Seolah kilat serangan itu, saking cepatnya, Boon Me gagal menghadang, dia otomatis hanya melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya agar tak terluka.Desss….!Tubuh Boon Me jatuh tunggang langgang, untungnya dia tak apa-apa. Boon Me langsung berdiri, tapi tak urung sesaat dadanya sangat sesak.Pukulan ini sangat mematikan, andai Boo Me tak punya tenaga dalam hebat, satu pukulan tadi bisa bikin dia pindah alam.Kini kembali dia kaget, orang barusan menerjangnya ternyata seorang wanita matang, berbaju kuning sama dengan dua wanita sebelumnya.Wanita ini pun sama kagetnya, padahal pukulan yang dilesakan bukan sembarangan pukulan, tapi amat mematikan. Tapi hebatnya remaja tanggung ini hanya jatuh bergulingan dan kini bangkit lagi.“Bocah tanggung kurang ajar, berani sekali kamu sihir anakku dan muridku!” bentaknya dan bersiap menyerang lagi.Kagetlah Boon Me, tak menyangka, wanita berbaju kuning yang terlihat mewah ini ternyata ibu sekaligus guru dari dua dara remaja baju kuning tadi.Boo
“Enak saja, aku laki-laki sejati, bukan kayak si Sawon, yang mirip banci,” balas Boon Me spontan sambil minum air putih tadi, tapi ucapannya tadi kontan bikin si dara ini terbelalak.“Jadi kamu sudah bertemu pimpinan padepokan baju merah itu? Yang terkenal suka merayu perempuan dan kalau menolak suka gunakan kekerasan?” tanya si dara ini terkaget-kaget.Kaget karena Boon Me seolah kedudukannya setara saja dengan tokoh golongan hitam itu. “Hebat betul ni orang, padahal usianya masih muda?” pikir si dara ini.Tentu saja Boo Me begitu karena dia saudara seperguruan dari Pendekar Ulat Bulu itu, sama-sama murid Pendekar Gledek!“Bukan hanya bertemu, aku juga sempat bentrok dengannya, gara-gara murid-muridnya aku kelo…eh sudahlah, tuh ibu kamu datang!” sahut Boon Me buru-buru sudahi ucapannya, hampir saja dia keceplosan.Dehea ajak Boon Me dan anaknya ini masuk ke ruang tamu di pesanggrahannya. Muridnya yang satunya tadi di minta mengobati luka-lukanya ke dalam, setelah bentrok dengan 5 ora
“Siapa yang datang bertamu Dehea,” tiba-tiba aja sudah muncul seorang wanita tua. Boon Me sampai tersentak kaget, kehadiran wanita tua ini bak siluman saja, tahu-tahu muncul begitu saja.Dehea pun menjelaskan siapa jatidiri Boon Me, sesuai kisah remaja ini.“Hmm…wajah kamu kayak tak asing bagiku, apa hubunganmu dengan Prabu Harman dan Prabu Japra?” kata wanita tua ini, sambil menatap Dehea dan Alona.“Maaf nek…ibuku berasal dari negeri Thai, ayahku asli sini, siapa nama ayahku dan di mana tinggal, itu yang sampai kini aku tak tahu. Mendiang ibu angkatku tak pernah menceritakannya,” sahut Boon Me ap adanya.Boon Me sebenarnya kaget juga, lagi-lagi dia di kaitkan dengan dua orang yang tak pernah dia kenal.Dia hanya pernah melihat Prabu Harman, itupun sudah lama, saat berada di tempat Ki Anom dulu. Ketika si Maharaja yang masih berstatus pangeran berani menantang Ki Anom, saat pemilihan Ketua Golongan Hitam.Pendekar Gledek dan Aura sempat menyinggung wajah Boon Me yang sepintas mirip d
Lalu sisa baju kuning dan baju merah ikut bertarung, pertarungan pun makin seru. Boon Me yang melihat ini bingung sendiri.Dia masih sungkan turun tangan, lagian ilmu kanuragannya tak sehebat Nyai Rombeng dan Dehea.Boon Me kaget, saat melihat si gendut mengeluarkan jarum-jarum hitamnya dari sebuah kantong.Itu adalah senjata rahasia yang ampuh, mengandung racun yang dapat mencabut nyawa lawan yang terkena jarum itu seketika. Boon Me paling benci dengan kecurangan.“Nenek, Bibi Dehea, kaka Alona awasss si gendut keluarkan jarum beracun,” Boon Me yang khawatir langsung berteriak beri peringatan.Boon Me akhirnya nekat, dia langsung terjun ke arena pertarungan dan tak sungkan lagi keluarkan jurus mega halilintarnya yang hebat.Blarrrr…terjadilah ledakan hebat, saat jurus ini di keluarkan dan mengarah pada si gendut dan 2 orang lainnya.Akibatnya si gendut berbaju kuning ini terlempar hingga 5 meteran, lalu jatuh berdebuk bak buah nangka ke tanah, dan meregang nyawa seketika. Termasuk du
“Ya…kita akan membantunya, sekalian aku ada yang ingin dibicarakan secara pribadi dengan Prabu Japra,” cetus Nyai Rombeng yang kini berubah kalem.Boon Me tentu saja tak paham, persoalan pribadi apa? Hanya dia aneh melihat Dehea dan Alona seakan malu-malu begitu.“Bibi, ka Alona, ilmu berlari cepat kalian hebat banget, bolehkah aku mempelajarinya?” Boon Me nekat memberanikan diri meminta sesuatu, yang dalam adat kependekaran tak boleh orang sembarangan yang mempelajarinya, apalagi Boon Me nyata-nyata orang luar.Nyai Rombeng sampai saling pandang dengan Dehea dan Alona.“Boon Me, sebenarnya juru mengejar angin ini tak boleh sembarangan orang mempelajarinya, kecuali jadi murid di padepokan kami ini. Satu-satunya orang luar yang pernah mempelajarinya hanyalah Prabu Japra,” kata Nyai Rombeng.Nyai Rombeng melanjutkan kalimatnya, mereka sejak dulu tak pernah merekrut murid laki-laki, kecuali hanya wanita.“Nanti aku barter dengan…ilmu sihir yang aku miliki,” tawar Boon Me, hingga Dehea,
“Jadi harus lepas seluruh pakaian, lalu bersemedi di bawah air terjun?” tanya Boon Me lugu, Dehea mengangguk, Alona yang mendampingi terlihat senyum saja.“Eeiihh ke sana melepasnya, jangan di sini,” sungut Dehea kaget sekaligus jengah, saat Boon Me mau melepas begitu saja pakaiannya di depan ibu dan anak ini.Alona langsung tertawa dan Boon Me cengengesan saja kayak anak kecil. Inilah yang bikin Dehea membatin Boon Me ini memang dominan masih anak-anak, walaupun badannya jangkung kurus.Boon Me kadang belum sadar, dia sudah dewasa, kebiasaan buka baju sembarangan saat berguru pada Pendekar Gledek dan Dua Pendekar Hewan masih tertanam kuat di dirinya.Padahal, Boon Me sudah lepas perjaka dengan 3 wanita sekaligus dan dia seharusnya bukan lagi anak-anak, tapi pria sejati, karena sudah tahu di enak…!!!Walaupun dalam hati Boon Me, sebenarnya sama sekali tak ada kesan saat menggauli Balina Cs. Karena dia melakukan dalam kondisi setengah mabuk dan nafsu semata, tak main hati.Setelah ber
“Boon Me..!” Alona langsung melompat dan menyambut Boon Me yang terlihat berjalan santai di halaman padepokan mereka pagi ini, atau hari 11 setelah semedi.Melihat senyum Boon Me, Alona langsung paham, remaja tanggung ini sudah sukses tuntaskan jurus mengejar anginnya. Kagum bukan main si cantik ini, gaya cool Boon Me makin manis saja di matanya.Padahal Alona hanya sampai hari 5 sanggup semedi, bahkan murid-murid lainnya pun hanya sanggup bertahan 3 harian.Dehea dan Nyai Rombeng kini menatap Boon Me, mereka butuh jawaban remaja ini, kenapa baru muncul sekarang, di mana dia sejak kemarin malam?Tentu saja Boon Me tak cerita soal peta sebuah kitab rahasia dari Ki Durga, si Dewa Persilatan yang tak sengaja dia temukan.Bahkan batu bekas tempatnya ber-semedi itu sudah dia hancurkan, agar tak di baca orang lain. Boon Me berjanji dalam hati, kelak akan cari di mana kitab itu berada.“Maaf bibi Dehea, nenek Nyai Rombeng, juga ka Alona, kemarin itu saking lelahnya, malah ketiduran, untung s
Boon Me kini dan dulu berubah lagi, sepanjang jalan dia sengaja gunakan jurus mengejar anginnya yang sangat hebat ini.Gerakannya makin hari makin cepat saja, bahkan 2 minggu kemudian, dengan mudahnya dia sudah mencapai sebuah desa yang sudah masuk wilayang bukit meratus bagian selatan.Andaikan dia tidak gunakan jurus hebat ini, bisa jadi sebulanan lebih barulah dia mencapai tempat ini.Desa ini sangat ramai, tersiarnya kabar pertarungan akbar antara Pendekar Gledek menantang Prabu Japra yang tinggal sebulan lagi ke segala penjuru, sudah membuat banyak pendekar-pendekar sakti dari dua golongan hitam dan putih berdatangan ingin menyaksikannya.Akibatnya desa ini makin ramai saja, bahkan penginapan pun sampai penuh. Berbagai model manusia tampak di sini.Boon Me yang sudah terbiasa bergaul dengan pendekar golongan hitam, kini bisa menyaksikan banyaknya pendekar dari golongan putih.Ada yang pakaiannya ala bangsawan, mewah dan sikapnya bersahaja, tak tak sedikit pula yang pakaiannya s
"Dia belum sembuh, masa main serobot aja! Sabar dulu, sadarkan dia terlebi dahulu. Luka dalamnya sudah kita sembuhin tadi dengan tenaga halilintar, tapi masih belum sembuh benerr tauu!” tegur Jinari, melihat Jamari sudah mulai leleran melihat si tampan ini.“Aihh udah basyaahhh aku kelessss, kapan lagi dapat pangeran setampan ini, setelah Pangeran Daha di ambil hantu di hutan itu,” sungut Jamari, lalu rapikan lagi gaunnya.Mereka pun kini mulai sadarkan Pangeran Akmal, lalu akan di jejali racun bunga mawar, agar jadi mainan mereka.Saat asyik sadarkan Pangeran Akmal ini, konsentrasi hanya fokus ke tubuh gagah dan kokoh ini, tanpa sadar, si ‘kakek pincang’ tadi sudah berada dan mengintip di dinding pondok tersebut.Tiba-tiba menyambarlah angin yang sangat dingin dan seketika Jinari dan Jamari pingsan.Si kakek yang merupakan penyamaran si Putul ini terdiam sesaat, bingung kemana akan menyembunyikan Pangeran Akmal ini.Setelah menyingkirkan tubuh kedua wanita binal ini, Pendekar Putul
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”