Home / CEO / Jerat Gairah Pewaris Arogan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Jerat Gairah Pewaris Arogan: Chapter 21 - Chapter 30

57 Chapters

21. Pernikahan Terkutuk

“Dengar ini baik-baik. Jangan sekalipun kau mencoba untuk mencurangiku! Telah kubayar mahal dirimu dan kau tau berapa harga yang harus kau bayar andai kau melanggar peraturanku!” Bengis Drew menatap tajam Adrienne. Walau masih ada sisa-sisa nafsu yang berkeliaran liar di kepalanya, Drew masih sanggup mengintimidasi Adrienne. Memutar bola matanya malas dengan tubuh yang terasa sangat lebah seperti kehilangan seluruh daya sebab Drew begitu menguras energinya, Adrienne merasa kesal. Sial memang, niat hati ia kemari untuk melancarkan aksinya, justru ia mendapatkan ancaman seperti ini. “Berhenti mengancamku seperti itu. Aku pun malas dan lelah jika terus bersitegang denganmu setiap hari dan hanya akur ketika bercinta!” Adrienne bangkit dari posisi rebahannya. Duduk di pinggir meja kerja Drew sambil mengatur napas yang tersengal-sengal. Kekehan rendah Drew mengalun di telinga Adrienne. Wanita itu tahu, Drew mengejeknya. Memang wanita keras kepala mana yang sudi manut terhadap pria seper
Read more

22. Kesabaran Yang Terus Diuji

Adrienne melenggang keluar ruangan dengan kesal. Rasa marah sekaligus malu, bercampur menjadi satu. Raut wajahnya benar-benar menggambarkan kemarahan yang tak mampu lagi dia tahan.“Dasar pria keparat tak punya hati! Sudah kuberikan perhatian, masih juga menjunjung gengsi setinggi langit. Pantas saja dia tak pernah menemukan wanita yang tulus mencintainya!” gerutunya sembari menghentak-hentakan kaki dengan cukup kasar.Sepanjang perjalanan menuju lobi dihabiskan Adrienne dengan menggerutui suami keparatnya itu. Upayanya untuk mengambil hati Drew gagal total. Sungguh menaklukkan lelaki itu benar-benar sulit.Yang lebih menyakitkan lagi, setelah mengajukan pertanyaan menohok pada Adrienne, pria itu lantas mengusirnya secara terang-terangan pun tak peduli dengan perasaan istrinya. Adrienne benar-benar merasa terhina dengan sikap suaminya.Berilah panci gosong pada Adrienne. Dia ingin menutup wajahnya dengan panci! Atau akan ia gunakan untuk menimpuk wajah Drew dengan bokong panci itu.Di
Read more

23. Ketegangan

Adrienne menatap datar Allena dengan manik hitamnya. Wajahnya terlihat biasa-biasa saja yang mana hal tersebut tentu saja membuat Allena semakin geram melihatnya. Semua orang terlihat begitu penasaran dengan respon apa yang akan Adrienne berikan. Namun, ternyata perempuan itu memilih diam, lalu memicingkan senyum acuh ke arah Allena. Seolah-olah memang dia tak begitu berminat meladeni perempuan itu.“Kau tersenyum? Masih tidak sadar diri juga?” sinis Allena yang tak suka dengan respon Adrienne.Dua perempuan dengan penampilan yang cukup kontras itu semakin menjadi pusat perhatian karyawan Lykos Company. Allena yang terlihat lebih sexy dan glamour, sedangkan Adrienne terlihat begitu elegan dan anggun dengan rambut tergerainya. Semua terlihat cukup penasaran dengan pertengkaran mereka berdua.“Kita lihat, apa yang akan dilakukan Nyonya Adrienne kepada perempuan itu,” ujar salah satu staf perempuan berambut sebahu pada teman di sampingnya.“Sudahlah Mey, tak seharusnya kita di sini. Ayo
Read more

24. Pertanyaan Anna

Adrienne melangkah pergi dengan perasaan puas. Setidaknya dia masih bisa membalas hinaan Allena dengan begitu telak. Kini, senyum manis nan sinis merekah menghiasi wajah wanita cantik itu. “Ayo kita kembali, Jay!” ajak Adrienne pada sang supir yang baru saja datang menghampirinya.Selama perjalanan Adrienne hanya memilih diam. Dia duduk bersandar tanpa sedikit pun berselera untuk memulai pembicaraan. Netranya menatap nanar ke luar jendela. Melihat betapa padatnya kendaraan yang berlalu lalang di jam kantor.Anna yang duduk di kursi samping kemudi, hanya bisa menghela napas pelan. Dia menatap sekilas ke arah Adrienne dengan perasaan penuh tanya. Namun, dia memilih untuk tetap diam dan tak bertanya perihal apapun, sampai Adrienne sendiri yang menceritakan semuanya padanya.Adrienne masih terlihat melamun, bahkan hingga mobil memasuki mansion mewah milik Drew. Tidak tidak, itu bukan mansion melainkan paguyuban setan berbalut intan berlian—tempatnya terkurung bersama luka dan derita.“Ny
Read more

25. Kapan Kau Hamil?

Adrienne terhenyak menelan ludahnya kasar, dia tak menyangka Anna akan menanyakan hal itu.“Apa dia menyadarinya?” Adrienne pun bermonolog dalam hati. Matanya menatap lekat ke arah Anna cukup lama. Sambil ia berusaha menetralkan mimik wajahnya agar tak tampak mencurigakan di mata Anna. “Ma-maaf, Nyonya. Saya terlalu lancang menanyakan hal tersebut pada Anda.” Anna pun segera—menunduk merutuki kelakuan konyolnya.“Ah, apa kau bercanda, Anna? Aku hamil?” Adrienne berusaha tertawa untuk menutupi ketegangannya. “Tentu tidak, Anna. Aku mual karena aroma garlic dari roti itu sangatlah kuat.”Dia beranggapan semua orang di rumah ini adalah orang-orang munafik. Faktanya, mereka pasti tahu kalau Drew memiliki wanita lain. Dan lebih parahnya, keduanya sudah bertunangan. Hanya saja, sayang seribu sayang, Allena tak dapat memberikan Drew keturunan sebab kecelakaan yang pernah menimpa Allena dan membuat rahim wanita itu terpaksa diangkat. Namun, semua orang memilih bungkam seribu bahasa. Membiar
Read more

26. Dosa Apa?

Kata-kata yang terlontar dari mulut Drew benar-benar membuat Adrienne terdiam. Suasana hatinya anjlok begitu saja. Jangankan membalas ucapan sang suami. Melanjutkan makan es krim pun dia enggan sekali.Manik hitamnya melirik ke sekitar, berharap tak ada yang mendengar percakapannya dengan sang suami. Siapa juga yang tak akan malu, jika Drew berbicara semesum itu.Ditambah pertanyaan terakhir Drew yang membuatnya geram. Seolah-olah dirinya hanya dianggap sebagai penghasil keturunan yang tak layak dihargai. Karena tidak ada perlawanan apapun dari Adrienne, Drew pun memilih bangkit dari posisinya. Lelaki itu berniat untuk membersihkan diri dari berbagai beban pikiran pekerjaan dan tuntutan keluarga.“Kau pikirkan ucapanku tadi. Semakin cepat kau memberi aku keturunan, semakin tenang pula hidupku! Kau pahami itu baik-baik!” ucap Drew sambil melenggang meninggalkan Adrienne sendirian.Setelah Drew meninggalkannya, Adrienne masih mematung. Tidak biasanya dia diam saja mendengar sindiran Dre
Read more

27. Pemeriksaan Rutin

Mengusik Allena? Sungguh kurang kerjaan sekali bukan jika Adrienne melakukannya? Lagipula takkan ia mengusik Allena jika wanita itu tak lebih dulu memulai perkara dengnnya.Malas berdebat dengan Drew, Adrienne memilih untuk mengistirahatkan diri dengan tubuh yang terasa lelah pun pikiran nan kacau balau, serta hatinya yang turut menjerit sakit. Lagi dan lagi, Drew lebih mengutamakan Allena ketimbang dirinya.Lengang jalanan kini tampak ramai lalu-lalang kendaraan seiring dengan matahari yang menaiki singgasananya dengan agung, cahayanya masuk melalui celah-celah jendela kamar Adrienne. Perlahan, kelopak mata wanita itu mulai bergerak, ia membuka mata.“Hari yang sama,” gumam Adrienne lalu menyibak selimut yang membungkus tubuhnya.Hari ini, Adrienne harus melakukan tes kesehatan rutin sesuai dengan perintah Drew semalam tepat sebelum dirinya terlelap. Seperti biasa, Drew akan absen menemani Adrienne periksa, pria itu hanya bisa menyuruhnya saja. Entah kapan Drew akan menemani wanita it
Read more

28. Teman Lama

Gelisah masih melanda Adrienne setelah pemeriksaan tadi. Otaknya terus berusaha memikirkan rangkaian kalimat apa yang akan ia sampaikan pada Drew setelah ini andaikata pria itu menanyakan hasil pemeriksaannya, bahkan bisa jadi pula Drew akan menanyakan apakah dirinya telah hamil kah belum. Manik hitam Adrienne terus menatap pada birunya langit nan amat cerah, kontras pun dengan suasana hatinya yang amat tak menentu. Cemas semakin merundung, semakin menjalar seiring dengan laju mobil yang melesat dengan kecepatan cukup cepat karena ia tak kunjung menemukan jawaban yang sekiranya dapat dipercaya Drew. “Maaf, Nyonya. Anda baik-baik saja? Apakah terjadi sesuatu atau kabar buruk dari hasil pemeriksaan Anda?” tanya Anna yang terlihat ikut penasaran akan kegelisahan Adrienne. Adrienne terkesiap. Ia mengedipkan mata, lalu menggeleng. “Tidak ada. Kukatakan aku baik-baik saja. Bisakah kita berhenti sebentar? Aku cukup lapar,” pinta Adrienne sembari membenahi posisi duduknya. “Baik, Nyonya,
Read more

29. Biarkan Aku Merasakannya!

Adrienne terhenyak mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Drew. Matanya nyaris membelalak, tetapi berhasil ia kendalikan agar tak membuat Drew curiga padanya.Wanita itu cukup gelagapan, otaknya kembali terpacu untuk memikirkan jawaban yang harus disampaikan pada Drew. Namun, kembali Adrienne harus merutuk ketika ia tak menemukan jawaban apapun.“Kenapa kau diam? Kau menyembunyikan sesuatu dariku?” Drew memicingkan mata, menyelidik Adrienne yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.Adrienne berdehem pelan. “Tidak ada yang menarik dari hasil pemeriksaan. Hasilnya sama seperti sebelum-sebelumnya.” Ia terus berusaha bersikap senormal mungkin agar Drew tak semakin curiga. Bahkan Adrienne berjuang mati-matian menahan suaranya agar tak gemetar.Alih-alih menjawab dengan jujur bahwa dirinya tengah mengandung anak dari pria matang di depannya, Adrienne justru menciptakan scenario baru. Benar, dirinya belum siap untuk memberitahu Drew akan kehamilannya di tengah kondisi hubungan mereka
Read more

30. Tak Pernah Memiliki Hati

Drew menarik wajah, ia melepaskan pagutan. Di sana Adrienne tertegun hebat. Ia meluruh ke lantai, lalu tangisnya pecah sejadi-jadinya. Jiwanya terguncang hebat, sungguh demi apapun, sakit yang ia rasakan bukan main.Menggigil sekujur tubuh Adrienne, bergetar saking hebatnya rasa yang menggelogak di dalam sana. Segala emosi yang terpendam kini ia luapkan sepenuhnya. Belum lagi dengan kenyataan yang baru saja Drew sampaikan. Entah bagaimana kini wujud mental Adrienne jika saja tampak mata. Hancur lebur tak tersisa. Bercecer, berserakan tak lagi sudi ada orang yang memungutnya sampai sampah pun agaknya tampak jauh lebih baik untuk dipungut.“Kau jahat, Drew. Kau jahat sekali padaku, sungguh.” Lirih, Adrienne berucap sambil membenamkan wajah pada kedua telapak tangannya. Adrienne benci terlihat lemah, tetapi sungguh, kali ini ia tak mampu menahan sesak yang mendera kuat jiwanya sampai-sampai Adrienne terisak-isak di hadapan Drew. Ia menangis. Benar-benar menangis hingga ingusnya meler-m
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status