Semua Bab Neraka Pernikahan CEO Arogan: Bab 131 - Bab 140

155 Bab

Bab 131

Pagi pun tiba. Lestari semalam menginap di rumah sakit, menjaga sang ayah. Rayyan memilih untuk pergi ketika hari sudah sangat larut semalam. Ia tadinya ingin menemani sang istri di rumah sakit itu. Akan tetapi, sang pria tidak bisa tidur sama sekali di sana. Akhirnya Lestari pun memaksa suaminya untuk segera mencari penginapan, karena tidak tega. Sedangkan dirinya sendiri sudah hampir terlelap beberapa kali di atas sofa, sebab jam sudah menunjukkan pukul 11 malam saat itu. "Ayah mau bilang apa? Mau makan buah?" tanya Lestari ketika sang ayah seperti mengajaknya bicara, tetapi ia tidak paham. Dinar menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Lehernya juga terasa sedikit kaku. Namun, ia gemas ingin bicara panjang kepada putri kesayangannya itu. Lestari hanya mengernyitkan dahi melihat raut sang ayah yang gusar, tetapi mulutnya tidak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata. 'Asisten suamimu, Tari. Dia laki-laki yang bersama Fadil. Suamimu tahu hal itu atau tidak? Bobby itu laki-laki tida
Baca selengkapnya

Bab 132

Ketika Dinar meraih pulpen dari sang putri, malah tangannya bergetar. Ia berusaha menulis di kertas itu, tetapi tulisannya malah terlihat seperti benang yang kusut. Ctaak! Dinar mendengkus keras sembari melemparkan pulpen tersebut ke lantai. Ia merasa kesal sekali. Melihat hal itu Lestari menghela napas panjang. "Sabar, Yah. Pelan-pelan aja, nggak usah buru-buru nulisnya," imbuh wanita itu sembari melangkah dan memungut pulpen yang dilempar tadi. Ia lalu kembali menyerahkan benda itu kepada sang ayah. Dinar ingin marah sebenarnya. Akan tetapi, ia kembali teringat segala praduga yang ada di benaknya. Ia mengkhawatirkan putri semata wayang yang ada di hadapannya itu. Ya, bagaimana tidak. Jika Rayyan adalah orang yang juga tidak normal. Tentu saja itu tidak baik untuk rumah tangga putrinya. Hal itu juga bisa mengancam kesehatan. Berapa banyak orang yang terkena penyakit kelamin berbahaya karena orientasi s*x yang menyimpang. Mau tidak mau, Dinar pun kembali mencoba untuk menulis, m
Baca selengkapnya

Bab 133

"Baru aja. Kamu dari mana?" Rayyan berusaha untuk bersikap normal, meski hatinya resah sebab baru melihat isi tulisan Dinar yang mempertanyakan tentang dirinya. "Aku dari ruang dokter. Ayah tidur rupanya," lirih suara Lestari. Wanita itu mendekat ke arah sang suami dan meraih buku yang tengah dipegang lelaki itu. Rayyan tidak bisa mengelak. Ia pun membiarkan tulisan tersebut dibaca oleh wanitanya. Terlihat Lestari menautkan kedua alisnya dengan kencang. Kemudian ia mengangkat pandangan ke wajah sang suami. Mata mereka pun saling berserobok. "Sini, Mas," ajak Lestari sambil meraih jemari suaminya dan menggiring lelaki itu ke luar ruangan, lantas duduk ke sebuah kursi panjang di sana. Rayyan hanya diam mengikuti kemauan istrinya. "Beneran Mas Bobby yang waktu itu bersama Mas Fadil di hotel, Mas?" tanya Lestari dengan wajah serius kepada sang suami. Rayyan menganggukkan kepala. "Benar," kata pria itu apa adanya. Dahi Lestari semakin mengernyit. "Mas Bobby g*y?!" tanyanya seakan t
Baca selengkapnya

Bab 134

"Ish! Na udzubillah!" Lestari langsung menutup mulut Rayyan dengan sebelah telapak tangannya. "Udah ah, Mas! Aku nggak mau mikir aneh-aneh kayak gitu. Aku percaya kalo kamu nggak begitu." Rayyan pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas dengan perasaan yang bercampur. Ada rasa bersalah, juga sedih. Akan tetapi, di sisi lain ia pun merasa cukup lega karena Lestari masih mau berpikir positif tentang dirinya. Setelah mendengar apa-apa yang diceritakan oleh sang suami, akhirnya Lestari pun bisa menarik benang merah dari kejadian-kejadian yang pernah ia alami. Setelah Fadil terpergok bersama Bobby di hotel, lalu pernikahannya dibatalkan. Rayyan kemudian menanyakan uang modalnya yang untuk usaha bagi bangun di tanah sang ayah. Sejak saat itu ayahnya menjadi tertekan dan merasa diburu-buru, sebab diancam penjara oleh Rayyan. Akhirnya Lestari pun seolah diarahkan untuk menikah dengan lelaki tampan dan kaya raya itu. "Tari," panggil Rayyan seraya meraih jemari lentik sang istri, lantas
Baca selengkapnya

Bab 135

Orang-orang di Desa Harapan sudah mulai berbalik pulang satu per satu dari rumah Dinar Abdullah sebab prosesi pemulasaraan jenazah sampai pemakaman telah selesai dilaksanakan. Hari sudah menggelap, Lestari masih berbaring di atas ranjang yang biasa ditiduri oleh orang tuanya. Air mata wanita itu mengalir hingga membasahi bantal kepalanya. "Boss nginap di sini?" tanya Bobby kepada Rayyan. Keduanya sedang duduk di ruang tamu rumah tersebut. Siang tadi, setelah Bobby mengetahui berita meninggalnya Dinar Abdullah, lelaki itu langsung kembali lagi ke Desa Harapan mendatangi sang atasan."Hmm," jawab Rayyan hanya dengan gumaman."Kenapa Mas Gilang nggak dikasih tahu, Boss?" Rayyan sontak menatap tajam ke arah Bobby dengan sorot intimidasi. Ia merasa tidak perlu untuk menjawab pertanyaan yang menurutnya bod*h itu."Eeh, i–iya, Boss. Sorry ...." Bobby menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Bagusan kamu sekarang balik ke kota sana!" usir Rayyan sembari bangkit dan hendak menuju kamar
Baca selengkapnya

Bab 136

"Aku ada urusan di sini, Wak. Uwak sama Bi Ima mau nginap di rumah ya?" tanya Rayyan lagi. Entah mengapa feeling-nya merasa kalau dua orang itu memang berniat menginap, bukan sekadar singgah saja. "Heheheee." Isam terkekeh di sana. "Iya, Mas. Tadi Zaka sudah kami suruh langsung pulang setelah mengantar barusan. Kirain Mas Rayyan ada di rumah sekarang. Ini 'kan, tanggal merah." "Oh, gitu. Nggak apa-apa, Wak. Uwak sama Bibi nginap aja di situ ya. Coba teleponnya kasihkan ke Bi Nunung!" suruh Rayyan kepada orang tua itu. Isam melirik ke arah Nunung. Ia belum mendengar nama wanita itu tadi. "Iya, Pak. Saya Nunung, maaf ...." Nunung mengulurkan tangannya sungkan ke arah Isam hendak mengambil ponsel itu sebab ia juga mendengar permintaan sang majikan barusan. Isam lalu menyerahkan telepon genggamnya kepada Nunung. "Hallo, Tuan?" sapa Nunung pada Rayyan. "Bi, persilakan mereka masuk ya. Mereka dulu kerja di rumah kami sudah sangat lama, sejak aku masih kecil. Tidurnya di kamar yang b
Baca selengkapnya

Bab 137

Nunung ikut tersenyum canggung melihat kegembiraan yang terpancar dari kedua orang pasangan suami-istri tua di hadapannya. 'Kenapa kelihatannya bahagia sekali mereka?' Dalam hatinya Nunung bertanya-tanya."Sudah berapa lama mereka menikah, Bu?" tanya Isam kepada Nunung."Ada mungkin setengah tahunan, Pak," jawab Nunung sembari mengingat-ingat."Loh, kayaknya kita juga baru pindah balik kampung setengah tahunan ya, Pak? Mas Rayyan ini, masak nggak ngasih kabar sama sekali sih, kalau dia sudah nikah lagi. Sebel aku jadinya!" omel Ima sebab mendengar apa yang Nunung sampaikan."Sebelumnya mereka tinggal di rumah Tuan yang di Kuningan," ujar Nunung lagi."Ooh, berarti Mas Rayyan menikah waktu masih tinggal di rumahnya sendiri, Bu," tukas Isam kepada sang istri."Apa pas kita masih di sini ya, Pak?" tanya Ima sembari mengernyitkan dahinya yang memang sudah banyak kerutan."Kayaknya, Bu," jawab Isam."Ya Allah. Dasaaar anak bandel ini Mas Rayyan. Awas ajaa, nanti aku omelin kalau dia datang
Baca selengkapnya

Bab 138

"Ooh, mau ke sana sekarang, Mas?" tanya Toni memastikan. "Iya, Pak. Aku bosan di sini sendirian. Mas Bobby aku hubungin dari tadi nggak diangkat teleponku." "Oh, ya udah. Oke, Mas. Saya meluncur ke apartemen Mas sekarang!" seru Toni. lelaki paruh baya itu ingat perintah dari Rayyan sebelumnya. Rayyan pernah bilang kepadanya, jika Gilang sedang ingin diantar pergi berjalan-jalan, ia mesti mengantar ke mana saja Gilang ingin pergi apabila dirinya sedang tidak ada pekerjaan. Gilang gegas bersiap-siap sembari menunggu kedatangan Toni. Ia merasa semangat sekali hendak pergi ke rumah tinggalnya sejak ia kecil dulu. Sekitar dua puluh menit kemudian, Toni pun sampai di depan apartemen Gilang. Ia langsung menelepon adik dari atasannya tersebut. "Mas, saya sudah di depan ya!" "Oke, Pak. Saya turun sekarang!" jawab Gilang antusias. Ketika ia sudah sampai di halaman apartemen, lelaki yang masih berjalan dengan kaki sedikit pincang itu segera masuk ke dalam mobil yang dibawa oleh Ton
Baca selengkapnya

Bab 139

"Ada apa, Bu!" Tiba-tiba datang Isam dengan tergopoh-gopoh dari bagian dalam rumah karena ia kaget mendengar suara teriakan Nunung minta tolong. Di belakang Isam, tampak pula Ima yang juga memasang raut penasaran. Pintu pun akhirnya terbuka lebar sebab Nunung melepaskan dan beringsut mundur. "Ini loh, Pak Isam! Mas ini ngaku-ngaku sebagai adiknya Tuan Rayyan yang sudah meninggal!" cetus wanita itu kesal. Betapa terkejutnya Isam beserta Ima ketika mereka melihat siapa yang ada di ambang pintu tersebut. Mereka sama-sama melebarkan mata dengan sempurna. "M–Mas Gi–Gilang ...?" ucap Ima menyebut nama anak majikannya yang sejak kecil ia rawat tersebut. Gilang langsung menatap lekat ke arah Ima dan juga Isam di sana dengan menautkan kedua alisnya kencang. 'Mereka sepertinya kenal sama aku!' ucapnya membatin. Isam berjalan berlahan mendekat. Begitu juga Ima, ia pun melangkah maju di belakang sang suami. Mata mereka tidak bisa lepas dari sosok pria yang sangat mereka kenal di hadapa
Baca selengkapnya

Bab 140

"Ya Allah, Mas Gilang! Bibi bersyukur bangeeet ... bisa ketemu lagi sama Mas dalam keadaan hidup begini. Artinya Allah masih kasih kesempatan buat kita silaturahmi lagi, Maas ...." Ima terlihat sangat bahagia dengan kenyataan kalau Gilang, anak majikannya yang selama ini disangka telah tewas kini ada di hadapannya dalam keadaan baik-baik saja."Aku juga senang bisa bertemu dengan orang-orang yang kenal sama aku," sahut Gilang sambil tersenyum manis."Iya ya, Bu. Mas Rayyan sangat sedih dulu pas denger tim SAR menghentikan pencarian di sungai waktu itu," sambung Isam mengingat kejadian ketika Gilang dinyatakan hilang ditelan air sungai yang deras.Nunung hanya diam menyimak. Sudut-sudut bibirnya ikut tertarik ke atas melihat kebahagiaan semua orang. Kini keempat orang itu tengah makan siang bersama di ruang makan rumah tersebut.Gilang tertawa kecil mendengar ungkapan Isam. Ia juga tampak begitu senang melihat kegembiraan di wajah orang-orang di sekitarnya. Dalam hatinya menyakini kal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status