Semua Bab Neraka Pernikahan CEO Arogan: Bab 141 - Bab 150

155 Bab

Bab 141

"Ada, Mas. Album foto pernikahan mereka. Tapi, adanya di kamar Tuan dan Nyonya. Saya sudah lama nggak boleh masuk lagi ke sana. Jadi, saya nggak berani ambil sembarangan ke situ," jawab Nunung. Ya, semenjak Lestari yang mengurus kebersihan kamar itu, sejak itu pula Nunung tidak lagi dengan mudah ke kamar Rayyan. Apalagi semenjak sepasang suami-istri itu berbaikan kembali, benar-benar Nunung tidak pernah lagi masuk ke kamar tersebut."Oh, gitu." Gilang merasa kecewa, sebab ia sangat penasaran."Eh!" seru Nunung tiba-tiba membuat semua orang menoleh ke arahnya, "ada deh, Mas, di hape saya! Kami pernah berfoto berdua. Tunggu, ya!" Nunung langsung bergegas menuju ke arah kamarnya.Tak lama kemudian, Nunung tampak melenggang mendekat sembari mengutak-atik ponselnya. Ia memeriksa foto-foto yang ada di galeri gawai di tangannya.Semua orang menunggu dengan rasa penasaran."Nah, ini, Mas!" Nunung kemudian menyerahkan ponselnya kepada Gilang.Ima dan Isam berjalan mendekati Gilang. Keduanya j
Baca selengkapnya

Bab 142

Tiga hari setelah kematian Dinar Abdullah, Rayyan dan Lestari kemudian kembali ke kota. Rumah Dinar masih dititipkan kepada Leman. "Rumah itu apa nggak sebaiknya dijual aja, Sayang?" tanya Rayyan kepada sang istri dalam perjalanan pulangnya. "Hmm?" Lestari yang sedang melamun, lantas menoleh ke kursi kemudi di sebelahnya, "kayaknya aku belum memikirkan ke arah sana, Mas," jawabnya. Rayyan menghela napas. "Yaa, Pak Leman juga 'kan, punya rumah dan keluarga sendiri. Kemarin dia kita bayar untuk menemani ayahmu, dan bisa pulang sepekan sekali. Dia tadi ngomong ke Mas kalau nanti bakal kembali ke rumah keluarganya lagi dan cari kerjaan lain. Kalau rumah nggak ditempati, nanti malah rusak," pungkas lelaki itu mengajak sang istri untuk memikirkan sarannya. "Nanti aku pikirkan lagi, Mas." Lestari kembali menoleh ke arah jendela mobil dan menatap jalanan. Rayyan melipat bibirnya sejenak. Ia memahami kesedihan sang istri yang kini telah kehilangan kedua orang tuanya. Ya, dia pernah merasa
Baca selengkapnya

Bab 143

"Ma–Mas Gilang ma–masih hidup?!" tanya wanita itu tergagap. "A–yo kita duduk dulu!" ajak Rayyan sembari berjalan mendahului semua orang. Ia menuju ke arah ruang tengah. Kaki Lestari seakan terasa berat dan terseret saat ia mengekori langkah sang suami. Kedua alisnya bertaut kencang. 'Maksudnya Kakek itu apa? Mas Gilang benar masih hidup?' Hatinya terus dipenuhi oleh tanda tanya. Nunung terlihat meraih koper yang dibawa oleh Rayyan tadi. Ia menyeretnya menuju ke bagian belakang rumah. Sementara semua orang menuju ke sofa di ruang keluarga. "Wak, gimana keluarga di kampung? Sehat semua?" tanya Rayyan kepada Isam. Ia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan ketika telah duduk di sofa di sana. Lestari yang sudah berada di dekatnya, dengan gerakan yang perlahan mendaratkan bobotnya di sebelah sang suami. Sungguh, ia ingin mempertanyakan tentang ucapan Isam tadi. "Alhamdulillah, keluarga Uwak sehat-sehat, Mas. Salam dari mereka," jawab Isam sembari menggeser badannya, memberi ruang un
Baca selengkapnya

Bab 144

Rayyan mengalihkan pandangannya. Sungguh, ia sebenarnya belum siap jika Lestari mengetahui hal ini. Akan tetapi, ia tidak menyangka kalau Isam-lah yang membocorkan informasi tentang Gilang. "Sejak kapan, Mas!" desak Lestari. "Sejak dua bulanan lalu," jawab Rayyan apa adanya. "Dua bulan?! Sudah dua bulan Mas tahu kenyataan tentang masih hidupnya Mas Gilang, dan Mas menutupi hal ini dari aku selama itu?!" Lestari merasa begitu kesal. Ia tidak tahu apa maksud sang suami menutupi hal ini. "Tari, Mas sebenarnya mau ngomong sama kamu. Cumaa–" "Cuma apa, Mas?" potong Lestari, "kalau nggak Kakek itu yang bilang, aku yakin, Mas masih terus menutupi hal ini sama aku! Iya, 'kan?!" Rayyan terdiam. Ya, dia tidak bisa membantah apa yang dikatakan sang istri. Memang benar adanya, ia masih saja ingin menutupi semuanya. Ia belum siap, dan tidak tahu kapan dirinya akan siap. "Ap–Apa, Mas? Apa maksudnya Mas nutupin berita ini ke aku? Alasannya apa?" cecar Lestari ingin tahu. Rayyan masih bergemi
Baca selengkapnya

Bab 145

"Lestari, kamu ... bagaimana bisa kamu menikah dengan abangku sendiri?" Semenjak bangun dari tidur di rumah keluarganya, satu per satu kenangan masa lalu Gilang muncul begitu saja di dalam kepalanya. Ya, akhirnya ingatannya kembali sepenuhnya. Akan tetapi, Gilang memilih bungkam. Di dalam kepalanya penuh dengan tanda tanya. Ia merasa heran dan sangat penasaran. Mengapa Rayyan yang notabene adalah kakak angkat yang sudah ia anggap seperti kakak kandung sendiri itu malah menikah dengan perempuan yang ia cintai?Hati Gilang kontan saja merasa sangat perih. Ia merasa seakan-akan dikhianati oleh orang yang ia percayai. Padahal masih terngiang di telinganya kejadian di malam itu. Ucapan-ucapan Dinar Abdullah yang sangat menusuk. Hinaan dan celaan pria tua itu kepadanya di hadapan sang sahabat, Burhan."Ayah sudah akan menjodohkan Lestari dengan anaknya Pak Salim. Dia juga sarjana. Tapi dia sudah ASN. Nggak seperti anak ini. Masih honorer sudah sok mau ngelamar anak orang!" ketus Dinar ke
Baca selengkapnya

Bab 146

Bobby masih ingat kalau sang atasan mencegahnya untuk berbicara tentang meninggalnya Dinar kepada orang lain. Namun, saat ini ternyata Gilang sudah tahu sendiri. "Aku kemarin ke rumah keluargaku. Bi Nunung yang ngomong," jawab Gilang apa adanya. Bobby sedikit terkejut mendengar Gilang yang ke rumah keluarganya. "Oh–eh, iya benar, Mas Gilang. Emaang ... Mas kenal sama Pak Dinar?" tanya Bobby penasaran. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah Gilang ingat dengan orang tua Lestari itu? "Hmm, katanya dia salah seorang tetua di desa itu ya?" Entah mengapa Gilang sengaja untuk menutupi kenyataan kalau dia sudah mengingat semuanya. Ia ingin memancing informasi dari orang-orang di sekitarnya tentang latar belakang bagaimana bisa sang kakak lelaki menikahi wanita yang ia cintai. Meskipun demikian, Gilang tidak bisa membohongi diri. Hatinya merasa begitu gemas dan dadanya terasa sempit menahan gejolak yang entah apa. Sungguh, ada rasa tidak rela di lubuk hatinya dengan realita ini. "Iya,
Baca selengkapnya

Bab 147

Bobby menghela napas panjang. Ia menimbang-nimbang. "Pak, apa nggak bisa diundur bulan depannya lagi ya, kami keluar dari sana?" Bobby hanya ingin mengantisipasi waktu saja. Khawatir kalau nanti ia butuh waktu lebih lama untuk mengurus kepindahan Gilang. "Aduh, Mas, maaf sekali lagi. Kayaknya nggak bisa. Soalnya itu apartemen mau dipake anak orang yang beli itu. Bulan depan tanggal 7, dia sudah masuk kuliah. Jadinya sebelum itu dia harus pindahan dan prepare semua urusan dia secepatnya. Begitu katanya, Mas!" Kembali Bobby menghela napas panjang. "Oh, iyalah, Pak. Saya nanti koordinasi dulu sama sodara saya itu. Nanti saya kabari lagi perkembangannya ke Bapak," ucap lelaki itu akhirnya. "Oke, Mas Bobby. Maaf sekali lagi. Semoga dimudahkan ya, Mas!" Keduanya pun memutuskan sambungan telepon seluler tersebut. "Aku mesti langsung kasih tahu si Boss ini!" seru Bobby sembari menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jas. Setelah itu, ia langsung menjalankan kembali motor besarnya men
Baca selengkapnya

Bab 148

Bobby mencebikkan bibirnya. "Nggak ada, Boss. Makanya aku bilang, kayaknya ingatan Mas Gilang masih setengah-setengah," ujar lelaki itu lagi. Rayyan menghela napas sedikit lega. Akan tetapi, kekhawatiran di wajahnya masih menyelimuti. "Gimana kalau suatu saat dia ingat semuanya, ya, Bobb? Apa yang harus saya katakan soal Tari?" Lelaki tampan itu menatap pelas ke arah sang asisten. Ia berharap bisa mendapatkan pencerahan dari Bobby. "Ya mau gimana. Ini sudah takdir, Boss. Sekarang Boss udah nikahin cewek yang Mas Gilang taksir. Mau nggak mau, Mas Gilang juga mesti menerima itu!" Ucapan Bobby terdengar tanpa beban di telinga Rayyan. Rayyan menunduk, kemudian menekan kepala dengan dua tangannya. Entah mengapa kepalanya kini terasa berdenyut tiba-tiba seperti ini. Pikirannya terasa sangat penuh. "Mbak Tari sendiri kira-kira gimana kalau tahu Mas Gilang sebenarnya masih hidup ya, Boss?" tanya Bobby kepada yang atasan yang wajahnya mulai kusut itu. "Tari sudah tahu." "Hah?!" Bobby tam
Baca selengkapnya

Bab 149

"Kenapa sih, Nya? Nyonya sejak pagi tadi keliatan nggak fokus gitu?" tanya Nunung ketika Lestari baru saja menumpahkan air yang ia tuang dari sebuah teko. Sebelumnya Lestari juga tak sengaja mengiris jarinya sendiri ketika menyiangi sayuran. Keduanya memasak lebih banyak hari ini sebab Rayyan tadi malam mengatakan akan membawa Gilang ke rumah tersebut. Ya, sejak itu, entah mengapa Lestari menjadi gugup sendiri. Ia juga heran, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dirinya. Padahal ia yakin, kalau hatinya kini telah dimiliki oleh Rayyan Yudistira, sebagai lelaki yang berstatus suaminya. "E–eh, ma–af, Bi. Biar aku yang bersihkan. Bibi lanjut nata perlengkapan makannya aja!" tukas Lestari sembari meraih gagang pel yang dipegang Nunung dan mulai mengelap air yang membasahi lantai ruang makan tersebut. Nunung pun menghela napas dan melipat bibirnya sejenak. Lalu ia menata piring dan sendok di atas meja makan seperti perintah sang nyonya. "Assalamualaikum." Deg! Degup jantung Lesta
Baca selengkapnya

Bab 150

Wanita cantik yang kini wajahnya terlihat agak pucat itu mengangguk cepat. Lestari baru sadar kalau tangannya sendiri terasa sangat dingin ketika sang suami meraih dan menggenggamnya saat ini. "Ini jarimu kenapa?" tanya Rayyan ketika melihat dan meraba jari telunjuk tangan kanan Lestari yang dibalut plaster. "Ini, nggak sengaja kena pisau, Mas. Nggak apa-apa, kok! Luka kecil aja." "Kamu lain kali hati-hati," pesan sang suami. Lestari tersenyum kikuk ketika sadar kalau sedari tadi Gilang mencuri-curi pandang ke arahnya. "A–ku siapin makan siang dulu, Mas," ujarnya kepada sang suami seraya berbalik badan dan langsung berjalan ke arah dapur menyusul Nunung. Rayyan menyembunyikan helaan napasnya ketika melihat punggung sang istri yang menjauh. Di dalam hati entah mengapa ia merasa timbul kesedihan. Ia menebak kalau benar, sang istri sepertinya masih menyimpan perasaan kepada adik angkatnya. "Naah, ini diaa! Terima kasih, Bi Nunung yang caeeem ...!" seru Bobby menarik Rayyan kembali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status