Kalau Boon Me biasa saja setelah bertemu Ki Samonang, beda halnya dengan kakek itu, dia berasa kenal dengan anak remaja ini, tapi kenal di mana dia lupa! Sekaligus agak khawatir dengan kesaktiannya.“Semoga saja tak salah jalan, mata anak itu ngeri, seperti punya daya magis yang kuat, mirip mata Prabu Japra…eh kenapa aku malah baru nyadar, wajahnya kan agak mirip Prabu Japra…atau malah lebih mirip Prabu Harman Maharaja Hilir Sungai?” batin Ki Samonang bingung sendiri, sambil terus berlari cepat.Boon Me yang baru turun gunung dan tak hapal jalan, kini berjalan biasa lagi, dia benar-benar hanya menikmati pemandangan pegunungan yang indah di sepanjan jalan yang di laluinya.Kadang di sebuah desa dia berhenti dan menonton para petani menjaga sawahnya yang menguning.Ingatannya lalu melayang ke paman dan bibi angkatnya yang juga petani di Negeri Thai, saat dia kecil dan sering bermain serta membantu ortu angkatnya di sawah.Lalu sejurus kemudian, matanya yang tajam berkilat kalau ingat ko
Boon Me yang setengah mabuk makin keras tertawa, akibatnya 3 wanita baju merah ini makin keras ikutan tertawa terbahak.Apalagi saat melihat musuh mereka belepotan semua tubuhnya terkena lumpur sampai ke wajah, bahkan kini merangkak bangun sambil menyumpah-nyumpah.“Hajar terus pendekar mabuk, bikin baju kuning bau ta’i ini merangkak kayak babi keluar dari kubangan,” ceplos si baju merah yang paling cantik ini.Boon Me yang setengah mabuk keluar sifat jenakanya, padahal kalau lagi ‘normal’ dia sangat pendiam, kini benar-benar hajar ke 9 orang ini hingga makin jumpalitan terkena tendangan-tendangan kerasnya.Terlihat seperti tendangan sembarangan, padahal Boon Me tengah gunakan jurus gledek yang sangat hebat.Masih untung Boon Me tak gunakan tendangan maut, sehingga ke 9 orang ini hanya terkilir dan lebam-lebam saja di hajarnya. Puas melihat ke 3 orang ini keok, Boon Me lalu keluarkan hanya 25 persen saja jurus gledek-nya, blarrr…ke 3 orang terlempar sangat jauh dan terjatuh di lemb
Boon Me yang masih ‘hijau’ dibawa ke sebuah kamar yang lumayan luas. “Aku mau di bawa kemana?” tanya Boon Me polos, saat mereka sampai di depan pintu sebuah ruangan di padepokan ini.“Tenang ganteng, kamu pasti capek kan, setelah membantu Herni dan dua kawannya dari kelompok baju kuning. Jadi kamu beristirahat dulu. Ntar malam kamu kami kenalkan dengan guru kami. Beliau saat ini masih belum pulang,” sahut Omeh terkekeh. Setelah masuk ke kamar yang harum, Salumi lalu memanggil dua orang pelayan di padepokan tersebut dan minta di antar arak dan makanan ringan.Begitu hidangan tersedia, Boon Me langsung di suguhi arak-arak terbaik dan pastinya bikin cepat mabuk.Dengan gaya memikat, Balina menuangkan arak tadi di gelas dan menyodorkan ke Boon Me.“Mari kita rayakan pertemuan ini. Boon Me adalah tamu terhormat kita,” kata Balina, sambil angkat gelasnya, yang diikuti Omeh dan Salumi.Ketiganya memang sudah terbiasa ikut guru mereka hadiri pesta-pesta, sehingga gaya mereka sangat luwes,
Segala sesuatu yang enak pasti akan menimbulkan candu, begitu juga dengan Boon Me, walaupun awa-awalnya dia tak kuat bertahan, tapi Balina dan Omeh serta Salumi tertawa senang, saat Boon Me kembali perkasa dalam waktu singkat.“Woww…bakalan asoy nih,” seru Omeh kesenangan, saat Boon Me mulai siap lagi ‘bertarung’ dan tongkatnya sudah bangkit dengan kokohnya.Mengetahui Boon Me tak berpengalaman, ketiga wanita ganjen ini tak sungkan ajari Boon Me, bagaimana caranya menyenangkan hati wanita.Mulai dari berciuman, hingga gaya-gaya bercinta, semuanya di ajarkan ketiganya ke Boon Me.Kalau selama ini Boon Me hanya belajar silat, kini remaja ini di latih bagaimana bercinta yang asyik. Boon Me remaja cerdas, dalam waktu singkat, dia sudah jadi pemain cinta yan handal. Kini Balina, Omeh dan Salumi memetik hasilnya, Boon Me pun jadi pejantan tangguh yang tiada duanya hingga tengah malam.“Gila nihh, nggak ada puasnya,” ceplos Salumi terbahak. Saat Boon Me kembali gauli mereka bergantian di
"Sabar paman Sawon, aku ke sini bukan untuk bermusuhan denganmu,” sahut Boon Me santai. Melihat kelakuan Boon Me begitu, kemarahannya bukannya mereda.Sebagai kepala padepokan Teratai Merah yang sangat kesohor di daerah perbatasan antara Kerajaan Kubu Raya dan Hilir Sungai ini, Sawon merasa sangat malu dalam satu kali gebrakan, dia kalah dengan remaja tanggung ini.Lebih sirik lagi, wajah Boon Me sangat tampan dan bikin 3 bidadari utamanya sudah di taklukan luar dalam.Padahal selama ini Sawon yang terlalu percaya diri beranggapan, dialah pria paling tampan, dengan wajah bak wanita, saking sukanya bersolek, di tambah suka berpakaian perlente.“Plakk!” kembali kedua lengan tangan Boon Me bertemu tangan Sawon. Namun, dengan kecepatan luar biasa Boon Me menggunakan sebelah tangan lagi memukul ke arah sambungan siku dari tangan Sawon.Cepat sekali pukulan ini dan Sawon sampai berteriak kaget, tangannya kesemutan karena yang terkena pukulan adalah tepat di sambungan siku bawah.Untung saja
Setelah beri peringatan ini dan itu, Pendekar Gledek tanpa banyak basa-basi, lalu minta sediakan kamar dan tiga murid Sawon untuk menemaninya.Kali ini Sawon tanpa banyak cincong langsung sodorkan Balina, Omeh dan Salumi menemani Pendekar Gledek. Dia tak peduli ke 3 wanita ini sudah 'klenger' layani Boon Me, dan kini harus layani Pendekar Gledek kembali. Dia sengaja, karena diam-diam masih jengkel dengan kelakuan Boon Me yang mengeram 3 bidadari cantiknya ini.“Huhh dasar, tidak guru, muridnya pun sama kelakuan,” sungut Sawon, lalu menghilang bersama bidadarinya yang lain.Boon Me yang di tinggalkan hanya bisa bengong, dia pun menghela nafas panjang.“Mending aku pergi saja, ngapain di sini melihat guru dan Sawon asek kelonin cewek,” batin Boon Me, lupa kalau dia pun sama kelakuan!Boon Me lalu meninggalkan sebuah surat, yang mengatakan dia duluan menuju ke lereng bukit meratus bagian selatan, yang di tujukan ke gurunya, lalu dia titip pada salah satu murid laki-laki Sawon.Boon Me s
Seolah kilat serangan itu, saking cepatnya, Boon Me gagal menghadang, dia otomatis hanya melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya agar tak terluka.Desss….!Tubuh Boon Me jatuh tunggang langgang, untungnya dia tak apa-apa. Boon Me langsung berdiri, tapi tak urung sesaat dadanya sangat sesak.Pukulan ini sangat mematikan, andai Boo Me tak punya tenaga dalam hebat, satu pukulan tadi bisa bikin dia pindah alam.Kini kembali dia kaget, orang barusan menerjangnya ternyata seorang wanita matang, berbaju kuning sama dengan dua wanita sebelumnya.Wanita ini pun sama kagetnya, padahal pukulan yang dilesakan bukan sembarangan pukulan, tapi amat mematikan. Tapi hebatnya remaja tanggung ini hanya jatuh bergulingan dan kini bangkit lagi.“Bocah tanggung kurang ajar, berani sekali kamu sihir anakku dan muridku!” bentaknya dan bersiap menyerang lagi.Kagetlah Boon Me, tak menyangka, wanita berbaju kuning yang terlihat mewah ini ternyata ibu sekaligus guru dari dua dara remaja baju kuning tadi.Boo
“Enak saja, aku laki-laki sejati, bukan kayak si Sawon, yang mirip banci,” balas Boon Me spontan sambil minum air putih tadi, tapi ucapannya tadi kontan bikin si dara ini terbelalak.“Jadi kamu sudah bertemu pimpinan padepokan baju merah itu? Yang terkenal suka merayu perempuan dan kalau menolak suka gunakan kekerasan?” tanya si dara ini terkaget-kaget.Kaget karena Boon Me seolah kedudukannya setara saja dengan tokoh golongan hitam itu. “Hebat betul ni orang, padahal usianya masih muda?” pikir si dara ini.Tentu saja Boo Me begitu karena dia saudara seperguruan dari Pendekar Ulat Bulu itu, sama-sama murid Pendekar Gledek!“Bukan hanya bertemu, aku juga sempat bentrok dengannya, gara-gara murid-muridnya aku kelo…eh sudahlah, tuh ibu kamu datang!” sahut Boon Me buru-buru sudahi ucapannya, hampir saja dia keceplosan.Dehea ajak Boon Me dan anaknya ini masuk ke ruang tamu di pesanggrahannya. Muridnya yang satunya tadi di minta mengobati luka-lukanya ke dalam, setelah bentrok dengan 5 ora