Boon Me yang kurang pengalaman akhirnya mandah saja di bawa sebuah penginapan yang terbaik di desa itu. Ruanganya pun yang paling mewah, Boon Me sama sekali tak takut, rasa pede nya tinggi.Laili dan Omer pun tak segan pesan berbotol-botol arak terbaik pada pelayan penginapan dan minta di segera antarkan ke kamar. Mereka sudah tak sabaran ingin makan mangsanya ini.“Tenang ganteng, pokoknya kamu kami traktir dan kami jadikan ‘pangeran’ deh,” bisik Omer antusias, seakan serigala yang melihat mangsa yang siap di caplok dengan mudah.Semenjak tinggal di padepokan baju kuning mawar merah, nafsunya bisa Boon Me redam. Tapi kini nafsu yang sudah jinak ini, perlahan mulai bangkit setelah melihat kegenitan dua wanita cantik matang ini.Selama menuangkan minuman buat Boon Me, baik Laili dan Omer tak segan peluk dan cium pipi remaja tanggung ini yang mulai mabuk dan wajahnya mulai memerah, seolah di beri pewarna di kedua pipinya yang putih.Makin blingsatan lah keduanya melihat ketampanan Boon
Setelah kembali bikin keduanya lunglai kecapekan, di hari ke 11, telinga Boon Me yang peka mendengar suara tiga orang di luar kamar mereka.“Hmm…dua rubah betina yang dulu membunuh murid kami agaknya sedang asyik menikmati korban barunya di kamar penginapan ini Nyai.”Terdengar suara seseorang, walaupun agak berbisik-bisik, tapi Boon Me yang saat itu masih telanjang bulat usai mengerjai Laili dan Omer, langsung ambil pakaiannya dan memasang lagi mata dan telinganya untuk mengetahui siapa mereka ini.Begitu Boon Me mengintip siapa 3 orang di halaman penginapan. Alangkah terperanjatnya Boon Me, karena yang datang itu adalah…Dehea dan dua orang yang tak di kenalnya.“Mateee aku, itukan Bibi Dehea dan dua temannya, aku harus pergi saat ini juga,” pikir Boon Me, lalu tanpa ragu dia buka jendela.“Eh sayang kamu mau kemana,” tegur Laili yang terbangun dan kaget melihat ‘kekasih’ nya bersama Omer ini akan pergi, lewat jendela kamar lagi.“Selamat tinggal Laili, Omer, aku pergi dulu, hati-hat
Sebagai jawabannya, muncullah Ki Anom, Pendekar Codet, Sawon dan inilah yang bikin Prabu Japra kini tak anggap main-main lagi, munculnya Dua Pendekar Hewan, dua musuh sengitnya yang memiliki kesaktian hebat.Bahkan yang bikin Japra mendengus, terlihat sesosok wanita yang masih cantik, dialah Pendekar Pedang Rajawali Putih alias Aura, ‘mantan istrinya’ yang salah jalan dan mengikuti langkah ayahnya, Ki Palung menjadi tokoh golongan hitam, bahkan membangkitkan padepokan Ular Hitam.Belum cukup, muncul juga seorang pendeta yang tentu saja tak di kenal Japra, dialah Pendeta Suli, adik dari Pendeta Sura, yang diam-diam punya dendam padanya.Setelah kakaknya Pendeta Sura tewas di negeri Rama puluhan tahun yang lalu, ketika membantu seorang pangeran pemberontak. Pendeta Suli memiliki ilmu-ilmu kanuragan luar biasa juga ilmu sihir...!Bahkan Japra mengeryitkan dahi, saat melihat seorang pemuda tampan bergaya angkuh, dengan pakaian perlente dan terlihat 10 pengawalnya yang berdiri di kini da
Sampai kini dia masih sayang dengan Aura, sehingga sedapat mungkin dia tidak membalas menyerang Aura.Tapi, itu bukan perkara mudah, Aura memiliki jurus yang hebat, yang dipelajarinya bersama Japra dari kitab sambalahung, yakni jurus Rajawali Pedang Putih, yang dipakai sebagai nama julukannya.Kini ke 8 orang sakti tersebut makin mengurung tubuh Japra, dengan niat hanya satu, membunuhnya!Singgg….pedang tipis di tangan Aura mendesing hebat dan sangat dingin, sasarannya ingin penggal leher Japra.“Kamu makin menjadi-jadi saja Aura,” tegur Japra, sambil bergerak cepat hindari tebasan ini. Aura menulikan telinga mendengar teguran orang yang sebenarnya masih dia cintai ini.Kini ke 8 orang ini berusaha sedapat mungkin untuk mengatur barisan, akan tetapi menghadapi Japra yang memiliki serangan-serangan balasan dahsyat, bukan perkara mudah.Apalagi Japra bergerak dengan jurus mengejar anginnya yang sangat hebat, sehingga gerakanya luar biasa cepatnya.Japra tahu, dari ke 8 pengeroyoknya, ya
"Bocah lancang bosan hidup!" Bentak Prabu Harman, lalu dengan pukulan kerasnya yang dahsyat langsung di kerahkan ke arah Boon Me.Boon Me ternyata memiliki kemauan dan kenekatan yang tak kalah dengan Prabu Harman ini.Di samping kenekatan karena gerakannya juga tak kalah cepatnya, Boon Me dengan percaya diri menyambut serangan ini, dia langsung kerahkan jurus mega halilintarnya.Pertemuan dua jurus ini menimbulkan angin yang kuat sehingga rambut di kepala Boon Me berkibar dibuatnya, bahkan pita di kepalanya juga terlepas dan kini rambut panjangnya terurai menutupi sebagian wajahnya.Tubuh Boon Me terdorong hingga 5 meteran, hampir terjengkang andai tak cepat-cepat kerahkan tenaga dalamnya, sedangkan Prabu Harman tetap kokoh di tempatnya."Gila tenaga dalamnya hebat sekali," pikir Boon Me, sambil menahan sesak di dadanya. Boon Me tak bisa keluarkan ilmu sihirnya, karena Prabu Harman terlihat lebih kuat tenaga batin dan tenaga dalamnya.Prabu Harman tersenyum mengejek, serangan pertama
“Alona…anakku!” Prabu Japra sampai tergagap, tapi matanya berpindah-pindah ke Dehea dan Alona, usai Nyai Rombeng buka-bukaan.”Alona, cepat beri hormat pada ayah kandungmu, paduka inilah!” perintah Dehea pada anak gadisnya ini,menyela ucapan Nyai Rombeng.Kagetlah Prabu Japra, juga 3 Pendekar Golok Putih yang masih menemaninya.“Dehea, ceritalah…bagaimana ini!” kata Prabu Japra, sambil menatap Alona yang kini terlihat bersimpuh dengan hati yang tak karuan, tidak pernah seujung kukupun dia mengira kalau ayah kandungnya seorang maharaja.Akhirnya Dehea pun menceritakan semuanya, setelah dulu mereka berpisah, dia ternyata hamil Alona ini, yang kini sudah berusia 17 tahunan."Aku menunggumu kakang Prabu...tapi aku juga sadar, kakang sibuk dengan urusan kerajaan," kata Dehea lirih, hingga Prabu Japra langsung berkata maaf dan tak ragu memeluk Dehea. Kini Prabu Japra maju setindak mendekati Alona, tiba-tiba dia membuka baju bagian kiri Alona dan membulatlah mata Prabu Japra.Alona yang ter
Nasib manusia tak ada yang tahu, Boon Me yang pingsan setelah terkena tendangan keras Pendekar Gledek tak ingat apa-apa lagi saat tubuhnya melayaang dan lenyap ke dalam jurang.Kalau menurut akal manusia, pasti Boon Me tewas dengan tubuh remuk di dasar jurang.Tapi nyawa manusia itu Tuhan yang menentukan walaun akal sehat manusia bilang tak mungkin.Tak sengaja tubuh babak bundas Boon Me malah nyangkut di sebuah pohon keras di dinding jurang, setelah melayang deras ke bawah dan tak terlihat dasarnya dari atas.Pingsannya Boon Me justru menolongnya dari siksaan racun yang dia terima dari Prabu Harman dan si muka monyet.Ketika malam berganti siang, Boon Me belum sadar dari pingsannya. Remaja tanggung ini berada antara hidup dan mati, wajahnya seputih kapas, pucat seperti tak ada darah lagi.Tiba-tiba terdengar suara burung yang lama-lama makin nyaring. Begitu dekat, ternyata ini seekor burung rajawali raksasa.Kalau tunggangan Prabu Japra adalah rajawali jantan, yang ini burung rajawali
Boon Me terbangun dari pingsannya, dia tak sadar kalau dirinya sudah pingsan sejak kemarin dan ini sudah pagi lagi. Matahari mulai bersinar terik.Saat dia bangkit perlahan, remaja ini kaget, di depannya ada satu biji buah mirip labu raksasa yang ukurannya hampir satu pelukan orang dewasa.Rajawali ini berkuik-kuik, seakan-akan minta Boon Me bangun dan makan buah berwarna kuning agak keemasan itu.“Kamu minta aku makan buah labu kuning emas ini, buat apa?” tanya Boon Me seolah bicara dengan manusia saja, bingung sendiri.Rajawali ini malah mendorong buah ini ke depan Boon Me, hingga hampir menyentuh wajahnya, Boon Me bangkit perlahan, tubuhnya sangat lemah.Karena dia belum makan selama 3 harian ini semenjak di bawa dan di lempar Pendekar Gledek ke jurang.Boon Me pun menuruti kemauan rajawali, lalu dengan tubuh gemetaran mengigit buah labu ini, agak keras, tapi dia paksakan saja, karena burung raksasa ini bawel meminta dia makan.Begitu daging buahnya tersentuh giginya, Boon Me kaget,