All Chapters of Jerat Gairah Pewaris Arogan: Chapter 41 - Chapter 50

57 Chapters

41

“Jika aku marah, bukankah kau juga tidak akan peduli, huh?” Alih-alih cemburu atau apapun, Adrienne justru bertanya sesuatu yang menyudutkan Drew Richard Hidalgo. “Kau terlalu pandai membalikkan kata-kataku, Angel!” Memang dasarnya sama-sama memiliki karakter dan watak keras juga sedikit mempunyai pemikiran nan tak waras, jika berbincang berdua, mereka terlihat seperti sepasang orang gila yang sedang menertawakan satu sama lain. “Aku diberkati mulut oleh Tuhan untuk bicara dan melawan orang-orang yang pantas kulawan. Dan kali ini berkat Tuhan, kugunakan untuk melawan pria sinting sepertimu,” timpal Adrienne tersenyum manis. Senyum manis dengan tatapan sinis. Drew tertawa pelan, lalu mengangguk membenarkan kata-kata Adrienne yang tidak ada salahnya sama sekali. “Sudahlah, aku mau mandi! Tertawa saja kau terus sampai kering gigimu!” tukas Adrienne. Ia beranjak, berdiri meninggalkan tempat duduknya. Masuk ke dalam kamar dan membiarkan Drew menatap punggungnya. “Dibanding
Read more

42.

Sungguh sangat disayangkan jika Adrienne mengetahui akal bulus Drew yang hanya sok bersikap baik demi dirinya bisa hamil. Terlihat mulus seakan amat tulus, Drew dengan segala kecerdasan dan kemampuan manipulasinya kian ia gunakan pada sang istri.Hanya tersedak sedikit, telaten sekali Drew mengurus Adrienne seperti seorang ayah yang menemukan puterinya sakit. Segala perhatian ia curahkan. Segala kelembutan ia tampakkan pada istrinya. Seolah-olah ia ingin dunia tahu bahwa Adrienne Maizahira adalah cintanya.Padahal fakta yang terjadi Adrienne Mizahira adalah jalang pribadi yang ia nikahi.“Sudahlah, aku baik-baik saja.” Adrienne mendorong pelan pundak Drew agar menyingkir dari hadapannya.“Sakit?”Pertanyaan Drew dibalas gelengan kepala oleh Adrienne. Wanita itu lantas berdiri setelah menyambar selembar tissue guna membersihkan hidungnya. Melangkah menuju toilet kering, Adrienne membasuh mulut dan hidung di sana.Meninggalkan Drew yang kembali membuka ponsel lalu mengirim pesan yang ta
Read more

43

Cepat-cepat Adrienne menggelengkan kepalanya. “Tidak begitu. Aku hanya kasihan dengan temanku, dia tak tahu apapun.” “Lalu kau tak kasihan dengan Anna dan Jay?” Skakmat Drew melemparkan pertanyaan yang membuat sekujur tubuh Adrienne mematung tak dapat bergerak.Mata wanita itu melotot, tegang tubuhnya amat kentara dengan mulut terbuka kecil. “K-kau melakukan apa pada mereka? Jangan sakiti mereka! Mereka tak tau apapun. Jika ingin menghukum maka hukum saja aku!”Decitan mobil terdengar secara tiba-tiba. Adrienne nyaris memekik ketika tubuhnya hampir membentur dashboard mobil. Sialan, Drew menginjak pedal rem mendadak dengan tajam di tepi jalan. Wanita itu terkesiap melihat tatapan Drew yang setajam elang. Buku romanya mulai berdiri, pria itu bergerak mendekati dirinya dan Adrienne bisa merasakan hawa panas dari embusan napas Drew. Dingin telapak tangan Adrienne kini Drew raih. Diusapnya secara lembut nan sensual dengan sorot mata seksi yang mengunci pergerakan mata Adrienne. “Sudah
Read more

44.

Setelah membeli buku di toko buku lawas di tengah kota Toronto, Adrienne dan Drew langsung bergegas ke bandara untuk penerbangan mereka ke Virginia tepat pada waktu yang sudah Drew katakan. Di bandara, Adrienne tampak bersemangat dengan buku yang baru dibelinya, sementara Drew mengurus boarding pass mereka. “Apakah kau yakin buku itu akan menarik?" tanya Drew sambil menyerahkan boarding pass kepada Adrienne.Adrienne hanya tersenyum, membalas, “Kau baca saja sendiri nanti setelah aku selesai, ini adalah edisi langka yang sudah lama ingin aku baca. Rasanya aneh jika kau tidak tau buku ini.”Setelah melewati keamanan, mereka duduk menunggu di gate. Drew mengeluarkan laptopnya untuk mengecek email pekerjaan, sementara Adrienne membuka bukunya. Suasana di bandara yang ramai dengan orang-orang yang sibuk berlalu lalang memberikan kontras dengan kedamaian yang mereka rasakan saat tenggelam dalam dunia mereka sendiri.Saat penerbangan dipanggil, mereka segera merapikan barang-barang mereka
Read more

45.

Mobil yang mereka tumpangi bergerak menuju villa di sekitar pantai—wisata yang rencananya akan mereka kunjungi esok hari. Sesampainya di villa, Drew langsung membawa Adrienne ke kamar utama. Itu villa pribadi miliknya. Tempat yang tak pernah terjamah oleh dirinya dan Allena hingga Adrienne lah orang pertama yang ia bawa ke sana. Bahkan villa tersebut terbilang masih baru. Drew baru membangunnya sekitar setahun lalu dan pembangunan selesai dua bulan sebelum ia menikahi Adrienne. Jangan salah paham jika perhatian yang Drew berikan adalah tulus. Segila pemikirannya menikahi Adrienne sementara ia sudah bertunangan dengan Allena, segila itu juga dia berencana membuat hati wanita 20 tahun itu bahagia sebelum dia hancurkan. Tubuh Adrienne dibaringkan di atas kasur. Rambut wanita itu sudah basah sekali karena keringat dingin yang terus bercucuran. Dibaringkan seperti itu, Adrienne semakin merasa segala sesuatu di sekitarnya berputar. Ia bergerak gelisah dan pelan sekali meminta Dre
Read more

46

“Ho, kau sedang berlibur dengan kakak pertama? Sungguh?”Adrienne mendengus. Ini sudah pertanyaan ketiga yang Seleste pertanyakan setelah ia memberi tahu bahwa dirinya tengah berada di Virginia bersama Drew.“Telingaku tidak kupakai hanya untuk mendengar pertanyaan berulang darimu, Seleste!” sindir Adrienne dan di sana Seleste tertawa kecil.“Pantas saja kuhubungi kakakku, dia tidak merespon apapun. Ternyata kalian sedang berlibur,” seru Seleste terdengar bahagia dengan kabar tersebut. “Sejak kapan kalian berada di Virginia?”Adrienne menoleh ke samping, tepatnya ke arah pintu kamar mandi. Sudah tiga puluh menit, Drew belum keluar juga dari sana padahal matahari sudah meninggi. Sementara dia duduk di kursi, di sisi jendela yang menyuguhkan pemandangan indah, lautan lepas.“Sore tadi pukul tiga. Apakah kakakmu memiliki riwayat gangguan mental?” celetuk Adrienne.“Hah? Kau ini bicara apa?”“Tidak tau. Aku hanya merasa aneh dengan sikapnya. Semalam aku marah-marah dan menangis di depanny
Read more

47

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” Adrienne mengernyitkan kening hingga dahinya tampak mengkerut tajam menemukan Drew menatap dirinya sangat intens tak berkedip. Drew sadar dari pandangannya. Ia mengalihkan pandangan, tidak menjawab pertanyaan Adrienne. Memilih untuk meraih sebotol parfum yang tergeletak di atas meja rias lalu menyemprotkan di beberapa titik tubuhnya. Adrienne berdecak. “Dasar manusia aneh,” gumamnya pelan tetapi masih bisa didengar oleh Drew. Melalui ekor matanya, Drew melirik Adrienne dari pantulan cermin. Wanita itu berdiri membelakangi dirinya, tengah mengenakan long cardigan berwarna krem dengan dress panjang tanpa lengan berwarna biru langit. Sungguh Drew merasa sangat janggal dengan penampilan Adrienne. Ia melihat bahwa tubuh wanita itu semakin berisi dan seksi. “Dia merasa tertekan tapi tubuhnya semakin berisi. Memangnya ada orang tekanan batin tapi semakin gemuk?” Bermonolog seperti orang bodoh, Drew sontak menggerutui dirinya sendiri. “Kenapa kau mem
Read more

48.

Hari itu Drew benar-benar membiarkan Adrienne bersenang-senang di Virginia. Tak hanya pantai yang mereka kunjungi, museum dan tempat wisata lain turut mereka datangi. Selain mengunjungi tempat wisata, Drew juga mengajak Adrienne mendatangi pusat belanja. Membeli berbagai barang-barang mewah serta aksesoris lucu untuk Adrienne. Selama itu Adrienne merasa sangat dijadikan ratu oleh Drew. Hatinya berbunga-bunga tentu saja. Walau tersirat kekhawatiran bahwa ini adalah kebahagiaan semu. Namun, tak peduli, Adrienne ingin menikmati hari ini. Hari yang jarang sekali terjadi dalam hidupnya. “Aduh.” Adrienne mengaduh pelan ketika secara tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh Drew sampai menghimpit tak berjarak dengan suaminya. Wanita itu mendongak, menatap Drew dengan alis mengkerut. “Kenapa?” Drew tidak menjawab. Tetapi matanya berpendar tajam pada pria tepat di sisi kiri Adrienne. Yang ditatap nyalinya langsung menciut ketika ia kepergok hendak menyentuh bokong Adrienne. Saat ini keduanya sedan
Read more

49.

“Drew, ini masalah besar,” kata Adrienne, suaranya mantap. “Kau harus kembali ke Toronto dan mengurus ini langsung. Jangan memaksakan diri untuk tetap di sini.”Drew memandang Adrienne, ragu. “Aku tak ingin menghancurkan kesenanganmu. Kita bisa tetap berlibur di sini, dan aku bisa bekerja dari sini sementara.” Adrienne menggeleng. “Ck, jangan jadi atasan yang hanya tau kesenangannya sendiri, Drew. Kau perlu berada di sana. Perusahaanmu butuh kehadiranmu!” Drew terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-kata Adrienne. Ia tahu bahwa Adrienne benar, dan masalah di perusahaan tidak bisa ditunda. Hanya dengan berada di Toronto, ia bisa mengatasi situasi dengan cepat.“Baiklah,” kata Drew akhirnya. “Kita akan kembali ke Toronto malam ini.”Adrienne mengangguk. “Aku akan segera mengemas barang-barang kita.” Drew menghubungi Walter lagi, memberi tahu bahwa ia akan segera kembali ke Toronto. Sementara itu, Adrienne mulai mengemas barang-barang mereka di villa begitu sampai. Meskipun ada rasa kec
Read more

50

Keesokan paginya, Adrienne terbangun lebih awal dari biasanya. Dia merasa sedikit lebih segar setelah tidur malam yang panjang, meskipun pikiran tentang sikap Drew dan masalah di perusahaan suaminya itu masih membayangi.Saat sedang menyiapkan sarapan ringan di dapur, Adrienne mendengar pintu depan terbuka. Ia menoleh dan melihat Drew masuk dengan wajah sangat kusut dan kelelahan. Kantung mata Drew menghitam, dan bahunya sedikit turun, jelas bahwa Drew melalui banyak waktu dengan penuh tekanan dan kerja keras.Drew memberikan jas pada maid seperti biasa, lalu berjalan menuju meja makan, di mana Adrienne sudah menyiapkan secangkir kopi untuknya. Tanpa banyak bicara, ia mengambil cangkir itu dan menghirup kopi panasnya, mencoba menghilangkan rasa lelah yang menumpuk.Adrienne memperhatikan Drew dengan cermat. “Bagaimana situasinya?” tanya Adrienne berinisiatif dengan nada tenang, meskipun ia sudah bisa menebak jawabannya dari penampilan Drew saat ini.Drew mengangguk pelan, meletakkan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status