“Aku hanya nyamar saja kok tadi, tapi makasih yaa, kamu sudah traktir aku makan, sekarang kita impas!” sahut Boon Me pendek.Sambil melihat dua pria yang tadi di hajar dua orang baju kuning bangkit dari semedinya, kini mereka tak berani lagi anggap remeh Boon Me.“Weww…! Oh ya kenalkan aku Balina, ini Omeh dan ini Salumi, dan itu dua teman kamu Jobo dan Itong, kami dari Padepokan Bunga Teratai, siapakah kisanak yang hebat ini? Dari padepokan mana?” Balina kenalkan langsung dirinya dan 4 temannya, yang langsung beri hormat ke Boon Me, tak berani lagi anggap remeh.Balina kini sudah berubah pandangan 100 persen pada Boon Me, walaun dia tahun Boon Me masih remaja, tapi dia klepek-klepek melihat ketampangan remaja ini.Tanpa sungkan dia pasang wajah ketertarikan pada Boon Me, termasuk dua temannya Omeh dan Salumi, yang tak malu-malu tunjukan ketertarikannya.“Aku Boon Me, aku hanya perantau biasa, tidak berasal dari padepokan manapun!” Sahut Boon Me pendek.“Baiklah…sampai bertemu lagi!”
Kalau Boon Me biasa saja setelah bertemu Ki Samonang, beda halnya dengan kakek itu, dia berasa kenal dengan anak remaja ini, tapi kenal di mana dia lupa! Sekaligus agak khawatir dengan kesaktiannya.“Semoga saja tak salah jalan, mata anak itu ngeri, seperti punya daya magis yang kuat, mirip mata Prabu Japra…eh kenapa aku malah baru nyadar, wajahnya kan agak mirip Prabu Japra…atau malah lebih mirip Prabu Harman Maharaja Hilir Sungai?” batin Ki Samonang bingung sendiri, sambil terus berlari cepat.Boon Me yang baru turun gunung dan tak hapal jalan, kini berjalan biasa lagi, dia benar-benar hanya menikmati pemandangan pegunungan yang indah di sepanjan jalan yang di laluinya.Kadang di sebuah desa dia berhenti dan menonton para petani menjaga sawahnya yang menguning.Ingatannya lalu melayang ke paman dan bibi angkatnya yang juga petani di Negeri Thai, saat dia kecil dan sering bermain serta membantu ortu angkatnya di sawah.Lalu sejurus kemudian, matanya yang tajam berkilat kalau ingat ko
Boon Me yang setengah mabuk makin keras tertawa, akibatnya 3 wanita baju merah ini makin keras ikutan tertawa terbahak.Apalagi saat melihat musuh mereka belepotan semua tubuhnya terkena lumpur sampai ke wajah, bahkan kini merangkak bangun sambil menyumpah-nyumpah.“Hajar terus pendekar mabuk, bikin baju kuning bau ta’i ini merangkak kayak babi keluar dari kubangan,” ceplos si baju merah yang paling cantik ini.Boon Me yang setengah mabuk keluar sifat jenakanya, padahal kalau lagi ‘normal’ dia sangat pendiam, kini benar-benar hajar ke 9 orang ini hingga makin jumpalitan terkena tendangan-tendangan kerasnya.Terlihat seperti tendangan sembarangan, padahal Boon Me tengah gunakan jurus gledek yang sangat hebat.Masih untung Boon Me tak gunakan tendangan maut, sehingga ke 9 orang ini hanya terkilir dan lebam-lebam saja di hajarnya. Puas melihat ke 3 orang ini keok, Boon Me lalu keluarkan hanya 25 persen saja jurus gledek-nya, blarrr…ke 3 orang terlempar sangat jauh dan terjatuh di lemb
Boon Me yang masih ‘hijau’ dibawa ke sebuah kamar yang lumayan luas. “Aku mau di bawa kemana?” tanya Boon Me polos, saat mereka sampai di depan pintu sebuah ruangan di padepokan ini.“Tenang ganteng, kamu pasti capek kan, setelah membantu Herni dan dua kawannya dari kelompok baju kuning. Jadi kamu beristirahat dulu. Ntar malam kamu kami kenalkan dengan guru kami. Beliau saat ini masih belum pulang,” sahut Omeh terkekeh. Setelah masuk ke kamar yang harum, Salumi lalu memanggil dua orang pelayan di padepokan tersebut dan minta di antar arak dan makanan ringan.Begitu hidangan tersedia, Boon Me langsung di suguhi arak-arak terbaik dan pastinya bikin cepat mabuk.Dengan gaya memikat, Balina menuangkan arak tadi di gelas dan menyodorkan ke Boon Me.“Mari kita rayakan pertemuan ini. Boon Me adalah tamu terhormat kita,” kata Balina, sambil angkat gelasnya, yang diikuti Omeh dan Salumi.Ketiganya memang sudah terbiasa ikut guru mereka hadiri pesta-pesta, sehingga gaya mereka sangat luwes,
Segala sesuatu yang enak pasti akan menimbulkan candu, begitu juga dengan Boon Me, walaupun awa-awalnya dia tak kuat bertahan, tapi Balina dan Omeh serta Salumi tertawa senang, saat Boon Me kembali perkasa dalam waktu singkat.“Woww…bakalan asoy nih,” seru Omeh kesenangan, saat Boon Me mulai siap lagi ‘bertarung’ dan tongkatnya sudah bangkit dengan kokohnya.Mengetahui Boon Me tak berpengalaman, ketiga wanita ganjen ini tak sungkan ajari Boon Me, bagaimana caranya menyenangkan hati wanita.Mulai dari berciuman, hingga gaya-gaya bercinta, semuanya di ajarkan ketiganya ke Boon Me.Kalau selama ini Boon Me hanya belajar silat, kini remaja ini di latih bagaimana bercinta yang asyik. Boon Me remaja cerdas, dalam waktu singkat, dia sudah jadi pemain cinta yan handal. Kini Balina, Omeh dan Salumi memetik hasilnya, Boon Me pun jadi pejantan tangguh yang tiada duanya hingga tengah malam.“Gila nihh, nggak ada puasnya,” ceplos Salumi terbahak. Saat Boon Me kembali gauli mereka bergantian di
"Sabar paman Sawon, aku ke sini bukan untuk bermusuhan denganmu,” sahut Boon Me santai. Melihat kelakuan Boon Me begitu, kemarahannya bukannya mereda.Sebagai kepala padepokan Teratai Merah yang sangat kesohor di daerah perbatasan antara Kerajaan Kubu Raya dan Hilir Sungai ini, Sawon merasa sangat malu dalam satu kali gebrakan, dia kalah dengan remaja tanggung ini.Lebih sirik lagi, wajah Boon Me sangat tampan dan bikin 3 bidadari utamanya sudah di taklukan luar dalam.Padahal selama ini Sawon yang terlalu percaya diri beranggapan, dialah pria paling tampan, dengan wajah bak wanita, saking sukanya bersolek, di tambah suka berpakaian perlente.“Plakk!” kembali kedua lengan tangan Boon Me bertemu tangan Sawon. Namun, dengan kecepatan luar biasa Boon Me menggunakan sebelah tangan lagi memukul ke arah sambungan siku dari tangan Sawon.Cepat sekali pukulan ini dan Sawon sampai berteriak kaget, tangannya kesemutan karena yang terkena pukulan adalah tepat di sambungan siku bawah.Untung saja
Setelah beri peringatan ini dan itu, Pendekar Gledek tanpa banyak basa-basi, lalu minta sediakan kamar dan tiga murid Sawon untuk menemaninya.Kali ini Sawon tanpa banyak cincong langsung sodorkan Balina, Omeh dan Salumi menemani Pendekar Gledek. Dia tak peduli ke 3 wanita ini sudah 'klenger' layani Boon Me, dan kini harus layani Pendekar Gledek kembali. Dia sengaja, karena diam-diam masih jengkel dengan kelakuan Boon Me yang mengeram 3 bidadari cantiknya ini.“Huhh dasar, tidak guru, muridnya pun sama kelakuan,” sungut Sawon, lalu menghilang bersama bidadarinya yang lain.Boon Me yang di tinggalkan hanya bisa bengong, dia pun menghela nafas panjang.“Mending aku pergi saja, ngapain di sini melihat guru dan Sawon asek kelonin cewek,” batin Boon Me, lupa kalau dia pun sama kelakuan!Boon Me lalu meninggalkan sebuah surat, yang mengatakan dia duluan menuju ke lereng bukit meratus bagian selatan, yang di tujukan ke gurunya, lalu dia titip pada salah satu murid laki-laki Sawon.Boon Me s
Seolah kilat serangan itu, saking cepatnya, Boon Me gagal menghadang, dia otomatis hanya melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya agar tak terluka.Desss….!Tubuh Boon Me jatuh tunggang langgang, untungnya dia tak apa-apa. Boon Me langsung berdiri, tapi tak urung sesaat dadanya sangat sesak.Pukulan ini sangat mematikan, andai Boo Me tak punya tenaga dalam hebat, satu pukulan tadi bisa bikin dia pindah alam.Kini kembali dia kaget, orang barusan menerjangnya ternyata seorang wanita matang, berbaju kuning sama dengan dua wanita sebelumnya.Wanita ini pun sama kagetnya, padahal pukulan yang dilesakan bukan sembarangan pukulan, tapi amat mematikan. Tapi hebatnya remaja tanggung ini hanya jatuh bergulingan dan kini bangkit lagi.“Bocah tanggung kurang ajar, berani sekali kamu sihir anakku dan muridku!” bentaknya dan bersiap menyerang lagi.Kagetlah Boon Me, tak menyangka, wanita berbaju kuning yang terlihat mewah ini ternyata ibu sekaligus guru dari dua dara remaja baju kuning tadi.Boo
"Dia belum sembuh, masa main serobot aja! Sabar dulu, sadarkan dia terlebi dahulu. Luka dalamnya sudah kita sembuhin tadi dengan tenaga halilintar, tapi masih belum sembuh benerr tauu!” tegur Jinari, melihat Jamari sudah mulai leleran melihat si tampan ini.“Aihh udah basyaahhh aku kelessss, kapan lagi dapat pangeran setampan ini, setelah Pangeran Daha di ambil hantu di hutan itu,” sungut Jamari, lalu rapikan lagi gaunnya.Mereka pun kini mulai sadarkan Pangeran Akmal, lalu akan di jejali racun bunga mawar, agar jadi mainan mereka.Saat asyik sadarkan Pangeran Akmal ini, konsentrasi hanya fokus ke tubuh gagah dan kokoh ini, tanpa sadar, si ‘kakek pincang’ tadi sudah berada dan mengintip di dinding pondok tersebut.Tiba-tiba menyambarlah angin yang sangat dingin dan seketika Jinari dan Jamari pingsan.Si kakek yang merupakan penyamaran si Putul ini terdiam sesaat, bingung kemana akan menyembunyikan Pangeran Akmal ini.Setelah menyingkirkan tubuh kedua wanita binal ini, Pendekar Putul
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”