Home / CEO / Neraka Pernikahan CEO Arogan / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Neraka Pernikahan CEO Arogan: Chapter 121 - Chapter 130

155 Chapters

Bab 121

"Mas tadi ngumpulin dokumen milik Gilang. Ada yang mesti Mas urus," jawab Rayyan tidak jelas. Ia kemudian melenggang menuju ke almari untuk mengambil kemeja kerjanya. "Emang Mas ngurusin apa dari dokumen Mas Gilang?" Entah mengapa hati Lestari merasa kalau sang suami sedang menutupi sesuatu darinya. Rayyan melepas baju kaus yang ia kenakan, lalu mengenakan kemeja yang tadi ia ambil dari lemari. "Nanti Mas ceritain. Sekarang Mas mau ke kantor," ujar lelaki itu tak mau berpanjang lebar. Lestari berjalan mendekati sang suami, lalu membantu pria itu mengaitkan kancing-kancing kemejanya. "Oke, aku tunggu cerita dari Mas," pungkas wanita cantik itu. Meskipun dirinya merasa begitu penasaran, tetapi saat ini bukan waktu yang tepat sepertinya. Sebab sekarang sang suami hendak pergi ke kantor. Pagi tadi memang Rayyan bilang kalau ada yang ingin dikerjakannya di rumah bersama Bobby. Namun, Lestari tidak menyangka kalau mesti masuk ke dalam kamar Gilang. Oleh karena itulah hatinya dipenuh
Read more

Bab 122

"Hmm, okelah!" Lestari pun melenggang keluar kamar. Meski merasa penasaran dengan sikap sang suami yang tidak biasa hari ini, tetapi ia akan sabar menanti cerita dari suaminya itu. *** "Udah sampe di sini, Pak Toni!" Toni pun menghentikan kendaraannya. "Di sini rumahnya, Mas?" tanya lelaki paruh baya itu kepada Gilang. Sekitar 3 jam perjalanan mereka akhirnya sampai di depan pagar tanaman rumah Harun. "Iya, benar." "Sepi ya, Mas?" tanya Toni lagi. "Abah kayaknya lagi di kebun, Pak. Nggak tahu kalau cucu perempuannya." Gilang tidak mau menyebut cucu Harun itu sebagai istrinya di hadapan Toni. "Oh, gitu." Setelah mematikan mesin mobil, Toni keluar dari kendaraan dan menurunkan tas ransel milik Gilang. Ya, lelaki itu tidak membawa banyak barang. Gilang menyusul keluar mobil dan menunggu. Ia agak kesulitan bergerak karena kakinya yang masih pincang. "Mas, saya langsung berangkat balik ya," pamit Toni kepada Gilang. "Oh, nggak singgah dulu sebentar, Pak?" "Nggak, Mas. Soalnya
Read more

Bab 123

Pertanyaan itu juga mewakili apa yang seketika saja muncul di benak Harun saat ini. "Belum." Sontak dahi Harun dan Delia mengernyit heran. "Kalau belum, dari mana kamu tahu nama kamu itu Gilang?" tanya Harun penasaran. "Aku bertemu dengan keluargaku, Bah. Boss Pak Toni yang menabrakku itu ternyata adalah saudaraku," ujar Gilang dengan jujur. "Kamu yakin dia saudaramu?" tanya Harun lagi seraya menatap lekat ke arah lelaki yang ia beri nama Ardi itu. Gilang mengangguk pasti. Ya, ia percaya kalau Rayyan tidak berbohong. Bahkan waktu itu Rayyan pernah menunjukkan foto mereka berdua dari dompetnya. Rayyan selama ini juga memperlihatkan perhatian yang besar kepada Gilang. Ia merasakan ketulusan hati Rayyan. Abangnya itu tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang demi untuk memenuhi semua keperluannya di kota sana. Bahkan saat ini Gilang dibekalkan uang yang sangat banyak, untuk ia bagi kepada Harun dan keluarga yang telah menolong adiknya. Tidak mungkin itu semua adalah sa
Read more

Bab 124

Keesokan harinya, terdengar sayup-sayup suara orang membaca shalawat dari arah masjid. "Bang ... Bang Ardi. Eh, lupa. Bang Gilang sayang ...," panggil Delia sembari menggoyangkan tubuh suami tercinta. "Hmmrgg." Gilang menggeliat dan perlahan kelopak matanya pun terbuka meski masih memicing. "Jam berapa ini, Dek?" tanya pria itu, kemudian tangannya segera menutup mulut yang menguap dengan lebar. "Udah mau setengah lima, Bang. Udah mau adzan ini, Abang belum mandi, loh," tukas Delia sembari menggosok-gosok kepalanya dengan handuk sebab ia juga baru selesai mandi janabah. Gilang segera duduk, lantas meraih tongkat yang bersandar di samping tempat tidur, dan kemudian ia pun bangkit berdiri. "Heeyy!" seru Delia tertahan sembari refleks dengan gerakan cepat menutupi bagian bawah tubuh sang suami dengan handuk yang ia gunakan untuk mengelap rambutnya tadi. "Eh, astagfirullah. Abang sampe lupa masih telanj*ng." Gilang langsung menahan handuk yang sang istri pegangkan di pinggangn
Read more

Bab 125

Tangisan Delia yang sejak tadi ditahan-tahan akhirnya pecah juga. Ia tersedu sedan di dalam kamar itu. "Del! Abah pergi ya!" teriak Harun yang sudah berada di ruang tamunya. "Sa–salah Delia a–apa, Baang ...!" Delia menangis tergugu sembari meremas kertas surat yang masih berada di genggamannya. Harun yang masih mencoba mengenakan sepatu boots-nya merasa heran, sebab Delia tidak menjawab dirinya sejak tadi. Kemudian sayup di telinganya menangkap suara sang cucu menangis sesegukan. "Loh, Delia itu yang nangis?" gumam Harun pada diri sendiri. Lelaki tua itu pun tidak jadi mengenakan sepatunya. Ia juga segera melepas caping dari kepala dan juga cangkulnya ia letakkan di atas lantai. Harun bergegas menuju ke dalam kamar Delia dan Gilang yang terbuka. Harun mengernyitkan dahinya kencang ketika melihat Delia menangis terisak-isak. "Del, kamu kenapa, Cu?" tanya pria itu sembari mendekat dan memegang pundak wanita muda itu. Delia terkesiap dan langsung menghambur ke dalam pelukan ka
Read more

Bab 126

Dengan gerakan cepat Gilang me-reject panggilan itu dan langsung saja ia menekan tombol power untuk menonaktifkan ponsel tersebut. Toni melirik heran ke arah pria di sampingnya itu. "Kenapa, Mas? Siapa yang telepon?" tanyanya penasaran. "Ehh, bukan siapa-siapa, Pak. Cuma orang iseng, dari tadi malam pura-pura kenal. Pas ditanya aku siapa, dia nggak bisa jawab!" jawab Gilang berbohong. Entah sudah berapa kali ia berbohong kepada orang-orang. Jantungnya berdebar saat ini. 'Apa abah udah tahu ya, aku nyerein Delia?' tanya hati Gilang merasa kalut. Sungguh, ada penyesalan di dalam lubuk hatinya karena telah berbuat kejam kepada Delia. Ya, Gilang tahu kalau Delia sangat-sangat mencintainya. Perempuan itu bahkan selalu berusaha untuk bisa membuat Gilang senang. Akan tetapi, Gilang tidak bisa membohongi hatinya sendiri. Ia tidak mencintai istri kecilnya itu. Ia menikahi Delia hanya karena keterpaksaan dan juga rasa berutang budi. Gilang memang menyayanginya, tetapi bukan sebagai
Read more

Bab 127

"Usia kandungan cucu Bapak ini memang masih kecil banget. Tapi, bidan tadi sudah periksakan juga. Katanya semenjak menikah, dia belum pernah haid lagi, padahal sebelumnya teratur. Nanti boleh kita pastikan lagi ke dokter kandungan di ruang sana." Sang dokter menunjuk ke arah barat. "I–iya, Bu Dokter," sahut Harun gugup. Sungguh, ia merasa gundah kini. Baru saja sang cucu dicerai oleh Gilang, malah ia dapati kenyataan kalau Delia tengah hamil anak pria itu. Harun menoleh dan menatap dengan sorot prihatin ke arah Delia ketika perempuan muda itu menghampiri kursinya. "Kita periksa dulu ke dokter kandungan ya, Mbak Delia," pungkas sang dokter sambil berisyarat kepada perawatnya. "Ayo, Mbak. Saya antar ke dokter kandungan," tukas sang perawat sembari menggandeng Delia yang terlihat masih lemas dan pucat itu. Delia hanya menurut dengan kepala tertunduk. Sungguh ia bingung, apakah mesti bahagia atau sedih dengan kabar kehamilan dirinya ini. * Setelah memeriksakan diri ke dokter kand
Read more

Bab 128

Terlihat Gilang seperti merenung. "Aku ... aku ingat kayaknya punya satu teman yang sering muncul di ingatanku, Bang. Siapa namanya yaaa? Furkan, Burkan, Burhaan ... ah, Iya! Burhan namanya, Bang! Abang kenal??" Rayyan menelan ludahnya mendengar nama Burhan. "Hmm, iya. Seingat Abang kamu pernah ngenalin temanmu yang bernama Burhan. Tapi, Abang nggak tahu seberapa dekat dia sama kamu," ujarnya merasa gugup. Sungguh, Rayyan khawatir kalau tiba-tiba Gilang ingat juga kepada Lestari, istrinya. Apa yang harus ia lakukan? "Dia sering nongol di ingatanku." Gilang tampak mengernyitkan dahinya sembari matanya menerawang seperti tengah mengingat-ingat kenangannya. Rayyan menyembunyikan helaan napasnya yang terasa sedikit tersekat. "Abang tahu di mana rumahnya? Siapa tahu aku bisa ke sana dan menanyakan tentang masa laluku bersamanya." Rayyan tersenyum getir. "Abang nggak tahu. Seingat Abang, cuma sekali atau dua kali ketemu sama dia. Itu juga nggak ngobrol lama." "Ooh, gitu?" Gila
Read more

Bab 129

Sesampainya Rayyan dan Lestari ke klinik tempat Dinar dirawat, Lestari segera menghubungi kerabatnya yang bernama Leman. "Pak Leman, ayah di ruang mana?" tanya Lestari merasa cemas. "Mas Dinar di ruang awan nomor 4 di lantai dua, Tari," jawab Leman to the point. "Ah, oke. Aku langsung ke sana, Pak," sahut Lestari sembari menutup sambungan teleponnya, "Mas, kita ke lantai dua!" serunya sambil menggandeng lengan Rayyan, lalu berjalan menuju ke arah lift. Rayyan mengiringi langkah sang istri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya menggenggam erat jemari Lestari, berusaha untuk memberikan kekuatan pada wanita itu. Mereka pun akhirnya sampai di depan ruangan yang dimaksud. Dengan perlahan Rayyan menekan gagang pintu dan pintu tersebut pun terbuka. Tampaklah Leman yang duduk di sebelah brankar Dinar. Dinar terlihat memejamkan mata di sana dengan infus di tangan dan juga selang oksigen di hidungnya. Setelah mengucap salam, Lestari langsung bertanya kepada Leman dengan s
Read more

Bab 130

"Mmm, Boss ... kayaknyaaa–" Bobby menggantung omongannya. Lelaki itu merasa kalau dirinyalah penyebab Dinar masuk rumah sakit. "Kayaknya apa? Ngomong jangan setengah-setengah!" bentak Rayyan. Bobby menghela napas panjang. "Boss, kayaknya Pak Kades ingat aku." Dahi Rayyan mengernyit kencang. Ia masih belum bisa mengerti arah pembicaraan Bobby. "Pak Kades, 'kan, waktu itu sama-sama Pak Dinar waktu ngegerebek Fadil sama aku di dalam kamar hotel, Boss." Seketika saja Rayyan menarik napas dalam. Ya, benar apa yang dikatakan Bobby. Pasti itu yang dibicarakan oleh Kades kepada Dinar, sehingga lelaki tua itu terkena serangan jantung mendadak seperti ini. Rayyan baru paham sekarang. "Hmm, mungkin itu yang buat Pak Dinar kaget, Boss," ujar Bobby sekali lagi. "Ya, bukan mungkin lagi. Udah pasti itu, Bobb," tukas Rayyan dengan yakin, "ya udah, mau diapain lagi. Kamu jangan ngomongin hal ini sama Tari ya!" suruhnya memperingatkan Bobby. "Iya, Boss. Aku nggak bakal ngomonglah ...." Bobby te
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status