiga orang yang paling aku cintai di dunia dalam dekapan." Kata-kata itu pun membuat Maura seketika terdiam, dan akhirnya menyerah. Senyuman kecil terlukis di wajahnya meskipun pipinya masih tetap me
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

99. Hilang

Di dalam kamar yang diterangi cahaya remang dari lampu di sudut ruangan, Maura berbaring di atas ranjang dengan tubuhnya diselimuti dalam kehangatan Raven. Napas pria itu berhembus dan terasa panas di lehernya, sementara jemarinya dengan lembut mengusap kulitnya yang terasa seperti sutra. Setiap sentuhan Raven membuat Maura tersentak dalam sensasi yang membakar, dengan desahannya yang penuh mengisi ruang di antara mereka. Raven menatap wajah Maura yang merona karena tak berdaya dalam gairah, lalu bibirnya pun melengkung membentuk senyuman puas. "Apa kamu tahu, Moora? Aku bisa menghabiskan seluruh hidupku hanya untuk memujamu seperti ini," bisiknya seraya mengecup lembut bibir Maura, yang dengan pasrah menerima ciumannya. Maura merintih lirih saat bibir panas Raven kini berpindah untuk mencium dadanya dengan penuh nafsu, lalu menggelitik lekukan lembut itu dengan usapan lidahnya. Ia sungguh tergila-gila oleh rasa manis serta aroma kulit Maura yang selalu terasa memabukkan.
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

100. Pertemuan Di Mansion Keluarga King

Maura melangkahkan perlahan kakinya yang terasa berat perlahan ke dalam kamar, seolah beban emosionalnya turut membebani tubuhnya. Matanya yang sembab tampak masih merah karena air mata yang baru saja ia tahan di hadapan Lewis. Namun pemandangan di depan mata membuat napasnya tertahan sesaat. Ia menatap nanar pada nampan berisi segelas susu, beberapa kue, dan potongan buah tersaji rapi di atas meja kecil di dekat ranjang, "Raven." Nama itu pun seketika langsung terlintas di benaknya. Maura tahu, hanya Raven yang memiliki perhatian seperti ini. Tidak ada orang lain yang tahu kebiasaannya yang menyukai susu cokelat hangat disertai camilan ringan untuk menemaninya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Maura pun berjalan mendekati meja itu. Ia menyentuh gelas susu tersebut, tetapi rasa dingin segera merayap ke telapak tangannya. Susu itu telah lama berada di sini, kehangatannya telah hilang... sama seperti hatinya yang kini telah membeku karena kehilangan kehangatan yang
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status