All Chapters of Bittersweet Revenge: Chapter 21 - Chapter 30

86 Chapters

BR ~ 21

“Halo, Pak, kapan kita bisa ketemu?” Indah langsung bertanya dan tidak ingin berbasa-basi pada Bahar. Penantian selama 15 tahun, membuat Indah tidak lagi memiliki kesabaran untuk mengetahui semua hal dari Bahar.“Senin depan gimana, Non?” tanya Bahar. “Pak Regan keluar kota.”Indah menggeleng sambil menatap kamarnya dari tengah tangga. “Nggak bisa besok malam, Pak? Saya bisa ketemu Bapak kapan aja.”“Non, jangan keluar malam-malam,” larang Bahar. “Baha—”“Saya sudah biasa pulang malam kalau ngantor,” putus Indah. “Jadi nggak masalah buat saya.”“Non—”“Besok malam, ya, Pak,” mohon Indah tidak sabar. “Kabari saya di mana dan jam berapa, biar saya bisa langsung ke sana. Please, Pak, please.”Bahar mengembuskan napas besar. “Kalau begitu, besok saya kabari kalau pulang dari rumah pak Regan.”“Makasih banyak, Pak! Makasih,” ucap Indah dengan rasa yang tidak bisa diungkap. Tinggal sedikit lagi, Indah akan mengetahui semua yang terjadi di masa lalu.Setelah mengakhiri pembicaraan singkatnya
Read more

BR ~ 22

“Ang ... gun?” Sabda mengingat-ingat semua hal tentang keluarga April. “Kalingga? Anggun Kalingga? Siapa ... 12 tahun? Tolong, jelaskan pelan-pelan. Kamu—”“Papaku kakaknya om Regan,” sela Indah kemudian menceritakan semua kejadian 15 tahun lalu secara singkap pada Sabda.Indah benar-benar mempertaruhkan dan memasrahkan hidupnya di tangan Sabda. Semoga saja, kali ini firasatnya tidak salah dan Sabda bisa tetap berada di sisinya. Jika tidak pun, Indah berharap Sabda tetap menjaga rahasianya dan tidak pernah ikut campur.“Waw.” Sabda ternganga mendengar cerita Indah. Masih tidak percaya, karena ia tidak pernah mendengar nama Anggun Kalingga sebelumnya.Jika semua kejadian tersebut terjadi 15 tahun yang lalu, itu berarti Sabda kala itu masih berusia 17 tahun. Ia masih duduk di bangku SMA dan wajar jika Sabda tidak mengetahui beberapa hal yang terjadi di luar sana.Namun, ada satu hal yang mengusiknya dan Sabda tidak bisa menjelaskan hal tersebut pada Indah.“Mas Sabda ... nggak percaya?”
Read more

BR ~ 23

Meski sudah memakai sebuah jaket, Sabda merapatkan kerahnya lebih erat. Setiap hembusan napasnya membentuk uap tipis dan tubuhnya sesekali bergetar ringan, karena hawa dingin dari beberapa pendingin ruangan di ruang server.Jika saja Indah bersamanya sejak tadi, Sabda pasti sudah memeluk gadis itu untuk mencari sebuah kehangatan. Namun karena jarum jam belum berada di angka 11, maka Sabda harus bersabar sembari terus membuka dan membaca arsip yang telah tersimpan 15 tahun lamanya.Ketika menemukan beberapa hal janggal, Sabda lantas mengeluarkan earbuds dan menyumpal telinganya karena akan menghubungi seseorang.“Pa! Waktu Papa masih jadi pemred 15 tahun yang lalu, kenapa ada berita yang nggak naik cetak dan nggak tayang?”“Kamu di mana?” Budiman balik bertanya dan tidak menjawab pertanyaan Sabda.“Di ruang server.”“Temui Papa di atas.”Sabda baru membuka mulutnya untuk bertanya, tetapi Budiman sudah lebih dulu mengakhiri pembicaraan mereka. Melihat jam di ponselnya baru menunjukkan p
Read more

BR ~ 24

“Minum dulu.” Sabda menyodorkan segelas cokelat hangat pada Indah, yang duduk di ruang tengah apartemennya.Setelah Bahar pergi dengan tergesa, Sabda pun membawa Indah pulang ke apartemennya. Saat melihat Bahar bersikap seperti itu, Sabda semakin yakin Budiman tahu semua hal yang terjadi 15 tahun yang lalu. Jika tidak, Bahar harusnya tetap saja bicara dengan Indah, meskipun sempat terlihat terkejut pada awalnya.Indah menerima gelas tersebut dan langsung meminumnya dengan perlahan.“Kamu pasti mikir, kenapa pak Bahar mendadak pergi waktu aku datang.” Tidak ada yang perlu disembunyikan dari Indah, karena mereka memang harus mendiskusikan hal yang terasa janggal.“Harusnya, antar aku ke kosan.”“Dan kehausan.”“Apa?” Dahi Indah berkerut saat melihat Sabda duduk di sampingnya, sembari membawa gelas dengan model yang sama.“Aku kehausan karena di kamarmu nggak ada minuman.” Sabda mengangkat gelasnya. “Nggak mungkin aku bisa minum teh hangat dan bikinin kamu cokelat kalau di sana. Dasar pe
Read more

BR ~ 25

Sabda membuka pintu ruang server dan mempersilakan Indah keluar lebih dulu. Ia baru saja menunjukkan arsip berita 15 tahun yang lalu dan belum membahas apa pun karena staff IT sedang berada di dalam.“Ada berapa jumlah media 15 tahun lalu.” Indah bicara pelan ketika Sabda telah menutup pintu. “Apa mereka semua sama? Nggak, kan?”“Tapi setiap media selalu ikut dengan tren yang ada saat itu.” Sabda mengingatkan. Berjalan mendahului Indah yang tampak semakin banyak pikiran. “Opsi lain yang kita belum tahu, ada berita besar apa yang bisa menutupi berita kecelakaan itu. Kan, selalu seperti itu ritmenya? Kita pasti lebih menyorot berita yang lebih heboh.”Indah membenarkan ucapan Sabda. Entah, apakah ia bisa mempercayai pria itu 100 persen, jika Budiman memang memiliki andil dalam kejadian 15 tahun yang lalu. Tidak hanya itu, Indah juga memikirkan perasaannya jika selalu berada di dekat Sabda. Kehadiran pria itu, bisa membuat logika dan instingnya tidak lagi berada di jalan yang lurus.“Mas
Read more

BR ~ 26

“Kenapa belum jalan juga?” Indah baru sadar, Sabda hanya duduk di belakang kemudi tetapi belum menstarter mobilnya. Pria itu melihatnya dengan seksama, seolah ada sesuatu yang aneh dengan dirinya saat ini.“Kamu potong rambut dan ...” Tatapan Sabda turun pada paha Indah. Celana jeans yang dipakai gadis itu sudah berganti model. Dari wide-leg jeans dengan potongan longgar, menjadi model skinny yang membentuk bagian tubuh Indah. “Harusnya, aku ngasih kamu ceramah dari kemarin-kemarin, biar cepat berubahnya.”“Apa, sih!” Indah jadi risih sendiri karena tatapan Sabda. “Aku juga begini waktu di Surabaya. Biasa aja lihatnya. Aku colok, baru tahu rasa!”Sabda terkekeh lalu menstarter mobilnya. Namun, ia belum menjalankannya karena ingin menyentuh juntaian rambut Indah yang terurai itu. Ia yakin sekali, Wahyu semakin mengagumi Indah dan semakin merasa tersiksa karena gadis itu lebih memilih Sabda.“Sebenarnya aku lebih suka kamu rambut panjang,” ujarnya terus terang. “Tapi, gini justru kelihat
Read more

BR ~ 27

“Sudah ketemu yang dicari?” Setelah beberapa urusannya selesai, Wahyu mendatangi Sabda yang masih berada di ruang arsip. Pria itu duduk dalam diam, dengan beberapa boks arsip yang tersusun rapi di meja.Begitulah Sabda. Tidak akan pernah membiarkan barang-barang berantakan di depan mata. Pria itu pasti meletakkan kembali semua ke tempatnya, agar terlihat rapi seperti semula.“Penasaran?” Sabda menghela panjang tanpa melihat Wahyu. Ia paham, rasa ingin tahu Wahyu pasti sedang meronta-ronta. Pria itu pasti ingin tahu yang dilakukan Sabda dan mencurigainya. Wahyu tidak akan bisa percaya begitu saja, ketika Sabda datang pagi-pagi dan ingin melihat arsip Warta.Wahyu tidak menjawab. Ia berdiri di samping Sabda, lalu meraih sebuah tumpukan berkas paling atas yang sudah disisihkan pria itu. Membukanya dan membaca dengan seksama.Keduanya berakhir dalam diam. Sibuk dengan berkas di depan mata dan terhanyut dengan pikiran masing-masing.Sementara Sabda hanya duduk dan membuka satu per satu ars
Read more

BR ~ 28

“Ini rumah siapa?” Indah menutup pintu mobil dan menatap Wahyu yang juga baru melakukan hal yang sama. Namun, pria itu tidak menjawab dan pergi meninggalkannya.Indah menoleh perlahan ke belakang. Melihat pintu gerbang yang baru dilewatinya sudah ditutup dan dikunci oleh seorang pria.Bagaimana ini?Indah benar-benar terjebak dan tidak memungkinkan untuk putar arah.“Heh, Indah!” panggil Wahyu karena gadis itu tidak kunjung menyusul dan berada di sampingnya. “Mau di sana sampai kapan?”Indah menatap Wahyu tanpa ekspresi. Sambil membenarkan kacamatanya, ia mulai berjalan di belakang pria itu. Menyusuri jalan berpaving dengan lebar tiga meter. Ada tembok tinggi di samping kiri dan bangunan rumah di sisi kanan, membuat Indah merasa berjalan di sebuah perumahan sederhana.Indah belum melihat di mana letak garasinya, karena Wahyu hanya memarkirkan mobilnya di sembarang tempat.“Ini rumah siapa?” Indah mengulang pertanyaan yang belum dijawab oleh Wahyu.“Rumahku.”“April?”“Dia ada di rumah
Read more

BR ~ 29

“Apa yang terjadi?” Sabda menyodorkan berkas di depan Budiman. “Kenapa Kalingga nggak punya saham lagi di Warta? Kenapa pecah kongsi dan kapan?”Budiman hanya melirik berkas tersebut, tanpa berminat menyentuhnya. “Pertama, kenapa kamu tiba-tiba mencari tahu berita 15 tahun lalu di ruang server waktu itu? Kedua, besoknya, kamu dan Indah ada di ruang server. Ketiga, mau apa kamu ke kantor Wahyu dan membawa beberapa arsip masa lalu? Apa yang sedang diinvestigasi, Sab? Sebagai dirut, aku minta tolong, jelaskan secara profesional. Apa yang “timmu” lakukan?”Ternyata, pergerakan Sabda sedang diawasi. Oleh papanya sendiri.Mengenai ruang arsip di Firma Sadhana, sudah pasti Wahyu yang melaporkan hal tersebut pada Budiman. Sabda sudah yakin dan tidak perlu lagi mempertanyakannya.“Jawab pertanyaanku, Pa.” Sadar, pembahasan mereka akan panjang, Sabda akhirnya duduk di kursi yang berseberangan dengan Budiman. “Aku bicara sebagai anak dan lupakan profesionalisme. Kenapa pecah kongsi dengan Kaling
Read more

BR ~ 30

“Sorry, telat!” Sabda menghampiri sang mama yang duduk di sofa taman dan memeluknya. Kemudian, ia hanya memberi anggukan pada Budiman, lalu mempersilahkan Indah menyapa kedua orang tuanya. “Kami ke kantor bentar.”Indah menghampiri Syifa lebih dulu untuk menyapa, disusul Budiman kemudian. Setelah itu, Ia mengikuti Sabda yang sudah lebih dulu duduk di sofa panjang yang berseberangan dengan Wahyu dan April.Indah menatap tajam pada April yang tampak terkejut dan terlihat berang. Wanita itu sepertinya tidak tahu menahu, mengenai kedatangan Indah ke kediaman Wisesa. Sementara itu, Sabda sudah memberitahu perihal kehadiran Wahyu dan April pagi tadi kepadanya.“Wahyu sama April juga baru datang,” ujar Syifa. “Baru juga duduk, terus kalian nyusul.”“Ma, tolong minta bibik percepat makan siangnya,” pinta Budiman pada sang istri sembari memberi anggukan kecil.Merasa ada yang janggal dengan permintaan Budiman, Syifa pun tidak bisa menolak. Pasti ada yang hendak dibicarakan dengan Sabda dan Wahy
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status