"Sabar paman Sawon, aku ke sini bukan untuk bermusuhan denganmu,” sahut Boon Me santai. Melihat kelakuan Boon Me begitu, kemarahannya bukannya mereda.Sebagai kepala padepokan Teratai Merah yang sangat kesohor di daerah perbatasan antara Kerajaan Kubu Raya dan Hilir Sungai ini, Sawon merasa sangat malu dalam satu kali gebrakan, dia kalah dengan remaja tanggung ini.Lebih sirik lagi, wajah Boon Me sangat tampan dan bikin 3 bidadari utamanya sudah di taklukan luar dalam.Padahal selama ini Sawon yang terlalu percaya diri beranggapan, dialah pria paling tampan, dengan wajah bak wanita, saking sukanya bersolek, di tambah suka berpakaian perlente.“Plakk!” kembali kedua lengan tangan Boon Me bertemu tangan Sawon. Namun, dengan kecepatan luar biasa Boon Me menggunakan sebelah tangan lagi memukul ke arah sambungan siku dari tangan Sawon.Cepat sekali pukulan ini dan Sawon sampai berteriak kaget, tangannya kesemutan karena yang terkena pukulan adalah tepat di sambungan siku bawah.Untung saja
Setelah beri peringatan ini dan itu, Pendekar Gledek tanpa banyak basa-basi, lalu minta sediakan kamar dan tiga murid Sawon untuk menemaninya.Kali ini Sawon tanpa banyak cincong langsung sodorkan Balina, Omeh dan Salumi menemani Pendekar Gledek. Dia tak peduli ke 3 wanita ini sudah 'klenger' layani Boon Me, dan kini harus layani Pendekar Gledek kembali. Dia sengaja, karena diam-diam masih jengkel dengan kelakuan Boon Me yang mengeram 3 bidadari cantiknya ini.“Huhh dasar, tidak guru, muridnya pun sama kelakuan,” sungut Sawon, lalu menghilang bersama bidadarinya yang lain.Boon Me yang di tinggalkan hanya bisa bengong, dia pun menghela nafas panjang.“Mending aku pergi saja, ngapain di sini melihat guru dan Sawon asek kelonin cewek,” batin Boon Me, lupa kalau dia pun sama kelakuan!Boon Me lalu meninggalkan sebuah surat, yang mengatakan dia duluan menuju ke lereng bukit meratus bagian selatan, yang di tujukan ke gurunya, lalu dia titip pada salah satu murid laki-laki Sawon.Boon Me s
Seolah kilat serangan itu, saking cepatnya, Boon Me gagal menghadang, dia otomatis hanya melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya agar tak terluka.Desss….!Tubuh Boon Me jatuh tunggang langgang, untungnya dia tak apa-apa. Boon Me langsung berdiri, tapi tak urung sesaat dadanya sangat sesak.Pukulan ini sangat mematikan, andai Boo Me tak punya tenaga dalam hebat, satu pukulan tadi bisa bikin dia pindah alam.Kini kembali dia kaget, orang barusan menerjangnya ternyata seorang wanita matang, berbaju kuning sama dengan dua wanita sebelumnya.Wanita ini pun sama kagetnya, padahal pukulan yang dilesakan bukan sembarangan pukulan, tapi amat mematikan. Tapi hebatnya remaja tanggung ini hanya jatuh bergulingan dan kini bangkit lagi.“Bocah tanggung kurang ajar, berani sekali kamu sihir anakku dan muridku!” bentaknya dan bersiap menyerang lagi.Kagetlah Boon Me, tak menyangka, wanita berbaju kuning yang terlihat mewah ini ternyata ibu sekaligus guru dari dua dara remaja baju kuning tadi.Boo
“Enak saja, aku laki-laki sejati, bukan kayak si Sawon, yang mirip banci,” balas Boon Me spontan sambil minum air putih tadi, tapi ucapannya tadi kontan bikin si dara ini terbelalak.“Jadi kamu sudah bertemu pimpinan padepokan baju merah itu? Yang terkenal suka merayu perempuan dan kalau menolak suka gunakan kekerasan?” tanya si dara ini terkaget-kaget.Kaget karena Boon Me seolah kedudukannya setara saja dengan tokoh golongan hitam itu. “Hebat betul ni orang, padahal usianya masih muda?” pikir si dara ini.Tentu saja Boo Me begitu karena dia saudara seperguruan dari Pendekar Ulat Bulu itu, sama-sama murid Pendekar Gledek!“Bukan hanya bertemu, aku juga sempat bentrok dengannya, gara-gara murid-muridnya aku kelo…eh sudahlah, tuh ibu kamu datang!” sahut Boon Me buru-buru sudahi ucapannya, hampir saja dia keceplosan.Dehea ajak Boon Me dan anaknya ini masuk ke ruang tamu di pesanggrahannya. Muridnya yang satunya tadi di minta mengobati luka-lukanya ke dalam, setelah bentrok dengan 5 ora
“Siapa yang datang bertamu Dehea,” tiba-tiba aja sudah muncul seorang wanita tua. Boon Me sampai tersentak kaget, kehadiran wanita tua ini bak siluman saja, tahu-tahu muncul begitu saja.Dehea pun menjelaskan siapa jatidiri Boon Me, sesuai kisah remaja ini.“Hmm…wajah kamu kayak tak asing bagiku, apa hubunganmu dengan Prabu Harman dan Prabu Japra?” kata wanita tua ini, sambil menatap Dehea dan Alona.“Maaf nek…ibuku berasal dari negeri Thai, ayahku asli sini, siapa nama ayahku dan di mana tinggal, itu yang sampai kini aku tak tahu. Mendiang ibu angkatku tak pernah menceritakannya,” sahut Boon Me ap adanya.Boon Me sebenarnya kaget juga, lagi-lagi dia di kaitkan dengan dua orang yang tak pernah dia kenal.Dia hanya pernah melihat Prabu Harman, itupun sudah lama, saat berada di tempat Ki Anom dulu. Ketika si Maharaja yang masih berstatus pangeran berani menantang Ki Anom, saat pemilihan Ketua Golongan Hitam.Pendekar Gledek dan Aura sempat menyinggung wajah Boon Me yang sepintas mirip d
Lalu sisa baju kuning dan baju merah ikut bertarung, pertarungan pun makin seru. Boon Me yang melihat ini bingung sendiri.Dia masih sungkan turun tangan, lagian ilmu kanuragannya tak sehebat Nyai Rombeng dan Dehea.Boon Me kaget, saat melihat si gendut mengeluarkan jarum-jarum hitamnya dari sebuah kantong.Itu adalah senjata rahasia yang ampuh, mengandung racun yang dapat mencabut nyawa lawan yang terkena jarum itu seketika. Boon Me paling benci dengan kecurangan.“Nenek, Bibi Dehea, kaka Alona awasss si gendut keluarkan jarum beracun,” Boon Me yang khawatir langsung berteriak beri peringatan.Boon Me akhirnya nekat, dia langsung terjun ke arena pertarungan dan tak sungkan lagi keluarkan jurus mega halilintarnya yang hebat.Blarrrr…terjadilah ledakan hebat, saat jurus ini di keluarkan dan mengarah pada si gendut dan 2 orang lainnya.Akibatnya si gendut berbaju kuning ini terlempar hingga 5 meteran, lalu jatuh berdebuk bak buah nangka ke tanah, dan meregang nyawa seketika. Termasuk du
“Ya…kita akan membantunya, sekalian aku ada yang ingin dibicarakan secara pribadi dengan Prabu Japra,” cetus Nyai Rombeng yang kini berubah kalem.Boon Me tentu saja tak paham, persoalan pribadi apa? Hanya dia aneh melihat Dehea dan Alona seakan malu-malu begitu.“Bibi, ka Alona, ilmu berlari cepat kalian hebat banget, bolehkah aku mempelajarinya?” Boon Me nekat memberanikan diri meminta sesuatu, yang dalam adat kependekaran tak boleh orang sembarangan yang mempelajarinya, apalagi Boon Me nyata-nyata orang luar.Nyai Rombeng sampai saling pandang dengan Dehea dan Alona.“Boon Me, sebenarnya juru mengejar angin ini tak boleh sembarangan orang mempelajarinya, kecuali jadi murid di padepokan kami ini. Satu-satunya orang luar yang pernah mempelajarinya hanyalah Prabu Japra,” kata Nyai Rombeng.Nyai Rombeng melanjutkan kalimatnya, mereka sejak dulu tak pernah merekrut murid laki-laki, kecuali hanya wanita.“Nanti aku barter dengan…ilmu sihir yang aku miliki,” tawar Boon Me, hingga Dehea,
“Jadi harus lepas seluruh pakaian, lalu bersemedi di bawah air terjun?” tanya Boon Me lugu, Dehea mengangguk, Alona yang mendampingi terlihat senyum saja.“Eeiihh ke sana melepasnya, jangan di sini,” sungut Dehea kaget sekaligus jengah, saat Boon Me mau melepas begitu saja pakaiannya di depan ibu dan anak ini.Alona langsung tertawa dan Boon Me cengengesan saja kayak anak kecil. Inilah yang bikin Dehea membatin Boon Me ini memang dominan masih anak-anak, walaupun badannya jangkung kurus.Boon Me kadang belum sadar, dia sudah dewasa, kebiasaan buka baju sembarangan saat berguru pada Pendekar Gledek dan Dua Pendekar Hewan masih tertanam kuat di dirinya.Padahal, Boon Me sudah lepas perjaka dengan 3 wanita sekaligus dan dia seharusnya bukan lagi anak-anak, tapi pria sejati, karena sudah tahu di enak…!!!Walaupun dalam hati Boon Me, sebenarnya sama sekali tak ada kesan saat menggauli Balina Cs. Karena dia melakukan dalam kondisi setengah mabuk dan nafsu semata, tak main hati.Setelah ber
Bafin kini menatap ratusan anak buah Ki Manyan yang tiba-tiba saja berlutut dan memberi hormat padanya, sekaligus mohon pengampunan.“Bangkitlah kalian semua, mulai hari ini kalian harus berhenti berbuat jahat, atau aku basmi kalian sama seperti Ki Manyan dan rekan-rekan kalian yang kini sudah tewas itu, kalau kelak bertemu aku lagi dan kalian masih tetap berbuat kejahatan!”Terdengar suara Bafin, kalem saja, tapi karena di sini sunyi dan tak ada yang berani bersuara, bahkan daun jatuh pun akan kedengaran saking sunyinya tempat ini.Bafin lalu perintahkan semuanya agar segera kuburkan mayat-mayat yang bergelimpangan ini.Tanpa membantah mereka semuanya bekerja cepat dan halaman ini pun kini terbebas dari mayat-mayat tersebut.Termasuk mayat Ki Manyan juga di kuburkan di bagian belakang rumah besar ini.Setelah semuanya beres, Bafin membebaskan mereka semua dan tanpa banyak cincong mereka serempak pamit dan meninggalkan rumah Ki Manyan.Aksi Pendekar Tanpa Bayangan ini sontak bikin gege
"Singgg....!" Bafin dengan kekuatan yang di milikinya langsung menangkis semua pedang lawan yang meluncur dekat sekali dengan dadanya, dia juga bergerak luar biasa cepatnya.Bafin mengelak ke kanan dan kiri, akan tetapi pedang musuh-musunya itu sudah membacok dari kiri dengan kecepatan kilat. Bafin lantas menggerakkan pedangnya menangkis.Terpaksa menangkis karena sejak tadi dia lebih banyak mengelak, tidak pernah mengadu senjata secara langsung, maklum bahwa ratusan pedang yang menghantamnya sangat kuat, apalagi mereka ini rata-rata miliki ke saktian tinggi.Apalagi 3 orang yang jadi orang kepercayaan Ki Manyan. Kini, karena tidak mungkin mengelak lagi, terpaksa dia menangkis. "Cringgg....!" Pedang di tangan Bafin mampu patahkan puluhan pedang lawannya.Lalu Bafin mengerahkan tenaga dalamnya dan berteriak ke arah lawan-lawannya yang terus menyerangnya dengan ganas.Pedangnya menyambar dengan cepatnya, menusuk ke arah lambung semua pengeroyoknya dengan kecepatan luar biasa.Terdengarl
“Hei kalian berlima, jangan ke asyikan, cepat bawa tubuh Pendekar Tanpa Bayangan, keluar!” bentak Ki Manyan tiba-tiba.Saat bersamaan…tiba-tiba kepala Bafin pusing dan…dia pun tergeletak lemas saat baru saja mencium perabotan Nyai Laras…!Nyai Laras tersenyum kecil, dia pun lalu bangkit dan segera berpakaian, juga ke 4 istri Ki Manyan lainnya turut berpakaian lagi, padahal rata-rata masih nanggung dan masi terus kepingin dipuaskan pejantan tangguh ini.Tapi teriakan mengguntur Ki Manyan dan malah Pendekar Tanpa Bayangan kini pingsan di antara paha Nyai Laras, membuat mereka bergegas berpakaian lagi. Bafin terlambat menyadari, kalau minuman yang di sodorkan Nyai Laras bercampur obat bius, yang biasa di gunakan untuk jinakan harimau ataupun gajah, efeknya bikin pingsan...!Namun karena Bafin memiliki tenaga dalam hebat, reaksi obat bius itu lama baru membuat pendekar sakti ini pingsan.Bafin yang telanjang bulat lalu di ikat dan hanya pasangi kolor. Lalu beramai-ramai mereka berlima
Bafin lalu di ajak Nyai Laras dan satu orang istri Ki Manyan untuk beristrahat di sebuah kamar yang cukup mewah dan harum.Keduanya sama cantiknya, kalau Nyai Laras tadi istri ke 3, si Nyai satu ini adalah istri ke 5 dan dikenalkan Nyai Laras dengan nama Nyai Meni dan usianya masih 17 tahunan. “Tuan pendekar kalau butuh apa saja, jangan sungkan ngomong dengan kami berdua,” kembali Nyai Laras yang supel ini dengan gaya memikat menatap pendekar mata biawak yang tak bisa melihat wanita cantik ini.Bafin senyum di kulum, seakan mengerti, agaknya keduanya saat ini mulai memancingnya ke arah yang lebih intim.Bafin bukanlah pemuda hijau, dia seorang pria berpengalaman dan kini dengan santai dia duduk di sisi ranjang empuk ini, sambil tetap lempar senyum memikatnya.“Kalian berdua, duduk dong ke sini…!” ajaknya santai.Tanpa ragu Bafin tepuk-tepuk tangannya ke kasur di kiri kanannya, seolah meminta keduanya duduk di sisinya.Nyai Laras dan Nyai Meni dengan malu-malu meong mengangguk dan kini
Tak lama kemudian, Bafin melihat salah satu penjaga ini masuk ke dalam dan saat keluar diiringi 5 wanita muda dan cantik-cantik, terperangah juga si mata biawak ini.“Tuan Pendekar Tanpa Bayangan, inilah istri-istri Ki Manyan, silahkan tuan kalau ingin bertanya soal kematian Ki Manyan tersebut.”Si penjaga tadi lalu kembali beri hormat dan permisi, untuk kembali bertugas di pagar depan rumah besar ini. Sebagai orang yang tahu adat, Bafin langsung memberikan penghormatan kepada ke 5 istri-istri Ki Manyan ini, apalagi ke limanya terlihat berpakaian serba putih, khas orang yang lagi berduka.Walaupun dalam hati sempat mikir juga, tumben Ki Manyan punya istri-istri yang denok-denok begini, mana muda-muda lagi, yang Bafin taksir paling usianya antara 18 sampai 22 tahunan.Padahal Bafin tak sadar, ke 5 juga kaget menatap pendekar yang sangat tampan dan masih muda yang tiba-tiba nongol ‘bertamu’ ke rumah mereka.Sebagai seorang flamboyan berpengalaman, sepintas melihat Bafin sudah bisa men
Langeni malu-malu meong saat kembali untuk kesekian kalinya di ciumi Bafin dan ini adalah hari ke 5 mereka bersama di pesanggrahan ini.Langeni seolah memasuki demensi baru saat bercinta dengan pendekar biawak ini. Belum pernah suaminya mau mencium perabotannya, apalagi melahap apem montoknya yang lumayan lebat rerumputannya.Tapi Bafin berbeda, pendekar playboy ini tak sungkan melakukan itu semua, sehingga Langeni mabuk darat di buatnya.“Udah ahh Bang, kagak sanggup lagi aku di pompa siang malam,” bisik Langeni manjaaahhh…sambil menjentik gemas pelatuk Bafin yang kembali nakal menerobos masuk ke perabotannya dan ranjang di pesanggrahan ini lagi-lagi bergoyang hebat, akibat kelakuan keduanya.Setelah Bafin kembali tumpahkan laharnya, Langeni pun bilang hari ini ingin pulang kembali ke rumah suaminya.“Iya dehh, hari ini kamu ku antar pulang, bawa sebanyak yang kamu bisa koin-koin itu yaah,” kata Bafin senyum-senyum tengil.Tak tanggung-tanggung, dua kantong lumayan besar di pegang Lan
Sebuah pukulan keras yang mengandung tenaga dalam hebat Bafin arahkan ke musuh besarnya ini.Ki Samosi terjengkang dan langsung muntah darah, Bafin agaknya tak tanggung-tanggung hajar musuhnya ini dengan jurus mega halilintarnya yang sudah sangat sempurna ia kuasai di bawah bimbingan ayahnya.Namun hebatnya, jurusnya ini tidak langsung bikin Ki Samosi koit, tapi hanya menderita luka dalam yang hebat, sehingga tak bisa lagi melarikan diri.Makin ketakutanlah Ki Samosi, kini tak ada jalan untuk kabur, dadanya hampir pecah saking sesaknya, kakinya pun terasa lumpuh buat berdiri.Bafin kini sengaja permainkan seluruh anak buah Ki Samosi, sesekali dia menempeleng wajah-wajah mereka. Tidak keras, tapi akibatnya ribuan bintang bertebaran di mata mereka.Di saat lain, Bafin juga sengaja putuskan tali kolor mereka.Kemudian terlihat pemandangan menggelikan, semuanya kelabakan saat pelatuk mereka ‘unjai-unjai’ terlihat termasuk lato-lato-nya, yang bikin si wanita denok tadi sakit perut tertawa
Tanpa sadar Ki Samosi langsung layangkan pukulan mautnya ke arah anak buahnya, akibatnya si gigi tongos tewas seketika dengan tubuh membiru dan mulut keluarkan busa.Dalam kemarahannya, Ki Samosi langsung kerahkan tenaga dalamnya yang hebat dan mengandung racun mematikan.Bafin, tetap tersenyum-senyum kecil, sama sekali tidak aneh ataupun takut dengan kelakuan Ki Samosi ini.Saat berpaling ke arah Bafin, biji matanya bak mau keluar saking marahnya menatap pemuda sakti yang sangat lihai ilmu sihir.Ki Samosi yang sejatinya juga lihai ilmu sihir ini, hari ini bak bertemuu suhunya, dia tak bisa keluarkan kemampuannya karena sudah keok duluan.“Tunggu dulu, sebelum kita bertarung, alangkah baiknya tu pentungan hitam di simpan dulu, atau aku potong saja, biar tak untai-untai kayak biji buah nangka?” Kembali Bafin ledek Ki Samosi dan si wanita yang tadi pucat melihat si tongos tewas, kini tak sadar kembali terkekeh. Ledekan ini benar-benar makin bikin wajah Ki Samosi sudah tak berbentuk lag
“Persembahkan dua orang gadis cantik, entah di manakan anak buah Ki Samosi dapat calon persembahan itu,” kata salah satu warga itu.Mendengar nama Ki Samosi di bawa-bawa, Bafin pun menajamkan telinganya mendengarkan pembicaran duawarga tadi, dan kini dia tahu tempat persembunyian musuh besarnya.Bafin akhirnya mencari penginapan sederhana dan kembali ia tidak mau menonjolkan diri, dirinya bahkan malas jalan-jalan siang hari, kecuali malam hari, untuk lihat-lihat situasi saja.Dan ini di malam kedua, kembali Bafin jalan-jalan sambil sesekali berhenti melihat situasi, yang bikin Bafin merasa aneh adalah, kalau malam hari kampung ini sangat sepi, seolah tak ada penghuninya. Agaknya warga di sini seperti di cekam ketakutan, tapi apa sebabnya, ini yang bikin Bafin penasaran dan ingin menyelidikinya, apalagi ini belum terlalu malam. Saat itulah dia melihat ada pemandangan ganjil, yakni ada dua orang yang tingkahnya mencurigakan, terlihat mengindap-indap dan sepertinya mengintai sebuah rum