Home / CEO / Jerat Gairah Pewaris Arogan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jerat Gairah Pewaris Arogan: Chapter 31 - Chapter 40

57 Chapters

31

“Jika ya, aku akan melakukannya setiap hari agar kau bisa cepat hamil, Rien.”Mengira Drew mengatakan itu pada Adrienne? Tentu saja tidak! Kalimat itu hanya tertanam dalam benak Drew. Ingin dia ucapkan tetapi urung dilakukan. Drew sungguh ingin Adrienne cepat hamil agar Dalton Hidalgo bisa segera menobatkan dirinya sebagai kepala keluarga Hidalgo. Bukan pada Gunnar Jasper Hidalgo yang beberapa bulan lagi genap memasuki batas usia paling minim untuk menjadi pemimpin.“Kau ingin apa dariku, Drew?” Redup sekarat Adrienne memandang Drew. Nanar matanya menyorot sendu pria matang tersebut sambil mencoba menebak apa yang Drew inginkan darinya. Dia tahu, dia tahu bahwa Drew menginginkan sesuatu darinya. Namun, Adrienne tak mengetahui pasti apa itu!Drew mendengus, ia menoyor kepala Adrienne sampai wanita itu terhuyung kepalanya ke belakang. “Kau ingin bahagia tapi otak bodoh kau selalu berpikir negative. Kau memperburuk suasana hatimu sendiri.”“Yang kutau pria takkan membuat hati wanitanya s
Read more

32.

Drew mengerutkan kening mendengar keinginan Adrienne. “Kau sakit?” tanyanya. “Bukankah hasil pemeriksaan kau sehat-sehat saja?” “Tidak apa jika kau tak mau,” balas Adrienne serak. Dia ingin, dia ingin Drew merasakan kehadiran anaknya tanpa perlu Adrienne beritahu. Dia ingin sekali saja Drew menyambut anaknya. Adrienne ingin mengakui dan berteriak di wajah Drew bahwa dirinya tengah mengandung, tetapi lagi dan lagi sosok Allena membuat Adrienne mengurungkan niatnya begitu saja. Biarlah, biarlah luka dan derita ini dia yang menanggung. Biarlah lara ini dia yang merasakan tanpa ada yang menemani ketika ia merasakan morning sickness, tanpa ada yang memapah tubuhnya ketika kaki terasa tak berpijak pada lantai setelah ia muntah-muntah dengan tubuh basah oleh keringat. “Di sini?” Wanita itu tertegun hebat, tubuhnya membeku seperti tengah berada dalam kolam air es dengan suhu amat rendah ketika telapak tangan Drew berangsur, mendarat di perut Adrienne. Ketahuilah bahwa tak hanya A
Read more

33.

“Benar. Aku tak tau apapun tentang kalian. Tapi itu dulu, tidak sekarang.” Adrienne tertawa hambar. Air matanya semakin deras bercucuran. Tak henti-henti hatinya berdenyut sakit, lirih merintih perih di dalam sana. Berbanding terbalik dengan mereka yang akan dimanjakan oleh suaminya ketika hamil, dirinya justru mendapatkan tembakan luka berkali-kali. Dihantam habis-habisan. Tak berjeda barang sedikitpun. Dikatakan waras pun Adrienne seperti sudah tak memiliki kewarasan yang tersika. Gila kini dirinya, saking gilanya dia sampai turut membuat orang menjadi gila dengan ia terus berpura-pura baik-baik saja. Ia seka air matanya. Ia tatap Drew sekali lagi dengan sinar matanya yang amat kecewa, tetapi bibirnya mengulas senyum manis sampai lesung pipitnya terlihat. “Tidak ada seorang ibu yang mau dipisahkan dengan anaknya, Drew. Tak ada. Tapi kenapa kau setega ini? Bahkan kalian sudah membahas hal tersebut ketika bahkan aku belum mengandung anakmu? Jika begitu, kenapa kau tak adopsi anak
Read more

34.

Berlari membawa segudang luka yang tak mampu Adrienne tahan rasa sakitnya. Apatah lagi sakit yang belum Adrienne rasakan? Tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayah kandung. Hidup bagai terlunta-lunta walau ada figur Bondar dalam hidupnya. Kehilangan ibunda yang menjadi pundak untuk ia bersandar walau tak sepenuhnya dia mendapatkan curahan kasih sayang dari wanita yang telah melahirkan dirinya. Dijual. Dijadikan alat tukar. Dijadikan alat pemuas hasrat. Lalu kini, dia dihadapkan fakta bahwa kelak ia akan dipisahkan oleh anak kandungnya. Adakah mereka yang sanggup menanggung derita seperti Adrienne? Sungguhlah ia tak meminta kebahagiaan yang muluk-muluk. Hanya meminta untuk diberikan kehidupan yang layak tanpa harus lagi dia berada di sekeliling iblis berkedok manusia. “Kau di mana, Ayah? Kau di mana? Adakah kau masih hidup? Atau justru kau sudah menghadap padaNya? Tak bisakah kau datang menemuiku, membawaku pergi dari sini. Aku lelah, aku lelah sekali, sungguh!” Itu monolog te
Read more

35.

“Anda benar-benar tidak bahagia dengannya?”Adrienne bergeming mendengar pertanyaan yang terucap dari mulut dokter tersebut. Dia tak pernah menceritakan pada siapapun tentang deritanya, bahkan tak ada yang tahu jika ia dan Drew hanya menjalin ikatan pernikahan penuh manipulasi selain para pekerja di mansion Drew.Namun, darimana dokter ini tahu bahwa ia memang tak pernah merasakan bahagia dengan Drew? Seketika Adrienne menangkap satu sinyal yang membuat matanya terbelalak, baru sadar akan sesuatu setelah sekian lamanya. “Anda sudah sangat lama bekerja dengan keluarga Hidalgo. Tak mungkin tidak mengetahui apa yang ada dalam benakku saat ini!”Melihat tatapan sinis bercampur marah Adrienne, helaan napas berat si dokter sontak terlolos begitu saja sambil pria itu membetulkan letak kacamatanya. “Kami tidak bisa melakukan apa-apa saat tau beliau memutuskan untuk menikahi Anda. Bahkan Mr. Edgar dan Mrs. Emily pun tak bisa menentang keputusan Mr. Hidalgo pertama. Sebab itu saya mengerti kena
Read more

36.

Adrienne tidak tahu ingin bicara apa melihat apa yang Drew lakukan sekarang. Seperti terkena sihir, Drew melaksanakan celetukan dokter tadi. Padahal Adrienne tak berpikir sama sekali sampai Drew membawanya ke tempat ini.Hotel kelas bintang lima Drew pilih malam ini, menyewa satu kamar penthouse suite. Terletak di paling atas bangunan dengan pemandangan paling terbaik juga fasilitas terlengkap juga mewah.Bibir Adrienne terbuka kecil, matanya berkedip beberapa kali. Sesekali dia melihat pada Drew, seolah bertanya ‘apa maksudnya semua ini?’ Akan tetapi pria matang itu bersikap acuh tak peduli. Walaupun dirinya tahu kebingungan yang melanda Adrienne sekarang.Berdiri di depan pintu kamar, mata Adrienne mengekori kemana Drew berjalan dan melakukan aktivitas. Dilihat pria itu tengah melepas jam tangan dan ia letakkan di atas nakas.Lalu Adrienne meneguk ludah ketika tiba-tiba Drew topless di hadapannya.Kekar dada Drew ditumbuhi bulu-bulu halus. Bertelanjang dada hanya menggunakan bokser
Read more

37.

Simalakama. Enggan menerima ajakan, tetapi malas mendebat. Menerima pun Adrienne merasa malas dan takut. Adrienne tak mau kedekatannya dengan Drew membuat pria itu menyadari kehamilannya karena mau bagaimana pun Drew adalah pria pemilik IQ cukup tinggi. Sekali boleh lah Drew tak menyadari perutnya yang mulai membuncit, tetapi mau sampai kapan pria itu tidak sadar? Semua tidak ada yang tidak mungkin. Akan tetapi, Adrienne pun merasa bahwa dirinya butuh hiburan. Dia butuh liburan, otaknya perlu direfresh kembali setelah berbulan-bulan mengalami tekanan hebat.Menimbang-nimbang pertanyaan Drew dengan cukup lama sambil bersandar pada dada suaminya yang tiba-tiba baik itu. Saking sibuknya Adrienne berpikir, wanita itu sampai-sampai tak merasakan bahwa telapak tangan Drew sudah aktif bekerja pada tubuhnya. “Mau sampai kapan kau diam?” bisik Drew di telinga Adrienne. Seperti tukang pijat profesional, tangan Drew bergerak andal di atas dada istrinya. Tersentak sudah Adrienne. Dan detik i
Read more

38.

Pagi yang jelas tak seperti biasanya. Dingin kini telah menjadi hangat. Tak ada tatapan sinis di antara dua kubu yang selalu mengibarkan bendera perang.Berpelukan mesra di bawah gelungan selimut, saling memberikan kehangatan layaknya dua orang yang saling mencintai. Tenggelam tubuh Adrienne dalam pelukan Drew. Merasakan hangat aliran darah yang menjalari tiap nadinya.“Drew.”“Hm?”“Aku sesak.”Jujur, pelukan Drew sangat nyaman, tapi juga sangat menyesakkan Adrienne. Bayangkan saja, tubuh tinggi besar Drew mengunci Adrienne yang tingginya hanya 160 cm, sedang pria itu memiliki tinggi lebih kurang 190 cm. Bisa dibayangkan betapa mungil Adrienne di mata Drew.Mendengar itu, Drew lantas melonggarkan pelukan. Membuka kelopak mata, Drew menunduk, menatap Adrienne. “Kau bahagia pagi ini?”“Eung ....” Adrienne mengerjab, tak tahu ingin menjawab apa. Bohong jika dia tidak senang, tetapi Adrienne takut. “Aku tak mau senang dulu. Kadang kala sikap lelaki selalu berubah-ubah seperti apa inginny
Read more

39.

“Kenapa kau selalu memanggilku Angel? Namaku bukan itu.”“Karena aku ingin,” balas Drew dengan ekspresi watados. “Kau memiliki trauma dengan kolam?”“Dari mana kau tau?”“Ekspresi wajahmu.”Adrienn menghela napas panjang. Sebenarnya bukan ia trauma terhadap kolam renang, melainkan ia trauma dengan kedalamannya. Dulu sekali saat ia masih anak-anak, Bondar pernah menceburkan dirinya ke danau hanya karena Adrienne memecahkan mug antic kesayangannya. Ketika itu Adrienne nyaris mati, napasnya sudah di tenggorokan. Beruntung ada orang yang melihat dirinya dan menyelamatkan Adrienne.Akibat kejadian itu, Adrienne cukup takut dengan kedalaman air. Dulu bahkan Adrienne selalu tantrum tiap kali melihat sungai, danau atau apapun. Namun, saat ini dia sudah semakin baik mengendalikan ketakutannya.“Sudahlah, aku tak mau. Kau saja. Tolong bantu aku naik ke atas. Lukaku juga belum kering,” cakapnya memelas pada Drew.Drew mendadak tuli, seperti orang mengidam, Drew ingin sekali berenang dengan Adrie
Read more

40.

Petugas hotel itu terbelalak, wajahnya berubah pias dengan nyali yang semakin menciut ketika kini Drew berdiri menjulang di hadapannya, menghalangi tubuh Adrienne. Dia sama sekali tidak tahu jika wanita yang tadi ditatap adalah wanita dari pria sangat berpengaruh di Toronto. Habislah sudah riwayatnya kini. “Ma-maafkan saya, Sir. Saya–” Suaranya menggantung di udara. Belum selesai dirinya, Drew lebih dulu memotong. “Kau hanya ingin basa basi ha?” “Ti-tidak. Saya kesini ingin membersihkan kamar Anda, Sir,” jawabnya menundukkan pandangan tak berani bertatap dengan Drew. “Pergi! Saya tak butuh tenagamu!” usir Drew. “Kau berlebihan sekali. Dia hanya ingin melaksanakan tugasnya, Drew!” protes Adrienne tak suka dengan cara Drew. Sontak saja mata gelap Drew menatap tajam Adrienne. “Aku menyuruhmu berbicara?!” sinis Drew. “Kau—”“Kau suka ditatap olehnya?!” Drew berseru. Suaranya terdengar meninggi satu oktaf. Lingkar matanya semakin menggelap tak tertolong. Entah mengapa dia merasa pan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status