Beranda / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 202: Jadi Murid Dua Pendekar Hewan

Share

Bab 202: Jadi Murid Dua Pendekar Hewan

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 06:46:18

Tapi Boon Me sangat cerdik, dia bertekad tidak akan terbuka soal siapa ortunya pada siapapun, karena yang dia tahu hanya nama ibunya yang bernama Guru Dao.

Tapi tak tahu siapa nama ayah kandungnya, mendiang paman dan bibi angkatnya juga tak sempat beritahu dirinya.

Bibi angkatnya hanya sebut, ayah kandungnya tinggal di Pulau Borneo dan sangat sakti!

“Kelak kamu temui murid ibumu, namanya Anong, dialah yang tahu siapa ayah kandungmu Boon Me,” itulah pesan dari bibi angkatnya.

Dengan tenang Boon Me pun sebutkan, dia sejak usia masih bayi di angkat anak oleh kedua paman dan bibinya, yang tewas oleh kelompok perampok yang berjuluk 13 Setan, kemudian ikut Pakhan si bajak laut dan kini berguru pada Pendekar Gledek.

“Hmm…keturunan orang Thai ternyata…! Eh kamu belajar apa saja selama jadi murid Pendekar Gledek, ayoo segera bersilat, aku mau lihat!” si muka monyet memerintah.

Boon Me melirik gurunya dan pendekar sakti ini mengangguk sekan beri lampu hijau buat Boon Me.

Lalu Boon Me yang mu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 203: Diminta Cari Wanita

    Boon Me aslinya senang di ajak dua pendekar hewan merantau lagi, sebab dia sudah jengah melihat kelakuan murid-murid Pendekar Gledek yang tidak punya kesusilaan.Bercinta di mana suka dan tak peduli kadang di lihat murid-murid lainnya, atau bahkan para pembantu Pendekar Gledek yang malah ikutan berpesta syahwat.Selama dalam perjalanan menuju ke tempat kediaman dua pendekar hewan, sepanjang jalan Boon Me pun ceritakan kenapa dia mempunyai ilmu hipnotis tadi.Dua pendekar hewan sampai takjub dan bilang itulah namanya bakat yang tak semua orang dapat.“Mungkin di kepala kamu saat kepentuk tanah ada gumpalan darah dan itu malah jadi sumber ilmu sihir itu,” cetus si muka kuda dan kini dia tak penasaran lagi.Tapi perjalanan ini bukanlah santai, Boon Me digojlok berlari cepat, untuk melatih otot-otot kakinya.“Ini namanya jurus mengejar awan, jurus ini tak kalah dari jurus mengejar angin milik si Prabu Japra itu!” cetus si muka kuda.Sambil ajarkan Boon Me bagaimana melatih jurus berlari c

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 204: Mulai Berpetualang

    “Ah masa begitu guru, kalau gitu aku nggak mau gunakan ilmu sihir ini, lagian masa harus bercinta, apa nggak ada jalan lain?” cetus Boon Me sambil minum arak, yang sebelumnya dia beli di sebuah desa terdekat.Boon Me malu mencuri, sehingga dia membeli arak kesukaannya, uangnya? Tentu saja ambil dari orang kaya pelit..!Lagi-lagi inilah ajaran ‘salah’ kedua gurunya tersebut, yang malah jadi kebiasaan Boon Me.Boon Me kini ikut kebiasaan kedua gurunya yang berwajah aneh ini. Suka minum arak, dia biasa mabuk dan lucunya terkadang makin lihai kalau setengah teler!“Alahhh kamu itu, kalau sudah sekali saja mencelup batang burungmu, bakalan nagih dahhh, hi-hi-hi” ejek si muka kuda terkekeh, hingga mulutnya yang tinggal 4 buah gigi di geraham kiri dan kanan terlihat.Lalu si muka kuda dengan cueknya cerita soal wanita, kala mereka masih ‘waras dan sehat’. Hingga Boon Me jadi pusing sendiri mendengarnya.“Ah sudahlah, aku mau latihan lagi,” sahut Boon Me dengan langkah agak goyang, alias sete

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 205: Di Ejek, Lalu Berubah Tampan

    Boon Me tertegun, barulah ia sadar, pakaiannya seadanya, bahkan ada yang sobek, sepatunya juga boncos di depan.“Lah kok melamun? Pergi nggak, kalau nggak mau pergi, aku panggil centeng nih,” ancam si pelayan ini dengan wajah di bengis-bengiskan, agar Boon Me keder.“Hei pelayan jangan usir dia, kalau dia makan, aku yang bayar semua!” tiba-tiba terdengar suara seorang wanita.Boon Me langsung menoleh, terpana juga dia, wanita ini sangat manis dan rambutnya di beri pita warna pink. Agaknya masih belum terlalu tua usianya, antara 20-25 an umurnya.Pakaiannya yang berwarna merah terlihat mewah dan di dadanya ada rajutan bunga teratai, ada pedang tergantung di pinggangnya, yang menandakan wanita ini seorang pendekar.Teman-temannya juga sama, ada 2 wanita lainnya dan 2 pria muda, yang gayanya seperti kaum bangsawan dan agak congkak, warna pakaian mereka kompak warna merah.Gadis ini lalu melempar dua koin perak ke lantai, yang diterima dengan terbungkuk-bungkuk oleh si pelayan.Melihat ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 206: Mulai Tunjukan Kehebatnnya

    Boon Me tertarik melihat lebih dekat terlebih dia melihat dua pria ini langsung setengah pingsan terkena pukulan sakti.Begitu sampai di halaman, kembali Boon Me, tiga wanita berbaju merah kini seolah jadi bulan-bulanan dua pria berbaju kuning.“He-he hanya segini kemampuan kalian, lebih baik kalian nyerah dan kita bersenang-senang sampai besok pagi di penginapan. Daripada badan denok kalian lebam-lebam kami belai,” ejek si muka kuning yang memiliki kumis tebal terbahak-bahak.“Bangsat, kalian berani menghina kami dari Padepokan Teratai Merah, sampai mati kami tak bakal menyerah, dasar kalian dari Padepokan Baju Kuning bau ta’i, cuihhh najissss!” dengar bentakan dari wanita yang sebelumnya membayari makanan Boon Me di warung tersebut.Lalu serempak mereka cabut pedang masing-masing di pinggang. Tapi kedua lawannya ini tetap santai dan belum cabut golok di pinggang.Nampak sekali mereka anggap remeh kemampuan ke 3 wanita berbaju merah ini.“Olalala…makin marah makin manis, asoyyy geboy

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 207: Ki Samonang Bertemu Boon Me

    “Aku hanya nyamar saja kok tadi, tapi makasih yaa, kamu sudah traktir aku makan, sekarang kita impas!” sahut Boon Me pendek.Sambil melihat dua pria yang tadi di hajar dua orang baju kuning bangkit dari semedinya, kini mereka tak berani lagi anggap remeh Boon Me.“Weww…! Oh ya kenalkan aku Balina, ini Omeh dan ini Salumi, dan itu dua teman kamu Jobo dan Itong, kami dari Padepokan Bunga Teratai, siapakah kisanak yang hebat ini? Dari padepokan mana?” Balina kenalkan langsung dirinya dan 4 temannya, yang langsung beri hormat ke Boon Me, tak berani lagi anggap remeh.Balina kini sudah berubah pandangan 100 persen pada Boon Me, walaun dia tahun Boon Me masih remaja, tapi dia klepek-klepek melihat ketampangan remaja ini.Tanpa sungkan dia pasang wajah ketertarikan pada Boon Me, termasuk dua temannya Omeh dan Salumi, yang tak malu-malu tunjukan ketertarikannya.“Aku Boon Me, aku hanya perantau biasa, tidak berasal dari padepokan manapun!” Sahut Boon Me pendek.“Baiklah…sampai bertemu lagi!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 208: Kembali Menolong Kelompok Baju Merah

    Kalau Boon Me biasa saja setelah bertemu Ki Samonang, beda halnya dengan kakek itu, dia berasa kenal dengan anak remaja ini, tapi kenal di mana dia lupa! Sekaligus agak khawatir dengan kesaktiannya.“Semoga saja tak salah jalan, mata anak itu ngeri, seperti punya daya magis yang kuat, mirip mata Prabu Japra…eh kenapa aku malah baru nyadar, wajahnya kan agak mirip Prabu Japra…atau malah lebih mirip Prabu Harman Maharaja Hilir Sungai?” batin Ki Samonang bingung sendiri, sambil terus berlari cepat.Boon Me yang baru turun gunung dan tak hapal jalan, kini berjalan biasa lagi, dia benar-benar hanya menikmati pemandangan pegunungan yang indah di sepanjan jalan yang di laluinya.Kadang di sebuah desa dia berhenti dan menonton para petani menjaga sawahnya yang menguning.Ingatannya lalu melayang ke paman dan bibi angkatnya yang juga petani di Negeri Thai, saat dia kecil dan sering bermain serta membantu ortu angkatnya di sawah.Lalu sejurus kemudian, matanya yang tajam berkilat kalau ingat ko

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 209: Dibawa ke Markas Teratai Merah

    Boon Me yang setengah mabuk makin keras tertawa, akibatnya 3 wanita baju merah ini makin keras ikutan tertawa terbahak.Apalagi saat melihat musuh mereka belepotan semua tubuhnya terkena lumpur sampai ke wajah, bahkan kini merangkak bangun sambil menyumpah-nyumpah.“Hajar terus pendekar mabuk, bikin baju kuning bau ta’i ini merangkak kayak babi keluar dari kubangan,” ceplos si baju merah yang paling cantik ini.Boon Me yang setengah mabuk keluar sifat jenakanya, padahal kalau lagi ‘normal’ dia sangat pendiam, kini benar-benar hajar ke 9 orang ini hingga makin jumpalitan terkena tendangan-tendangan kerasnya.Terlihat seperti tendangan sembarangan, padahal Boon Me tengah gunakan jurus gledek yang sangat hebat.Masih untung Boon Me tak gunakan tendangan maut, sehingga ke 9 orang ini hanya terkilir dan lebam-lebam saja di hajarnya. Puas melihat ke 3 orang ini keok, Boon Me lalu keluarkan hanya 25 persen saja jurus gledek-nya, blarrr…ke 3 orang terlempar sangat jauh dan terjatuh di lemb

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 210: Jadi Pemain Cinta

    Boon Me yang masih ‘hijau’ dibawa ke sebuah kamar yang lumayan luas. “Aku mau di bawa kemana?” tanya Boon Me polos, saat mereka sampai di depan pintu sebuah ruangan di padepokan ini.“Tenang ganteng, kamu pasti capek kan, setelah membantu Herni dan dua kawannya dari kelompok baju kuning. Jadi kamu beristirahat dulu. Ntar malam kamu kami kenalkan dengan guru kami. Beliau saat ini masih belum pulang,” sahut Omeh terkekeh. Setelah masuk ke kamar yang harum, Salumi lalu memanggil dua orang pelayan di padepokan tersebut dan minta di antar arak dan makanan ringan.Begitu hidangan tersedia, Boon Me langsung di suguhi arak-arak terbaik dan pastinya bikin cepat mabuk.Dengan gaya memikat, Balina menuangkan arak tadi di gelas dan menyodorkan ke Boon Me.“Mari kita rayakan pertemuan ini. Boon Me adalah tamu terhormat kita,” kata Balina, sambil angkat gelasnya, yang diikuti Omeh dan Salumi.Ketiganya memang sudah terbiasa ikut guru mereka hadiri pesta-pesta, sehingga gaya mereka sangat luwes,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01

Bab terbaru

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 427: Tak Sengaja Masuk ke Pondok Putri Dao

    "Dia belum sembuh, masa main serobot aja! Sabar dulu, sadarkan dia terlebi dahulu. Luka dalamnya sudah kita sembuhin tadi dengan tenaga halilintar, tapi masih belum sembuh benerr tauu!” tegur Jinari, melihat Jamari sudah mulai leleran melihat si tampan ini.“Aihh udah basyaahhh aku kelessss, kapan lagi dapat pangeran setampan ini, setelah Pangeran Daha di ambil hantu di hutan itu,” sungut Jamari, lalu rapikan lagi gaunnya.Mereka pun kini mulai sadarkan Pangeran Akmal, lalu akan di jejali racun bunga mawar, agar jadi mainan mereka.Saat asyik sadarkan Pangeran Akmal ini, konsentrasi hanya fokus ke tubuh gagah dan kokoh ini, tanpa sadar, si ‘kakek pincang’ tadi sudah berada dan mengintip di dinding pondok tersebut.Tiba-tiba menyambarlah angin yang sangat dingin dan seketika Jinari dan Jamari pingsan.Si kakek yang merupakan penyamaran si Putul ini terdiam sesaat, bingung kemana akan menyembunyikan Pangeran Akmal ini.Setelah menyingkirkan tubuh kedua wanita binal ini, Pendekar Putul

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 426: Pangeran Akmal Tertawan

    Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 425: Pertemuan Akbar Golongan Hitam

    Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 424: Ikut Selidiki Padepokan Ular Hitam

    “Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 423: Penolong Pangeran Daha Ternyata..?

    Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 422: Pangeran Dari Kerajaan Loksana

    Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 421: Serang Pemuda Asing

    “Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 420: Bertemu Putri Dao

    Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 419: Jadi Tawanan Murid Pendekar Gledek

    Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”

DMCA.com Protection Status