Share

36.

Author: Klandestin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Adrienne tidak tahu ingin bicara apa melihat apa yang Drew lakukan sekarang. Seperti terkena sihir, Drew melaksanakan celetukan dokter tadi. Padahal Adrienne tak berpikir sama sekali sampai Drew membawanya ke tempat ini.

Hotel kelas bintang lima Drew pilih malam ini, menyewa satu kamar penthouse suite. Terletak di paling atas bangunan dengan pemandangan paling terbaik juga fasilitas terlengkap juga mewah.

Bibir Adrienne terbuka kecil, matanya berkedip beberapa kali. Sesekali dia melihat pada Drew, seolah bertanya ‘apa maksudnya semua ini?’ Akan tetapi pria matang itu bersikap acuh tak peduli. Walaupun dirinya tahu kebingungan yang melanda Adrienne sekarang.

Berdiri di depan pintu kamar, mata Adrienne mengekori kemana Drew berjalan dan melakukan aktivitas. Dilihat pria itu tengah melepas jam tangan dan ia letakkan di atas nakas.

Lalu Adrienne meneguk ludah ketika tiba-tiba Drew topless di hadapannya.

Kekar dada Drew ditumbuhi bulu-bulu halus. Bertelanjang dada hanya menggunakan bokser
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   37.

    Simalakama. Enggan menerima ajakan, tetapi malas mendebat. Menerima pun Adrienne merasa malas dan takut. Adrienne tak mau kedekatannya dengan Drew membuat pria itu menyadari kehamilannya karena mau bagaimana pun Drew adalah pria pemilik IQ cukup tinggi. Sekali boleh lah Drew tak menyadari perutnya yang mulai membuncit, tetapi mau sampai kapan pria itu tidak sadar? Semua tidak ada yang tidak mungkin. Akan tetapi, Adrienne pun merasa bahwa dirinya butuh hiburan. Dia butuh liburan, otaknya perlu direfresh kembali setelah berbulan-bulan mengalami tekanan hebat.Menimbang-nimbang pertanyaan Drew dengan cukup lama sambil bersandar pada dada suaminya yang tiba-tiba baik itu. Saking sibuknya Adrienne berpikir, wanita itu sampai-sampai tak merasakan bahwa telapak tangan Drew sudah aktif bekerja pada tubuhnya. “Mau sampai kapan kau diam?” bisik Drew di telinga Adrienne. Seperti tukang pijat profesional, tangan Drew bergerak andal di atas dada istrinya. Tersentak sudah Adrienne. Dan detik i

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   38.

    Pagi yang jelas tak seperti biasanya. Dingin kini telah menjadi hangat. Tak ada tatapan sinis di antara dua kubu yang selalu mengibarkan bendera perang.Berpelukan mesra di bawah gelungan selimut, saling memberikan kehangatan layaknya dua orang yang saling mencintai. Tenggelam tubuh Adrienne dalam pelukan Drew. Merasakan hangat aliran darah yang menjalari tiap nadinya.“Drew.”“Hm?”“Aku sesak.”Jujur, pelukan Drew sangat nyaman, tapi juga sangat menyesakkan Adrienne. Bayangkan saja, tubuh tinggi besar Drew mengunci Adrienne yang tingginya hanya 160 cm, sedang pria itu memiliki tinggi lebih kurang 190 cm. Bisa dibayangkan betapa mungil Adrienne di mata Drew.Mendengar itu, Drew lantas melonggarkan pelukan. Membuka kelopak mata, Drew menunduk, menatap Adrienne. “Kau bahagia pagi ini?”“Eung ....” Adrienne mengerjab, tak tahu ingin menjawab apa. Bohong jika dia tidak senang, tetapi Adrienne takut. “Aku tak mau senang dulu. Kadang kala sikap lelaki selalu berubah-ubah seperti apa inginny

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   39.

    “Kenapa kau selalu memanggilku Angel? Namaku bukan itu.”“Karena aku ingin,” balas Drew dengan ekspresi watados. “Kau memiliki trauma dengan kolam?”“Dari mana kau tau?”“Ekspresi wajahmu.”Adrienn menghela napas panjang. Sebenarnya bukan ia trauma terhadap kolam renang, melainkan ia trauma dengan kedalamannya. Dulu sekali saat ia masih anak-anak, Bondar pernah menceburkan dirinya ke danau hanya karena Adrienne memecahkan mug antic kesayangannya. Ketika itu Adrienne nyaris mati, napasnya sudah di tenggorokan. Beruntung ada orang yang melihat dirinya dan menyelamatkan Adrienne.Akibat kejadian itu, Adrienne cukup takut dengan kedalaman air. Dulu bahkan Adrienne selalu tantrum tiap kali melihat sungai, danau atau apapun. Namun, saat ini dia sudah semakin baik mengendalikan ketakutannya.“Sudahlah, aku tak mau. Kau saja. Tolong bantu aku naik ke atas. Lukaku juga belum kering,” cakapnya memelas pada Drew.Drew mendadak tuli, seperti orang mengidam, Drew ingin sekali berenang dengan Adrie

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   40.

    Petugas hotel itu terbelalak, wajahnya berubah pias dengan nyali yang semakin menciut ketika kini Drew berdiri menjulang di hadapannya, menghalangi tubuh Adrienne. Dia sama sekali tidak tahu jika wanita yang tadi ditatap adalah wanita dari pria sangat berpengaruh di Toronto. Habislah sudah riwayatnya kini. “Ma-maafkan saya, Sir. Saya–” Suaranya menggantung di udara. Belum selesai dirinya, Drew lebih dulu memotong. “Kau hanya ingin basa basi ha?” “Ti-tidak. Saya kesini ingin membersihkan kamar Anda, Sir,” jawabnya menundukkan pandangan tak berani bertatap dengan Drew. “Pergi! Saya tak butuh tenagamu!” usir Drew. “Kau berlebihan sekali. Dia hanya ingin melaksanakan tugasnya, Drew!” protes Adrienne tak suka dengan cara Drew. Sontak saja mata gelap Drew menatap tajam Adrienne. “Aku menyuruhmu berbicara?!” sinis Drew. “Kau—”“Kau suka ditatap olehnya?!” Drew berseru. Suaranya terdengar meninggi satu oktaf. Lingkar matanya semakin menggelap tak tertolong. Entah mengapa dia merasa pan

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   41

    “Jika aku marah, bukankah kau juga tidak akan peduli, huh?” Alih-alih cemburu atau apapun, Adrienne justru bertanya sesuatu yang menyudutkan Drew Richard Hidalgo. “Kau terlalu pandai membalikkan kata-kataku, Angel!” Memang dasarnya sama-sama memiliki karakter dan watak keras juga sedikit mempunyai pemikiran nan tak waras, jika berbincang berdua, mereka terlihat seperti sepasang orang gila yang sedang menertawakan satu sama lain. “Aku diberkati mulut oleh Tuhan untuk bicara dan melawan orang-orang yang pantas kulawan. Dan kali ini berkat Tuhan, kugunakan untuk melawan pria sinting sepertimu,” timpal Adrienne tersenyum manis. Senyum manis dengan tatapan sinis. Drew tertawa pelan, lalu mengangguk membenarkan kata-kata Adrienne yang tidak ada salahnya sama sekali. “Sudahlah, aku mau mandi! Tertawa saja kau terus sampai kering gigimu!” tukas Adrienne. Ia beranjak, berdiri meninggalkan tempat duduknya. Masuk ke dalam kamar dan membiarkan Drew menatap punggungnya. “Dibanding

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   42.

    Sungguh sangat disayangkan jika Adrienne mengetahui akal bulus Drew yang hanya sok bersikap baik demi dirinya bisa hamil. Terlihat mulus seakan amat tulus, Drew dengan segala kecerdasan dan kemampuan manipulasinya kian ia gunakan pada sang istri.Hanya tersedak sedikit, telaten sekali Drew mengurus Adrienne seperti seorang ayah yang menemukan puterinya sakit. Segala perhatian ia curahkan. Segala kelembutan ia tampakkan pada istrinya. Seolah-olah ia ingin dunia tahu bahwa Adrienne Maizahira adalah cintanya.Padahal fakta yang terjadi Adrienne Mizahira adalah jalang pribadi yang ia nikahi.“Sudahlah, aku baik-baik saja.” Adrienne mendorong pelan pundak Drew agar menyingkir dari hadapannya.“Sakit?”Pertanyaan Drew dibalas gelengan kepala oleh Adrienne. Wanita itu lantas berdiri setelah menyambar selembar tissue guna membersihkan hidungnya. Melangkah menuju toilet kering, Adrienne membasuh mulut dan hidung di sana.Meninggalkan Drew yang kembali membuka ponsel lalu mengirim pesan yang ta

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   43

    Cepat-cepat Adrienne menggelengkan kepalanya. “Tidak begitu. Aku hanya kasihan dengan temanku, dia tak tahu apapun.” “Lalu kau tak kasihan dengan Anna dan Jay?” Skakmat Drew melemparkan pertanyaan yang membuat sekujur tubuh Adrienne mematung tak dapat bergerak.Mata wanita itu melotot, tegang tubuhnya amat kentara dengan mulut terbuka kecil. “K-kau melakukan apa pada mereka? Jangan sakiti mereka! Mereka tak tau apapun. Jika ingin menghukum maka hukum saja aku!”Decitan mobil terdengar secara tiba-tiba. Adrienne nyaris memekik ketika tubuhnya hampir membentur dashboard mobil. Sialan, Drew menginjak pedal rem mendadak dengan tajam di tepi jalan. Wanita itu terkesiap melihat tatapan Drew yang setajam elang. Buku romanya mulai berdiri, pria itu bergerak mendekati dirinya dan Adrienne bisa merasakan hawa panas dari embusan napas Drew. Dingin telapak tangan Adrienne kini Drew raih. Diusapnya secara lembut nan sensual dengan sorot mata seksi yang mengunci pergerakan mata Adrienne. “Sudah

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   44.

    Setelah membeli buku di toko buku lawas di tengah kota Toronto, Adrienne dan Drew langsung bergegas ke bandara untuk penerbangan mereka ke Virginia tepat pada waktu yang sudah Drew katakan. Di bandara, Adrienne tampak bersemangat dengan buku yang baru dibelinya, sementara Drew mengurus boarding pass mereka. “Apakah kau yakin buku itu akan menarik?" tanya Drew sambil menyerahkan boarding pass kepada Adrienne.Adrienne hanya tersenyum, membalas, “Kau baca saja sendiri nanti setelah aku selesai, ini adalah edisi langka yang sudah lama ingin aku baca. Rasanya aneh jika kau tidak tau buku ini.”Setelah melewati keamanan, mereka duduk menunggu di gate. Drew mengeluarkan laptopnya untuk mengecek email pekerjaan, sementara Adrienne membuka bukunya. Suasana di bandara yang ramai dengan orang-orang yang sibuk berlalu lalang memberikan kontras dengan kedamaian yang mereka rasakan saat tenggelam dalam dunia mereka sendiri.Saat penerbangan dipanggil, mereka segera merapikan barang-barang mereka

Latest chapter

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   57

    Malam semakin larut, Drew tak kunjung kembali ke rumah. Adrienne duduk di tepi ranjang dengan perasaan yang sulit digambarkan. Pikirannya penuh dengan berbagai macam perasaan yang saling bertubrukan. Dia merasakan kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan yang tak tertahankan. Sambil memandang keluar jendela, batinnya bertanya-tanya, “Bagaimana nasibku kedepannya?” Haruskah dia terus bertahan dalam pernikahan ini, atau tetap sesuai rencana awal, nekad pergi dengan konsekwensi yang mungkin akan lebih menyakitkan?Bagaimana mungkin dia bisa bertahan dalam pernikahan seperti ini? Semua impiannya dulu tentang masa depan bersama Drew, seolah lenyap. Dia merasa terjebak dalam perangkap yang tidak bisa dia hindari. Mencoba lari pun, tak ada jalan.“Aku tahu ini sulit, Adrienne. Tapi kamu harus ingat bahwa kamu lebih kuat dari yang kamu kira. Jangan biarkan mereka mengendalikan hidupmu. Kamu punya hak untuk bahagia dan bebas,” ucapnya dengan mata terpejam. Dia berusaha menguatkan dirinya. Dia ya

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   56.

    “Aku sudah mengatakan sejujurnya. Jika kau ingin aku cepat hamil, buat aku selalu merasa bahagia. Karena dengan meningkatnya hormon endorfin pada diriku, akan mempercepat kemungkinan pembuahan hasil!” jelas Adrienne dengan begitu percaya diri. padahal dia sendiri tidak tahu apakan itu ada hubungannya kah tidak. Dia hanya berbohong untuk meluluhkan lagi hati Drew yang malam-malam begini kembali membahas perihal anak. “Ck! Itu hanya alasan untuk menutupi ketidakmampuanmu agar cepat hamil, bukan?!” cerca Drew. “Oke, terserah! Aku sudah mengatakan yang sebenarnya!” Mereka terus saja berdebat tentang penyebab Adrienne tak kunjung hamil Keduanya sama-sama tak ingin mengalah dan justru saling menyalahkan. Hingga perdebatan itu akhirnya terhenti, saat seorang ajudan tiba-tiba menghampiri mereka berdua. “Kau! Kenapa lancang sekali masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu?!” cerca Drew yang terlihat tidak suka dengan kedatangan ajudannya. “Maaf, Sir. Ada tamu yang mencari Anda,” jawab ajudan te

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   55.

    Drew menatap pemandangan kota dari jendela kantornya dengan perasaan campur aduk. Suara hiruk-pikuk dari jalanan yang biasanya memberinya sedikit ketenangan kini justru terasa mengganggu. Segala sesuatu di luar sana terlihat normal, sementara di dalam dirinya, segala sesuatunya berantakan. Ia merasakan tekanan yang terus meningkat dari berbagai sisi: perusahaan yang sedang diguncang serangan siber, desakan dari ayahnya untuk segera memiliki anak, dan ketegangan yang terus memuncak dalam rumah tangganya dengan Adrienne.Dia tahu, untuk menjaga segalanya tetap berjalan, dia tidak bisa membiarkan emosinya menguasai dirinya. Namun, setiap kali dia berpikir tentang situasi di rumah—tentang Adrienne dan apa yang diharapkan darinya—Drew merasa seperti berada di ambang ledakan. Ini bukan hanya tentang pewaris keluarga atau mempertahankan kendali atas perusahaan. Ini adalah tentang menjaga fasad yang selama ini dia bangun; bahwa dirinya adalah pria yang memegang kendali penuh, baik dalam bis

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   54.

    Drew terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Adrienne. Napasnya yang tadi memburu perlahan mulai mereda, namun tatapannya tetap tajam. Dia melepaskan cengkeramannya dari rahang Adrienne tanpa melepas penyatuan keduanya. “Kau pikir kau bisa mengaturku?” Suaranya rendah, tapi mengandung ancaman yang jelas.Adrienne mendorong perut Drew, mencoba menciptakan jarak sejauh mungkin dari Drew. Matanya masih dipenuhi ketakutan, tapi dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya lebih dari ini. Dia harus kuat, untuk dirinya sendiri.“Aku hanya ingin kau memilih, Drew. Aku istrimu,” katanya dengan suara serak. “Bukan alat untuk melahirkan anak saat kau mau.”Drew mendengus, semakin kesal hatinya hingga ia kembali bergerak. Memenui Adrienne sedalam mungkin dan lingkar mata Adrienne semakin memerah. “Jangan berpikir kau bisa mengatur hidupku. Anak itu harus ada, dan kau yang akan memberikannya padaku.”Adrienne menatapnya tanpa berkata apa-apa. Dia tahu percuma berdebat sekarang. Drew akan selalu men

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   53

    Keesokan harinya, Adrienne dikejutkan dengan kedatangan ayah mertuanya di mansion secara tiba-tiba. Dalton Hidalgo bertolak bersama kedua ajudan yang setia berjalan di belakangnya. Adrienne yang belum siap dengan kehadiran Dalton, langsung buru-buru memastikan penampilannya agar tak buruk sekali di hadapan paruh baya itu. Sementara Drew yang sedang berkutat dengan layar monitor dengan kepala berdenyut sakit, turut terkejut karena Dalton tidak mengabarinya sama sekali. Ia bergegas keluar menghampiri ayahnya. “Selamat datang, Dad,” sapa Drew berpelukan singkat dengan Dalton. Singkat Dalton menepuk punggung Drew. “Mana menantuku?” tanyanya. “Aku membuatnya kelelahan hingga pagi buta. Rien masih di kamar,” balas Drew dengan tenang. Seolah jawaban dari pertanyaan Dalton sudah direncanakan. Begitulah piciknya Drew. “Sopan bicara seperti itu sama orang tua?” Drew terkekeh rendah melihat mata Dalton yang memicing sinis. Ia mengajak Dalton ke ruang kerja setelah meminta maid agar menyiap

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   52.

    Adrienne memutuskan untuk pergi ke ruang santai dan mencoba mengalihkan perasaannya dengan hal lain. Setibanya di ruang bersantai, ia meraih remote televisi dan menyalakan layar, meskipun dia tidak benar-benar tertarik pada apa yang sedang terpampang di layar televisi kini. Dia hanya butuh sesuatu untuk membuat pikirannya tetap sibuk. Namun, suara dari televisi justru terasa samar, tidak bisa menandingi kegelisahan yang terus mengganggu pikirannya.Tak lama kemudian, suara langkah Drew terdengar mendekat. Adrienne segera berusaha mengatur ekspresinya, berusaha agar terlihat biasa saja. Drew masuk datang dengan rambut setengah basah, mengenakan kaos polo putih dan celana santai krem.“Kau di sini,” kata Drew datar sambil sesekali menatap layar ponsel.“Iya,” jawab Adrienne singkat, tanpa menoleh ke arahnya.Drew tidak banyak bicara, lalu duduk di sofa, tak jauh dari tempat Adrienne berada. Suasana di antara mereka terasa sedikit canggung, tetapi Adrienne berusaha mengabaikannya.Drew

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   51

    Allena mendengus lalu terkekeh di seberang telepon. Ia tak memikirkan perasaan Adrienne sama sekali, tak peduli bahwa seharusnya sesama perempuan turut merasakan sakit ketika diperlakukan tidak adil. “Kau selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik, meskipun caramu sering membuatku kesal.”Drew terkekeh pelan. “Setidaknya aku tahu bagaimana membuatmu senang,” jawab Drew dengan nada ringan, meski pikirannya masih dipenuhi dengan berbagai masalah.“Kenapa tidak kembali ke apartemen? Kau senang sekali berdua bersamanya daripada denganku?” Allena mengubah topik, suaranya terdengar sangat menyebalkan. Drew membuang napas panjang seraya memijat kening pelan. Ia sendiri tak tahu mengapa ingin sekali kembali ke mansion. Bisa dikatakan bahwa dirinya akan selalu pulang menemui Allena jika fisik dan otaknya tengah benar-benar lelah, lalu berakhir kelelahan berdua dengan Allena. Menyatu dan saling berbagi keringat. “Nanti aku bertolak setelah urusan di kantor selesai. Uang yang kukirim s

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   50

    Keesokan paginya, Adrienne terbangun lebih awal dari biasanya. Dia merasa sedikit lebih segar setelah tidur malam yang panjang, meskipun pikiran tentang sikap Drew dan masalah di perusahaan suaminya itu masih membayangi.Saat sedang menyiapkan sarapan ringan di dapur, Adrienne mendengar pintu depan terbuka. Ia menoleh dan melihat Drew masuk dengan wajah sangat kusut dan kelelahan. Kantung mata Drew menghitam, dan bahunya sedikit turun, jelas bahwa Drew melalui banyak waktu dengan penuh tekanan dan kerja keras.Drew memberikan jas pada maid seperti biasa, lalu berjalan menuju meja makan, di mana Adrienne sudah menyiapkan secangkir kopi untuknya. Tanpa banyak bicara, ia mengambil cangkir itu dan menghirup kopi panasnya, mencoba menghilangkan rasa lelah yang menumpuk.Adrienne memperhatikan Drew dengan cermat. “Bagaimana situasinya?” tanya Adrienne berinisiatif dengan nada tenang, meskipun ia sudah bisa menebak jawabannya dari penampilan Drew saat ini.Drew mengangguk pelan, meletakkan

  • Jerat Gairah Pewaris Arogan   49.

    “Drew, ini masalah besar,” kata Adrienne, suaranya mantap. “Kau harus kembali ke Toronto dan mengurus ini langsung. Jangan memaksakan diri untuk tetap di sini.”Drew memandang Adrienne, ragu. “Aku tak ingin menghancurkan kesenanganmu. Kita bisa tetap berlibur di sini, dan aku bisa bekerja dari sini sementara.” Adrienne menggeleng. “Ck, jangan jadi atasan yang hanya tau kesenangannya sendiri, Drew. Kau perlu berada di sana. Perusahaanmu butuh kehadiranmu!” Drew terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-kata Adrienne. Ia tahu bahwa Adrienne benar, dan masalah di perusahaan tidak bisa ditunda. Hanya dengan berada di Toronto, ia bisa mengatasi situasi dengan cepat.“Baiklah,” kata Drew akhirnya. “Kita akan kembali ke Toronto malam ini.”Adrienne mengangguk. “Aku akan segera mengemas barang-barang kita.” Drew menghubungi Walter lagi, memberi tahu bahwa ia akan segera kembali ke Toronto. Sementara itu, Adrienne mulai mengemas barang-barang mereka di villa begitu sampai. Meskipun ada rasa kec

DMCA.com Protection Status