Home / Pernikahan / Bukan Wanita Simpanan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Bukan Wanita Simpanan : Chapter 51 - Chapter 60

86 Chapters

Chapter 51

"Nad, aku harus cerita sesuatu sama kamu," ujar Dinara, suaranya terdengar lirih. Nada mengerutkan kening, matanya menatap Dinara dengan penuh tanya. "Apa, Din? Kamu kenapa?" tanya Nada, suaranya lembut.Dinara menghela napas, matanya berkaca-kaca. "Kemarin siang, Pak Gerald ngajakin aku jadi kekasih rahasianya."Nada terbelalak. "Hah?! Seriusan, Din? Kok bisa ...?!"Dinara mengangguk. "Iya, Nad. Dia ngajakin aku ke hotel, terus ngomong gitu."Nada mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, dia masih kaget mendengar hal ini. Ingin tidak percaya, tetapi sahabatnya sendiri yang mengatakan. Dia tahu Dinara tidak pernah berbohong, untuk apa juga berbohong? Mereka sudah mengenal bertahun-tahun lamanya, Nada sudah hafal ekspresi raut muka sahabatnya. Dia kembali menatap lurus ke dalam sepasang manik bening sahabatnya, dan hanya ada kejujuran di sana. "Din, ini seriusan? Pak Gerald ngajakin kamu jadi kekasih rahasia?!" Nada mengerutkan kening, matanya terbelalak lebar.Dinara meng
Read more

Chapter 52

Kegaduhan di ruangan divisi pemasaran terhenti seketika. Semua orang terdiam, menatap pintu dengan jantung berdebar kencang saat CEO perusahaan, baru saja memasuki ruangan. Tatapannya yang tajam dan dingin menyapu ruangan, membuat suasana menjadi mencekam.Dinara, yang masih terisak, langsung berhenti menangis. Dia menundukkan kepala, berusaha menghindar dari tatapan tajam Pak Gerald. Dia merasa jantungnya berdebar kencang, seolah-olah ingin meloncat keluar dari dadanya."Ada apa ini?" tanya Pak Gerald, suaranya dingin dan berwibawa.Semua orang terdiam, tak berani menjawab pertanyaan Pak Gerald. Rini, yang sebelumnya paling lantang mengejek Dinara, langsung menundukkan kepala, wajahnya pucat pasi."Kenapa kalian berisik?!" tanya Pak Gerald lagi, suaranya sedikit meninggi."Maaf, Pak. Kami sedang membahas presentasi minggu depan," jawab Pak Roy, sengaja menutupi yang sebenarnya."Presentasi? Kenapa kalian berisik seperti sedang bertengkar?" tanya Pak Gerald, tatapannya masih tajam."T
Read more

Chapter 53

Dinara membuka pintu rumah dengan perasaan lelah. Hari ini, selain menghadapi drama di kantor, dia juga harus menghadapi kenyataan bahwa rumah berantakan seperti kapal pecah. Kesal sekali rasanya."Ya Tuhan ...," gumam Dinara, sambil melemparkan tas ke sofa. Dia memanggil Bella, istri kedua suaminya, dengan nada tinggi."Bella! Kamu di mana sih? Rumah ini berantakan banget! Kayak kapal pecah!"Bella muncul dari kamar, dengan wajah yang cuek dan sikap angkuh."Emang kenapa? Kamu kan udah biasa beresin, ya beresin aja nggak usah ngomel-ngomel. Lagian, Mas Reno lagi keluar, gak ada Mas Reno di rumah aku males beres-beres," jawab Bella, dengan nada ketus."Ya, tapi 'kan aku juga capek kerja seharian. Masa aku harus ngeberesin rumah lagi?" protes Dinara."Ya, emang tugas kamu. Lagian, kamu kan gak ngasih nafkah, jadi tugas kamu ya ngurus rumah," jawab Bella, dengan nada mengejek."Nggak ngasih nafkah, matamu ..?! Kamu lupa siapa yang bekerja di rumah ini dan mencukupi semua kebutuhan, bahk
Read more

Chapter 54

Matahari pagi menyinari kamar Dinara, membangunkannya dari tidur. Ia melirik jam di nakas, pukul enam lewat lima belas menit. Dinara menghela napas, ia harus bersiap-siap untuk bekerja."Dinara, bangun! Kenapa kamu masih tidur?" Suara Yuyun menggema dari luar kamar. Dinara mengerang dalam hati, hari ini pasti akan menjadi hari yang panjang. Kenapa juga mertuanya sudah pulang? Kenapa tidak menginap di rumah sepupunya dalam waktu lama saja? Pikirnya.Dinara bangkit dan menuju keluar kamar. Suara Yuyun terdengar semakin keras. "Kenapa rumah ini berantakan? Dinara, kamu tidak pernah membersihkan rumah ini, hah?! Mentang-mentang nggak ada Mama jangan pikir kamu bisa seenaknya, ya." Dinara menghela napas lagi. Yuyun selalu mencaci dirinya, berbeda dengan Bella yang selalu mendapat perlakuan istimewa. Padahal Dinara bekerja keras untuk menghidupi keluarga, sementara Bella hanya berdiam diri di rumah."Mama, aku sudah membersihkan rumah kemarin," jawab Dinara dengan tenang, berusaha menaha
Read more

Chapter 55

Dinara berusaha melepaskan diri dari pelukan Gerald, tubuhnya menegang. "Pak Gerald, ini tidak benar," bisiknya, suaranya terdengar gemetar. Ia mencoba untuk menolak, tetapi Gerald semakin erat memeluknya."Tidak ada yang salah, Dinara. Kita sama-sama single," ujar Gerald, suaranya terdengar tegas. Ia mencium leher Dinara, tangannya mulai meraba tubuh Dinara. "Lagipula, kamu sudah menandatangani kontrak untuk menjadi kekasih rahasiaku selama setahun. Saya berhak atas tubuhmu."Dinara terdiam, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia merasa bersalah, sejak awal ia memang tak jujur kepada Gerald. Ia telah menyembunyikan fakta bahwa dirinya sudah menikah. Ia takut kehilangan pekerjaannya, takut kehilangan kesempatan untuk mendapatkan uang demi kebahagiaan putranya.Dalam syarat pekerjaan, diharuskan masih single dan belum menikah. Saat itu ia sangat terdesak karena hinaan dari mertua serta suaminya, sehingga terpaksa menyembunyikan identitas pernikahannya."Ini salah, Pa
Read more

Chapter 56

Dinara kembali ke ruang divisi pemasaran, langkahnya gontai, tetapi matanya berbinar dengan tekad baru. Ia berusaha untuk melupakan kejadian tadi pagi, fokus pada pekerjaannya. Waktu bergulir dengan cepat, tanpa terasa sudah masuk jam makan siang."Ah, lapar," gumamnya, perutnya keroncongan.Dinara memutuskan untuk tidak ke kantin hari ini. Ia malas berhadapan dengan tatapan sinis para rekan kerjanya. Ia lebih memilih memesan makanan online dan menyantapnya di ruangan.Sambil menunggu pesanannya datang, Dinara membuka ponselnya, mencari informasi tentang pengacara di media sosial. Ia ingin menemukan pengacara yang tepat untuk membantunya dalam proses cerai."Semoga aku bisa menemukan pengacara yang bisa memperjuangkan hakku dan anakku," gumamnya, jari-jari lentiknya menelusuri layar ponsel.Ia browsing berbagai website dan membaca testimoni dari klien yang pernah menggunakan jasa pengacara tersebut."Aku harus cerai dari Mas Reno. Aku nggak sudi dimadu sama Bella," batinnya
Read more

Chapter 57

Dinara duduk di tepi ranjang, matanya menyiratkan kekhawatiran besar. Ia menatap Azka yang tengah asyik bermain mobil-mobilan di lantai. Azka memiliki wajah polos yang mirip dengannya. Hatinya pedih. Ia harus menunda janjinya untuk mengajak Azka ke bioskop malam ini."Azka, sayang," panggil Dinara lembut, berusaha menahan tangis.Azka menghentikan permainan dan menoleh, matanya berbinar-binar. "Iya, Ma? Kita jadi pergi kapan?""Maaf, ya. Kita nggak jadi ke bioskop malam ini," ujar Dinara, suaranya bergetar. "Mama ada kerjaan mendadak, Nak. Tapi Mama janji akan menggantinya lain waktu lagi."Azka mengerutkan kening, bibirnya mencebik. "Kerjaan apa, Ma? Kok mendadak banget?""Mama harus ke kantor malam ini, Sayang. Ada urusan penting," jawab Dinara, mencoba tersenyum, walaupun hatinya terasa sesak. "Ini juga demi kamu.""Tapi Mama udah janji sama Azka mau nonton film superhero," protes Azka, suaranya terdengar kecewa."Mama tahu, Sayang. Mama juga sedih banget nggak bisa ne
Read more

Chapter 58

Dinara terkesima melihat interior mansion yang dipenuhi dengan perabotan mewah. Setiap sudut ruangan dihiasi dengan lukisan-lukisan mahal, patung-patung antik, dan karpet-karpet tebal bermotif rumit. Ia takjub dengan kemewahan yang terpancar dari setiap sudut mansion ini.Gerald membawa Dinara menuju ruang tamu yang luas. Di sana, sepasang suami istri paruh baya sudah duduk di sofa kulit berukir. Mereka tampak ramah dan berwibawa."Dinara, ini orang tuaku," ujar Gerald, menunjuk kedua orang tua itu dengan senyuman tipis."Selamat datang, Dinara," ujar Pak Renaldy, menjulurkan tangannya. "Senang bisa bertemu dengan kamu."Dinara terdiam, menelan ludah. Ia menunduk, menjabat tangan Pak Renaldy dengan gugup. "Selamat malam, Pak. Senang bertemu dengan Bapak."Bu Antonia juga menyambut Dinara dengan hangat, "Dinara, kamu cantik sekali. Gerald beruntung mendapatkan kamu."Dinara hanya bisa tersenyum tipis, menjawab ucapan Bu Antonia dengan, "Terima kasih, Bu."Suas
Read more

Chapter 59

Mobil mewah milik Gerald berhenti di depan rumah sederhana bercat hijau muda. Dinara langsung turun dan bergegas masuk setelah mengucapkan terima kasih. Di ruang tamu, Azka masih asyik menonton televisi, matanya tertuju pada animasi kartun yang sedang diputar. Dinara langsung memeluk putranya, disambut senyum hangat dan pelukan erat dari anak laki-laki itu. Sayangnya, senyuman manis di bibir mungil putranya tak bertahan lama saat dia mempertanyakan apakah putra kecilnya sudah makan atau belum malam ini."Mama, Azka lapar. Papa nggak kasih makan Azka."Dinara seakan menahan napas. "Apa?! Kamu nggak dikasih makan?""Papa lagi sama Tante Bella. Katanya, Azka harus makan sendiri," jawab Azka, bibirnya cemberut.Dinara mengusap kepala Azka. "Biar besok mama tegur Papa sama Tante Bella, ya. Sekarang Mama temenin kamu makan, Mama tadi beli ayam crispy saat di jalan.""Beneran, Ma?" Azka langsung berbinar. "Ayam crispy?""Iya, Sayang. Ayam crispy kesukaan Azka," jawab Dinara. "Wah ... as
Read more

Chapter 60

Pagi itu, Dinara melangkah gontai menuju kantor. Sisa-sisa air mata semalam masih terasa basah di pipinya. Rasa sakit dan kekesalan masih bercokol di hatinya, membuat langkahnya terasa berat. Ia seperti membawa beban yang tak tertanggungkan.Setibanya di kantor, Dinara langsung menuju ruangan Nada, sahabat karibnya yang kini sudah diangkat menjadi staf admin. Nada yang melihat wajah Dinara pucat dan mata sembabnya itu pun langsung tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi."Din, kamu kenapa? Kok muka kamu pucat gitu?" tanya Nada, raut wajahnya penuh kekhawatiran.Dinara hanya menggeleng pelan, air mata kembali menganak sungai di pipinya. "Aku ... aku lelah, Nada," lirihnya, suaranya bergetar menahan isak."Lelah? Lelah kenapa? Cerita, dong, Din. Jangan dipendam sendirian," ujar Nada, menarik Dinara untuk duduk di sampingnya.Dinara pun menceritakan semuanya. Ia menceritakan tentang pertengkarannya dengan Yuyun semalam, tentang rasa sakit yang ia rasakan karena selalu disalahkan atas semua m
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status