Home / Pernikahan / SUAMI YANG SEMPURNA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of SUAMI YANG SEMPURNA : Chapter 31 - Chapter 40

71 Chapters

POV KEVIN : TERJEBAK DI PEKAN BARU

Kepergian Nenek merupakan cambukan besar di dalam hidupmu. Memang benar, semuanya bermula akibat omongan kasar yang terlontar dari mulut Reyna. Selama ini aku telah merasa gagal mendidik istriku menjadi lebih baik lagi. Terkadang, ada kalanya orang sabar itu meninggalkan apa yang membuatnya sabar ketika semua pengorbanan, ketulusan, kesetiaan, dan cinta tidak pernah dihargai lagi. Tapi, aku sadar kalau kepergian Nenek bukan sepenuhnya kesalahan istriku, melainkan sudah takdir Allah. Meskipun begitu, seseorang yang sudah telanjur kecewa itu butuh menenangkan diri, butuh mendinginkan kepala guna menghindari hal-hal yang tidak terduga. Karena aku tahu perkara rumah tangga tidak akan bisa diselesaikan dengan emosi. Harus ada salah satu yang mengalah. Setelah kepergian Nenek, aku mencari jawaban dari semua pertanyaan. Melakukan penerbangan lebih dari 10 leg dan menghabiskan waktu 30 jam terbang dalam seminggu penuh. Berada di atas langit, bertemu awan, dan mencari keberadaan Papa dan Nen
Read more

POV KEVIN : AKU DI SINI, SAYANG

Dua hari setelahnya, saat keadaan asap di Pekanbaru mulai membaik dan bandara kembali dibuka, aku pulang ke Jakarta. Berusaha mengesampingkan perasaan cemasku dan fokus saat membawa lebih dari 150 penumpang. Ketika baru memasuki rumah mertuaku, aku langsung disambut pelototan tajam dari Papa. "Mau apa kamu ke sini? Sudah ingat kamu dengan istrimu?" tanya beliau sarkastis. Aku meletakkan koperku di lantai, kemudian berjalan mendekat---menyalami tangan Mama dan Papa dengan sopan. "Kedatangan aku ke sini ingin melihat keadaan Reyna. Aku sudah tahu kalau dia baru saja keguguran," jawabku tidak enak hati. "Sudahlah, pulang saja kamu. Kami bisa merawat Reyna dengan baik tanpa kehadiran kamu." Papa mengibaskan tangan malas, ingin berbalik. Tapi aku segera menahan tangan Papa. "Pa, aku mohon. Kasih aku kesempatan untuk bertemu dengan Reyna, bagaimana pun juga dia adalah istriku " Mata Papa melotot tajam, menepis sentuhanku dengan kasar. "Saya sudah memberikan tanggung jawab Reyna sepen
Read more

KITA AKAN SELALU BERGANDENGAN TANGAN SAMPAI TUA

Aku duduk termenung di atas ranjang dengan pandangan kosong, memperhatikan layar televisi yang menayangkan acara reality show tanpa minat. Kevin datang menghampiriku sambil membawakan sebuah nampan yang berisi piring makanan dan juga minuman. Dia duduk tepat di sebelahku. "Sayang, kamu makan dulu, yuk. Dari kemarin kamu belum makan, kan?" Aku hanya diam dan terus menatap lurus ke depan. "Sayang...." Kevin menyentuh pipiku lembut, ia menyodorkan satu sendok makanan di hadapanku. Mendadak, aku langsung memandang wajah Kevin dengan air mata berderai. "Aku udah bunuh anak kita, Kevin." Aku mengingat kejadian itu terus-menerus, mendapatkan mimpi buruk yang sama setiap malam. Rasa bersalah terus menghantuiku dan mengikuti kehidupanku dari belakang. Kevin menghela napas, ia meletakkan nampan di atas nakas dan menarikku ke dalam pelukannya. "Kamu nggak membunuh siapapun, Sayang. Kepergian janin kamu sudah takdir Allah." "Kalau saja aku nggak melakukan tindakan bodoh seperti itu, pasti
Read more

BETAPA BERUNTUNGNYA AKU MEMILIKIMU

"Kau mau bawa aku kemana, Kevin?" Hampir dua minggu sudah berlalu. Hari ini Kevin memintaku untuk berpakaian rapi, memakai dress yang tidak terlalu pendek, serta ada jaket kulit kesayangan Kevin yang menutupi tubuhku. Dan sekarang aku telah duduk di kursi depan mobil Kevin, dengan wajah bingung. Sedangkan Kevin sibuk memasang seatbelt ke tubuhku dan ke tubuhnya sendiri. "Kita mau jalan-jalan, Sayang, biar kamu nggak suntuk terus di rumah. Kamu mau nggak aku ajak jalan-jalan?" Aku hanya menganggukkan kepala, tanpa menatap matanya. "Kalau gitu, lepasin aku dulu. Gimana aku mau nyetir kalau kamu nempel terus kayak perangko?" Aku baru sadar kalau sejak tadi, aku terus memeluk lengan Kevin, meskipun ia duduk di kursi kemudi. Sampai-sampai posisi tubuhku bergeser miring. "Nggak mau, nanti kamu ninggalin aku." Kevin terkekeh seketika. "Mana mungkin aku bisa pergi, jelas-jelas badanku juga sudah diikat sama seatbelt." "Oh, iya." Aku langsung melepaskan lengan Kevin dan mengakui keb
Read more

CUMA KAMU YANG PANTAS MENJADI IMAMKU

Kevin menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. Tangan kanannya memegang remote televisi, mengganti channel berulang kali. Sedangkan tangan kirinya sibuk mengusap punggungku. Kini, aku berada dalam dekapan Kevin, kepalaku bersandar di dadanya, mataku terpejam dengan damai. Entah sudah berapa lama kami berada dalam posisi seperti ini. Suara perut keroncongan Kevin berhasil menghancurkan suasana romantis yang seharusnya terjadi. Kelopak mataku terbuka perlahan, menatapnya dengan jengkel. "Hehe, lapar, yang." Kevin terkekeh geli. "Jangan aneh-aneh, deh. Ini udah tengah malam, di rumah Mama nggak ada mi instan, karena Papa melarang kami semua makan mi," ucapku yang dibalas dengan wajah cemberut oleh Kevin. "Terus aku makan apa, dong? Kita keluar yuk, cari jajanan." Kevin berusaha membujukku. "Aku nggak mau. Udah enakan gini, tidur sambil pelukan sama kamu." Suara televisi menemani keheningan kami. Sampai ucapan Kevin muncul merusak suasana. "Rey, Minggu depan aku udah harus bal
Read more

SEMUA BUTUH PROSES

"Jangan diliatin terus kacanya, nanti pecah."Kevin mencibirku sambil terkekeh geli. Selama perjalanan pulang, yang aku lakukan sejak tadi hanya berkutat pada cermin. Memperhatikan wajah imut-imut seorang Reyna saat memakai jilbab."Ternyata aku cantik juga ya, pake jilbab gini. Pipiku jadi kelihatan tirus, hehehe."Tangan Kevin terulur ke samping, mencubit pipiku. "Alangkah bagusnya lagi kalau kamu pake jilbab itu diniatkan dari hati, bukan semata-mata karena trend. Nanti kalo zaman udah berubah dan trendnya lebih modern, ngikutin gaya Victoria Beckham, yang ada kamu malah milih buka jilbab dan aurat lagi. Coba pikirkan nilai positif memakai jilbab."Misalnya, kamu lebih bisa dihargai sebagai wanita, cowok-cowok jahil jadi males gangguin kamu, terus kepribadian kamu bakalan bisa berubah dengan sendirinya. Mau bicara judes, malah segan, mau bicara yang jelek-jelek pasti jadi segan juga."Jilbab itu untuk melindungi keindahan muslimah, bukan sebagai alat perhiasan. Karena kecantikan ya
Read more

MENANGISLAH, SAYANG

Sakit yang aku alami saat menstruasi semakin bertambah parah. Selama satu sampai tiga hari berturut-turut, aku merasakan nyeri dan kejang-kejang di bagian otot perut dan bagian panggul. Setiap melakukan aktivitas, rasa sakit itu membuatku hampir pingsan.Beberapa bulan yang lalu pasca keguguran, aku pernah melakukan USG. Dan indung telurku dinyatakan bersih.Kali ini, aku kembali mengunjungi rumah sakit. Ingin memastikan bahwa keadaanku baik-baik saja. Setelah berkonsultasi dengan beberapa dokter dan melakukan prosedur pemeriksaan. Ternyata aku didiagnosa terkena kista endometriosis. Kenyataan tersebut berhasil mengguncang duniaku.Meski penyakit itu tidak mematikan, namun dapat mengganggu kesuburan wanita. Juga dapat menyebabkan tidak berfungsinya beberapa organ reproduksi wanita, dan proses pembuahan mengakibatkan janin akan sulit terbentuk. Menurut beberapa artikel yang aku baca, pengidap endometriosis akan sulit mendapatkan anak.Tapi dokter menjelaskan, "Bagi penderita endometri
Read more

PESONA AISHA

Menit-menit berikutnya, suara tangisan bayi memenuhi ruangan. Terburu-buru, Bunda Aria berlari menghampiri ruangan tersebut. Begitu juga dengan aku dan Kevin yang mengikuti.Bunda Aria mengangkat bayinya dari box dan membawanya ke dalam gendongan. "Cup, cup, anak Bunda nggak boleh nangis, ya."Tangisan bayi itu semakin pecah. Aku memperhatikan wajah di mungil dengan takjub. Menggemaskan sekali. Ada kesedihan yang tersirat di mataku.Paham dengan gestur tubuhku, Kevin langsung merangkulku, mengusap lenganku pelan dan lembut.Aku menarik napas, untuk menenangkan diri. "Jenis kelaminnya apa, Bun? Umur bayinya berapa?" tanyaku sambil melihat bayi mungil tersebut."Jenis kelaminnya perempuan, Rey. Umurnya sudah delapan bulan. Ibu dan ayah kandungnya udah lama meninggal, kerabatnya juga nggak ada."Kontan aku menatap Bunda Aria muram. "Kasihan banget ya, Bun. Anak sekecil ini udah nggak punya siapa-siapa lagi. Namanya siapa, Bun?"Bunda Aria hanya terdiam, menahan napasnya beberapa detik, s
Read more

ULANG TAHUN AISHA

Usia Aisha kini sudah menginjak dua belas bulan. Dan sekitar empat bulan pasca aku menjalani operasi laparaskopi, keadaanku mulai membaik, hampir setiap minggu aku menjalani beberapa pengobatan dan konsultasi dengan dokter. Semenjak kehadiran Aisha, aku tidak merasa kesepian lagi setiap Kevin pergi bertugas. Hari-hari yang aku lalui hanya sibuk memperhatikan perkembangan Aisha. "Assalamu'alaikum...." Aisha melonjak kegirangan di tempat tidur saat melihat kehadiran Kevin. Kebiasaan buruk Kevin kalau sudah tidak dapat membendung kerinduannya lagi pada Aisha adalah dia langsung meletakkan kopernya di lantai begitu saja, melepas topi, jas, sepatu dan membuangnya sembarang tempat. Lalu merebahkan diri di atas tempat tidur sambil menciumi wajah Aisha habis-habisan. Sebagai seorang istri, tugasku adalah merapikan semua pakaian Kevin, membawakannya teh hangat, dan menyiapkan air hangat untuk Kevin mandi. "Air hangatnya sudah siap, kamu mandi, gih." "Nanti aja, Sayang, masih mau main-mai
Read more

KEJUTAN BUAT KEVIN

"Assalamu'alaikum...." Mendadak muncul suara di ambang pintu. "Yaaah!" Aisha melonjak kegirangan, nyaris jatuh dari tempat tidur. Untungnya Kevin berhasil meraih tubuh Aisha dan membawanya terhempas bersama di atas tempat tidur. "Kalau Ayah ucap salam, Aisha harus balas salam Ayah. Gimana, Nak? Wa'alaikum...." "Kum," jawab Aisha nyaris tanpa suara. "Eh, salah, Nak. Ulangi lagi, wa'alaikum...." "Ayaaam." "Pinter anak Ayah. Tos dulu...." Kevin mengangkat telapak tangannya tinggi-tinggi. Aisha tertawa girang setelah berhasil menempelkan telapak tangannya dengan Kevin. "Aisha kangen sama Ayah, ya?" Aisha tidak menjawab, dia asyik memainkan topi pilot Kevin. Menggigit ujungnya. "Aisha baru selesai mandi ya, Nak? Harum banget. Siapa yang mandiin Aisha?" Kevin mengendus leher Aisha yang beraroma bedak bayi. "Nda ...." Aisha mengacungkan jarinya ke arahku, namun matanya masih fokus pada topi pilot Kevin. "Oh, Bunda, ya." Kevin terdiam sejenak saat melihat tatapanku yang kesal. "
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status