Semua Bab Terpaksa Menikahi Pacar Adikku: Bab 81 - Bab 90

97 Bab

81 : Menghapus Kerinduan

Sky menyambut ucapan istrinya dengan sebuah pelukan yang merayapkan kenyamanan dalam setiap desir darah dan tarikan napas gadis itu.“Buatku, tidak ada keindahan selain dirimu, Babe.” Ia daratkan sebuah kecupan hangat di ceruk leher Freya, dengan mata terpejam menikmati aroma khas sang kekasih yang telah lama hilang.Gadis itu mendekap tangan suaminya. Mengelusnya lembut, menikmati segala yang telah kembali lagi. Lantas berbalik badan, mengelus wajah tampan Sky yang benar-benar tampak lebih tirus dari pada dulu.“Kau akan abadi, kan? Aku tidak ingin kehilanganmu lagi, Sky. Aku merasa kau menyembunyikan sesuatu dariku yang aku tidak tahu apa itu,” ucap Freya. Jemari lentiknya bersarang pada pipi Sky. Merambat, membuat pola yang acak. Sorot matanya menelisik masuk dalam kegelapan mata pria itu. Mengorek lebih banyak yang ingin diketahui olehnya.Sky terdiam. Pria itu mengamit pinggang istrinya. Membalas tatapan mata Freya dengan tidak kalah sarat akan arti.“Sepertinya aku juga merasaka
Baca selengkapnya

82 : Gagal Fitting Baju

Sementara Sky dan Freya menghabiskan waktu menikmati bulan madu mereka, Zeta begitu bersemangat fitting gaun pengantin bersama dengan Sean. Menyesuaikan pakaian yang akan mereka kenakan di hari bahagia yang sudah dua tahun lebih lamanya mereka nantikan.“Bagimana dengan ini?” Sean menunjuk sebuah gaun yang elegan. Gaun berwarna baby peach tanpa lengan dengan bahu terbuka dan bisa dipastikan akan melekat pada tubuh Zeta. Membentuk lekukan tubuhnya yang sempurna. Memeluk erat permukaan kulit Zeta dengan sangat erat. Dia akan tampak menawan dengan balutan gaun itu. Kulitnya yang putih akan semakin bersinar dengan terang.Zeta menggigit bibir bawah bagian dalamnya. Dia ragu dengan pilihan calon suaminya itu. “E—” gadis itu menggantung ucapannya cukup lama. “Aku tidak percaya diri dengan lenganku yang harus dilihat banyak orang, Mine,” lanjutnya kemudian dengan suara yang ringkih. Seperti ada sebuah trauma besar yang ditunjukkan dari nada suara iu.Sean mencekal lengan Zeta. Selama ini dia
Baca selengkapnya

83 : Sky

Berbalut dengan selimut putih, tubuh Freya terlungkup dengan berpangku dagu, kedua tangannya ia lipat sebagai bantalan bagian bawah mulut. Sorot matanya menyusuri sunrise yang menyembul melalui balik cakrawala, naik secara perlahan untuk menyambut dunia.“Satu pagi dari banyaknya pagi yang membuatku bahagia,” ujar Freya. Ia mengalihkan pandang ke arah Sky yang bersembunyi di balik selimut memeluk tubuh Freya dengan erat. Mengendus aroma bercinta mereka yang semalaman membanjiri keduanya.“Aku tidak pernah merasakan bagaimana indahnya pagi sebelum bersamamu, Sky. Yang kutahu hanya bekerja sepanjang hari agar bisa menghasilkan uang untuk hidup. Lalu saat aku di rumah Kinar, setiap pagi hanya berkebun, menanam dan memanen hasil kebun. Itu menyenangkan sekaligus membosankan,” tambahnya.Memindahkan tangan yang mulai terasa kebas untuk memainkan rambut Sky yang terasa lembut membelai sela-sela jarinya.“Sky,” panggil Freya saat semua kata-katanya tidak digubris dan sama sekali tidak mendapa
Baca selengkapnya

84 : Luka Zeta

Dengan terburu-buru, Sean membawa mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia mengajak serta Gea yang mengomel dengan memangku Gatra di bangku belakang.“Abang jangan egois! Kalian, tuh mau nikah, aku nggak mau kalau ada drama aneh-aneh lagi,” sungut, Gea dengan emosi yang tertahan.Kalau tidak ada Gatra di pahanya dia tidak akan mengerem setiap kata yang dilontarkan pada sang kakak.“Gea, ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Aku tidak pernah mau dan ingin menunda apa pun yang aku rencanakan dengan matang. Ini tentang Sky, Kakakmu, adik abang. Apa salahnya aku terbang ke sana sebentar melihat kondisinya?” jawab Sean dengan melirik adiknya lewat arah spion yang ada di depannya. Kemudian kembali memusatkan pandang pada jalanan pagi yang tampak sudah terisi penuh dengan beberapa kendaraan.“Kalau kau sakiti Zeta, aku tidak akan lagi membelamu, ingat itu! Kau bukan lagi abangku,” ancam Gea.Sean bungkam. Tidak ada sedikit saja niatnya untuk menyakiti Zeta. Hari pernikahan mereka baru akan d
Baca selengkapnya

85 : Penyakit Berbahaya

“Sean!” Melihat kedatangan pria itu, Freya berlari dan memeluk tubuh laki-laki yang pernah menjadikan dia wanita paling beruntung di dunia. Tangisnya pecah, seraut wajah yang dulu tampak menarik di mata Sean sekarang hanya terlihat parau.“Sky belulm juga sadarkan diri. Dokter terus upayakan agar dia lekas dibawa ke rumah sakit lebih besar, Sean,” isaknya. Membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan terenyuh.Kedatangan mereka ke sini untuk berbulan madu, siapa yang sangka jika kejadiannya akan menjadi seperti ini?Sebelum menjawab setiap penuturan Freya, Sean melepaskan jaket yang dia kenakan. Ia selimutkan di bahu Freya. Masih ia dekap tubuh kurus itu dan ia ajak untuk duduk. Melihat penampilan Freya, Sean bisa pastikan bahwa gadis itu tidak ada waktu untuk sekadar menutup tubuhnya.“Kita doakan agar Sky baik-baik saja, ya. Mungkin karena terlalu lelah,” timpal Sean dengan nada bicara setenang mungkin.Dia pria yang tidak pernah merasakan panik. Namun, pagi tadi, rasanya Sean kehil
Baca selengkapnya

86 : Kesempatan

86Pekatnya malam sudah merajam senja jingga di ufuk barat. Zeta, hanya mampu duduk menanti sebuah kabar dengan berbangku tangan yang setia menggenggam ponselnya. Wajahnya sudah membengkak karena terlalu banyak menangis. Sejauh ini tidak pernah Sean lupa memberi kabar ataupun membalas pesan yang dia kirimkan.Akan tetapi, hari ini— sudah sepuluh jam terlewat pesan yang ia kirim tidak juga mendapatkan sinyal dibaca ataupun ingin menjawabnya.“Mbak, ayo! Kita makan dulu, Runi udah masak kesukaan Mbak, lho,” ajak asisten rumah tangga yang sejak pagi tenaganya sudah terkuras habis karena mengasuh dan juga membereskan rumah sendirian.Sedangkan Zeta hanya melamun, termenung, menangis, dan terkadang terisak dalam bungkamnya. Suaranya tidak keluar sejak Sean keluar dari rumah mungil bergaya modern naturalis.Gelengan kepala itu dilihat Runi. Sudah satu jam lamanya dia membujuk majikannya untuk memasukkan barang sebutir nasi ke mulutnya, tetapi terus saja di tolak.“Mbak istirahat aja, aku mau
Baca selengkapnya

87 : Permintaan

87Sky meraih perlahan tangan istri dan juga kakaknya. Menyatukan jemari keduanya yang membuat Sean menautkan alis dengan lekat. “Apa ini, Sky?” jelas dia tidak tahu apa yang dilakukan pria itu sampai, Sky menjelaskan pikirannya pada mereka berdua.“Aku melihat surat perceraian kalian. Aku merebut Freya darimu. Seharusnya kalian sudah bahagia bukan? Kuanggap ini hukuman untukku. Karena sikapku yang sudah diluar batas. Aku—” tatapannya beralih pada Freya. “Aku memanfaatkanmu. Dari awal hubungan kita tidak sesuci dan sekuat yang kamu harapkan, Babe. Aku minta maaf.” Freya menggeleng. Dia bahkan tidak menganggap bahwa dirinya dimanfaatkan.“Kamu ngomong apa?” sergah Sean.“Tidak, diam dulu.” Sky tidak mau ucapannya terpotong. Atau Tuhan tidak akan memberi kesempatan untuk melanjutlan ucapannya lagi.“Aku tahu sekarang perasaanmu sangat kuat untukku dan juga Sean. Kau mencintaiku dan tidak mau kehilangan abangku. Freya, Abang. Kalau dalam waktu dekat atau suatu hari nanti aku mati, maukah
Baca selengkapnya

88 : Janji

Sepanjang malam, Sean tidak berhasil memejamkan matanya. Ia terus melirik ponsel dengan perasaan yang tidak menentu. Pikirannya terus berputar-putar. Memikirkan ucapan adiknya, demikian juga Zeta. Dia tidak akan bisa menjelaskan keinginan Sky pada Zeta.Pucuk dicinta ulam pun tiba. Gawai di tangannya bergetar dan menampilkan nama kekasihnya. Dengan tangan bergetar, Sean menggeser icon berwarna hijau itu. Wajah Gatra langsung menyambutnya.“Papa, Papa,” ocehnya dengan suara terbata-bata karena sepertinya bocah itu baru saja menghabiskan malam dengan tangisan. Namun kemudian ia kembali meraung.“Dia terus menangis sepanjang malam. Mbak Runi dan aku tidak bisa membuatnya tenang, Mine.” Ada getar yang menyesakkan saat mendengar panggilan Zeta yang biasanya selalu membuatnya nyaman. Ada sesuatu yang memberontak. Ada hal lain yang membuatnya sedih dan dihinggapi penyesalan hebat ketika kata itu disebut.“Mine? Kamu baik-baik saja? Aku tidak minta kau kembali sekarang. Hanya saja mungkin kau
Baca selengkapnya

89 : Kembali

Tubuh Zeta gemetar bukan main. Selain ia belum tidur sejak kemarin, ia pun tidak memasukkan makanan ke dalam perutnya kecuali air putih. Sekarang, ia menggendong Gatra yang mulai menurut padanya, tetapi suhu tubuh bocah itu meningkat sejak bangun tidur pagi tadi. "Mau Papa, Tante," rengeknya pelan. Tatapan matanya sayu."Mau telpon Paman dulu sampai dia datang, Sayang?" Gatra menggeleng pelan. "Mau papa, bukan telepon," jawabnya masih dengan suara yang lemah. "Sabar, ya. Paman akan segera datang." Gerakan tangan Zeta tidak berhenti barang sebentar. Ia terus mengayunkan langkah dan lengan agar Gatra merasa nyaman. "Mbak Zeta. Di luar ada masalah," lapor Nia. Ia meremas ujung apron yang dia kenakan dengan gerakan kuat. "Masalah apa?" suaranya tidak kalah lirih dari Gatra. Dengan tidak anggun, ia menarik ingus yang sudah hendak keluar dari hidung. "Itu mbak. Pembeli permasalahkan toping, katanya— katanya—""Katanya apa, Nia? Kepalaku pusing banget, bisa lebih cepat ngomongnya?""Ka
Baca selengkapnya

90 : Demam

Sorot mata Sean menatap penuh kasih pada Gatra yang terlelap di ranjang bersama dengan Zeta. Mereka baru saja pulang dari klinik. Meneguk obat masing-masing dan kini terpengaruh obat-obat tersebut. Tatapan Sean secara bergantian memerhatikan wajah kekasihnya dan juga anak dari adiknya. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Beban yang terasa salah, tetapi juga dirasa tidak benar. Tidak mungkin aku menempatkanmu dalam satu pilihan, Nay. Tapi— bahkan batinnya saja menggantung kalimatnya. Pria itu bertumpu siku pada pahanya. Merangkus wajahnya dengan kasar, mendesah frustasi. Ia raih ponselnya dan menelepon seseorang yang jauh di seberang. "Bagaimana kondisinya?" "Sky— kondisinya semakin menurun, Sean. Aku takut. Saat terlelap begini, seperti tidak terjadi sesuatu padanya. Tapi, suhu tubuhnya tidak turun sama sekali sejak keluar dari ruang pemeriksaan tadi, Sean."Lagi-lagi Sean menghembuskan napasnya secara perlahan. Menyembunyikan kesesakan dalam dirinya. "Semoga saja Tuhan beri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status