Home / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Pendekar Bukit Meratus: Chapter 201 - Chapter 210

347 Chapters

Bab 201: Makin Tampan Manis

Satu hal lagi yang membuat Boon Me kadang pusing sendiri, karena Pendekar Gledek tak begitu menerapkan susila dan mempunyai dua gundik cantik, sekaligus menjadi pembantu utamanya, otomatis para muridnya pembantu-pembantu utama lainnya tak beda jauh kelakuan.Boon Me tak aneh melihat ada beberapa murid dan pembantu utama Pendekar Gledek yang juga menjadi pelatih para murid-muridnya ini, yang terlibat pergaulan bebas, walaupun tidak terang-terangan.Tapi Boon Me tak pedulikan itu, tujuannya hanya satu, yakni berlatih silat dengan tekun, dan berharap menguasai semua ilmu gurunya ini.Lima tahun pun lewat tak terasa…!!Walaupun belum genap 13 tahun usianya, tapi ilmu kanuragan Boon Me sudah bisa disejajarkan dengan murid-murid senior atau di sebut pembantu utama di Padepokan Gledek ini. Inilah buah dari ketekunannya selama jadi murid istimewa Pendekar Gledek. Bahkan saat di adu dengan beberapa murid yang sudah lebih 10 tahun ikut Pendekar Gledek, Boon Me mampu kalahkah mereka, walaupun b
Read more

Bab 202: Jadi Murid Dua Pendekar Hewan

Tapi Boon Me sangat cerdik, dia bertekad tidak akan terbuka soal siapa ortunya pada siapapun, karena yang dia tahu hanya nama ibunya yang bernama Guru Dao.Tapi tak tahu siapa nama ayah kandungnya, mendiang paman dan bibi angkatnya juga tak sempat beritahu dirinya.Bibi angkatnya hanya sebut, ayah kandungnya tinggal di Pulau Borneo dan sangat sakti! “Kelak kamu temui murid ibumu, namanya Anong, dialah yang tahu siapa ayah kandungmu Boon Me,” itulah pesan dari bibi angkatnya.Dengan tenang Boon Me pun sebutkan, dia sejak usia masih bayi di angkat anak oleh kedua paman dan bibinya, yang tewas oleh kelompok perampok yang berjuluk 13 Setan, kemudian ikut Pakhan si bajak laut dan kini berguru pada Pendekar Gledek.“Hmm…keturunan orang Thai ternyata…! Eh kamu belajar apa saja selama jadi murid Pendekar Gledek, ayoo segera bersilat, aku mau lihat!” si muka monyet memerintah.Boon Me melirik gurunya dan pendekar sakti ini mengangguk sekan beri lampu hijau buat Boon Me.Lalu Boon Me yang mu
Read more

Bab 203: Diminta Cari Wanita

Boon Me aslinya senang di ajak dua pendekar hewan merantau lagi, sebab dia sudah jengah melihat kelakuan murid-murid Pendekar Gledek yang tidak punya kesusilaan.Bercinta di mana suka dan tak peduli kadang di lihat murid-murid lainnya, atau bahkan para pembantu Pendekar Gledek yang malah ikutan berpesta syahwat.Selama dalam perjalanan menuju ke tempat kediaman dua pendekar hewan, sepanjang jalan Boon Me pun ceritakan kenapa dia mempunyai ilmu hipnotis tadi.Dua pendekar hewan sampai takjub dan bilang itulah namanya bakat yang tak semua orang dapat.“Mungkin di kepala kamu saat kepentuk tanah ada gumpalan darah dan itu malah jadi sumber ilmu sihir itu,” cetus si muka kuda dan kini dia tak penasaran lagi.Tapi perjalanan ini bukanlah santai, Boon Me digojlok berlari cepat, untuk melatih otot-otot kakinya.“Ini namanya jurus mengejar awan, jurus ini tak kalah dari jurus mengejar angin milik si Prabu Japra itu!” cetus si muka kuda.Sambil ajarkan Boon Me bagaimana melatih jurus berlari c
Read more

Bab 204: Mulai Berpetualang

“Ah masa begitu guru, kalau gitu aku nggak mau gunakan ilmu sihir ini, lagian masa harus bercinta, apa nggak ada jalan lain?” cetus Boon Me sambil minum arak, yang sebelumnya dia beli di sebuah desa terdekat.Boon Me malu mencuri, sehingga dia membeli arak kesukaannya, uangnya? Tentu saja ambil dari orang kaya pelit..!Lagi-lagi inilah ajaran ‘salah’ kedua gurunya tersebut, yang malah jadi kebiasaan Boon Me.Boon Me kini ikut kebiasaan kedua gurunya yang berwajah aneh ini. Suka minum arak, dia biasa mabuk dan lucunya terkadang makin lihai kalau setengah teler!“Alahhh kamu itu, kalau sudah sekali saja mencelup batang burungmu, bakalan nagih dahhh, hi-hi-hi” ejek si muka kuda terkekeh, hingga mulutnya yang tinggal 4 buah gigi di geraham kiri dan kanan terlihat.Lalu si muka kuda dengan cueknya cerita soal wanita, kala mereka masih ‘waras dan sehat’. Hingga Boon Me jadi pusing sendiri mendengarnya.“Ah sudahlah, aku mau latihan lagi,” sahut Boon Me dengan langkah agak goyang, alias sete
Read more

Bab 205: Di Ejek, Lalu Berubah Tampan

Boon Me tertegun, barulah ia sadar, pakaiannya seadanya, bahkan ada yang sobek, sepatunya juga boncos di depan.“Lah kok melamun? Pergi nggak, kalau nggak mau pergi, aku panggil centeng nih,” ancam si pelayan ini dengan wajah di bengis-bengiskan, agar Boon Me keder.“Hei pelayan jangan usir dia, kalau dia makan, aku yang bayar semua!” tiba-tiba terdengar suara seorang wanita.Boon Me langsung menoleh, terpana juga dia, wanita ini sangat manis dan rambutnya di beri pita warna pink. Agaknya masih belum terlalu tua usianya, antara 20-25 an umurnya.Pakaiannya yang berwarna merah terlihat mewah dan di dadanya ada rajutan bunga teratai, ada pedang tergantung di pinggangnya, yang menandakan wanita ini seorang pendekar.Teman-temannya juga sama, ada 2 wanita lainnya dan 2 pria muda, yang gayanya seperti kaum bangsawan dan agak congkak, warna pakaian mereka kompak warna merah.Gadis ini lalu melempar dua koin perak ke lantai, yang diterima dengan terbungkuk-bungkuk oleh si pelayan.Melihat ga
Read more

Bab 206: Mulai Tunjukan Kehebatnnya

Boon Me tertarik melihat lebih dekat terlebih dia melihat dua pria ini langsung setengah pingsan terkena pukulan sakti.Begitu sampai di halaman, kembali Boon Me, tiga wanita berbaju merah kini seolah jadi bulan-bulanan dua pria berbaju kuning.“He-he hanya segini kemampuan kalian, lebih baik kalian nyerah dan kita bersenang-senang sampai besok pagi di penginapan. Daripada badan denok kalian lebam-lebam kami belai,” ejek si muka kuning yang memiliki kumis tebal terbahak-bahak.“Bangsat, kalian berani menghina kami dari Padepokan Teratai Merah, sampai mati kami tak bakal menyerah, dasar kalian dari Padepokan Baju Kuning bau ta’i, cuihhh najissss!” dengar bentakan dari wanita yang sebelumnya membayari makanan Boon Me di warung tersebut.Lalu serempak mereka cabut pedang masing-masing di pinggang. Tapi kedua lawannya ini tetap santai dan belum cabut golok di pinggang.Nampak sekali mereka anggap remeh kemampuan ke 3 wanita berbaju merah ini.“Olalala…makin marah makin manis, asoyyy geboy
Read more

Bab 207: Ki Samonang Bertemu Boon Me

“Aku hanya nyamar saja kok tadi, tapi makasih yaa, kamu sudah traktir aku makan, sekarang kita impas!” sahut Boon Me pendek.Sambil melihat dua pria yang tadi di hajar dua orang baju kuning bangkit dari semedinya, kini mereka tak berani lagi anggap remeh Boon Me.“Weww…! Oh ya kenalkan aku Balina, ini Omeh dan ini Salumi, dan itu dua teman kamu Jobo dan Itong, kami dari Padepokan Bunga Teratai, siapakah kisanak yang hebat ini? Dari padepokan mana?” Balina kenalkan langsung dirinya dan 4 temannya, yang langsung beri hormat ke Boon Me, tak berani lagi anggap remeh.Balina kini sudah berubah pandangan 100 persen pada Boon Me, walaun dia tahun Boon Me masih remaja, tapi dia klepek-klepek melihat ketampangan remaja ini.Tanpa sungkan dia pasang wajah ketertarikan pada Boon Me, termasuk dua temannya Omeh dan Salumi, yang tak malu-malu tunjukan ketertarikannya.“Aku Boon Me, aku hanya perantau biasa, tidak berasal dari padepokan manapun!” Sahut Boon Me pendek.“Baiklah…sampai bertemu lagi!”
Read more

Bab 208: Kembali Menolong Kelompok Baju Merah

Kalau Boon Me biasa saja setelah bertemu Ki Samonang, beda halnya dengan kakek itu, dia berasa kenal dengan anak remaja ini, tapi kenal di mana dia lupa! Sekaligus agak khawatir dengan kesaktiannya.“Semoga saja tak salah jalan, mata anak itu ngeri, seperti punya daya magis yang kuat, mirip mata Prabu Japra…eh kenapa aku malah baru nyadar, wajahnya kan agak mirip Prabu Japra…atau malah lebih mirip Prabu Harman Maharaja Hilir Sungai?” batin Ki Samonang bingung sendiri, sambil terus berlari cepat.Boon Me yang baru turun gunung dan tak hapal jalan, kini berjalan biasa lagi, dia benar-benar hanya menikmati pemandangan pegunungan yang indah di sepanjan jalan yang di laluinya.Kadang di sebuah desa dia berhenti dan menonton para petani menjaga sawahnya yang menguning.Ingatannya lalu melayang ke paman dan bibi angkatnya yang juga petani di Negeri Thai, saat dia kecil dan sering bermain serta membantu ortu angkatnya di sawah.Lalu sejurus kemudian, matanya yang tajam berkilat kalau ingat ko
Read more

Bab 209: Dibawa ke Markas Teratai Merah

Boon Me yang setengah mabuk makin keras tertawa, akibatnya 3 wanita baju merah ini makin keras ikutan tertawa terbahak.Apalagi saat melihat musuh mereka belepotan semua tubuhnya terkena lumpur sampai ke wajah, bahkan kini merangkak bangun sambil menyumpah-nyumpah.“Hajar terus pendekar mabuk, bikin baju kuning bau ta’i ini merangkak kayak babi keluar dari kubangan,” ceplos si baju merah yang paling cantik ini.Boon Me yang setengah mabuk keluar sifat jenakanya, padahal kalau lagi ‘normal’ dia sangat pendiam, kini benar-benar hajar ke 9 orang ini hingga makin jumpalitan terkena tendangan-tendangan kerasnya.Terlihat seperti tendangan sembarangan, padahal Boon Me tengah gunakan jurus gledek yang sangat hebat.Masih untung Boon Me tak gunakan tendangan maut, sehingga ke 9 orang ini hanya terkilir dan lebam-lebam saja di hajarnya. Puas melihat ke 3 orang ini keok, Boon Me lalu keluarkan hanya 25 persen saja jurus gledek-nya, blarrr…ke 3 orang terlempar sangat jauh dan terjatuh di lemb
Read more

Bab 210: Jadi Pemain Cinta

Boon Me yang masih ‘hijau’ dibawa ke sebuah kamar yang lumayan luas. “Aku mau di bawa kemana?” tanya Boon Me polos, saat mereka sampai di depan pintu sebuah ruangan di padepokan ini.“Tenang ganteng, kamu pasti capek kan, setelah membantu Herni dan dua kawannya dari kelompok baju kuning. Jadi kamu beristirahat dulu. Ntar malam kamu kami kenalkan dengan guru kami. Beliau saat ini masih belum pulang,” sahut Omeh terkekeh. Setelah masuk ke kamar yang harum, Salumi lalu memanggil dua orang pelayan di padepokan tersebut dan minta di antar arak dan makanan ringan.Begitu hidangan tersedia, Boon Me langsung di suguhi arak-arak terbaik dan pastinya bikin cepat mabuk.Dengan gaya memikat, Balina menuangkan arak tadi di gelas dan menyodorkan ke Boon Me.“Mari kita rayakan pertemuan ini. Boon Me adalah tamu terhormat kita,” kata Balina, sambil angkat gelasnya, yang diikuti Omeh dan Salumi.Ketiganya memang sudah terbiasa ikut guru mereka hadiri pesta-pesta, sehingga gaya mereka sangat luwes,
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
35
DMCA.com Protection Status