"Mmm, Boss ... kayaknyaaa–" Bobby menggantung omongannya. Lelaki itu merasa kalau dirinyalah penyebab Dinar masuk rumah sakit. "Kayaknya apa? Ngomong jangan setengah-setengah!" bentak Rayyan. Bobby menghela napas panjang. "Boss, kayaknya Pak Kades ingat aku." Dahi Rayyan mengernyit kencang. Ia masih belum bisa mengerti arah pembicaraan Bobby. "Pak Kades, 'kan, waktu itu sama-sama Pak Dinar waktu ngegerebek Fadil sama aku di dalam kamar hotel, Boss." Seketika saja Rayyan menarik napas dalam. Ya, benar apa yang dikatakan Bobby. Pasti itu yang dibicarakan oleh Kades kepada Dinar, sehingga lelaki tua itu terkena serangan jantung mendadak seperti ini. Rayyan baru paham sekarang. "Hmm, mungkin itu yang buat Pak Dinar kaget, Boss," ujar Bobby sekali lagi. "Ya, bukan mungkin lagi. Udah pasti itu, Bobb," tukas Rayyan dengan yakin, "ya udah, mau diapain lagi. Kamu jangan ngomongin hal ini sama Tari ya!" suruhnya memperingatkan Bobby. "Iya, Boss. Aku nggak bakal ngomonglah ...." Bobby te
Read more