Home / Pernikahan / SUAMI YANG SEMPURNA / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of SUAMI YANG SEMPURNA : Chapter 11 - Chapter 20

71 Chapters

PERNIKAHAN

“Ananda Kevin Narendra Halim bin Faizal Halim, aku nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandungku, Reyna Prameswari Wijaya binti Deni Wijaya dengan mas kawinnya berupa seperangkat alat shalat dan uang berjumlah sembilan belas juta rupiah dibayar tunai.” Sambil menjabat tangan Kevin, Papa bersuara lantang. “Saya terima nikah dan kawinnya Reyna Prameswari binti Deni Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Bagaimana, sah?” Penghulu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “Sah.” “Alhamdulillaah ….” Di saat semua pengantin menitikkan air mata karena terharu bahagia, aku justru menangis karena sebentar lagi hidupku akan sangat menyedihkan setelah menikah dengan Kevin. Setelah menyematkan cincin di jari manisku, Kevin mencium keningku cukup lama. Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Seperti yang sudah ditentukan oleh pihak keluarga kami dan menuruti wasiat orang tua Kevin, pernikahan ini berlangsung saat umurku sudah menginjak 25 tahun—tepat pada tanggal 19 Desember.
Read more

HADIAH PERNIKAHAN DARI KEVIN

"Kevin mana, Rey?" Mama menghampiriku dan duduk di sofa, tepat di sebelahku. Aku meluruskan kaki di atas meja, merasakan pegal-pegal. "Tidur di kamar," balasku sekenanya. "Baru juga sampe udah molor aja." "Kemarin dia nggak bisa tidur semalaman gara-gara aku kasih kopi. Mama terkesiap. "Ha? Yang bener?" "Hm." "Kasihan, pasti dia capek banget ya, Rey. Coba sana kamu ke kamar pijitin badan dia." "Ih, Reyna juga capek kali, Ma. Jelas-jelas Reyna yang nyetir mobilnya dari Bogor sampai Jakarta tadi." "Tapi tetap aja, secapek-capeknya istri, harus ada kasih perhatian lebih sama suami. Udah sana pijitin, kasian Kevin." Mama mendorong tubuhku. "Males ah, memangnya aku pembantunya, tukang pijit, si Mak Erot!" "Yee, kamu ini. Nggak ada ikhlas-ikhlasnya melayani suami." "Dari awal aku memang nggak mau nikah sama dia." Mama menyipitkan matanya tajam, tatapan tidak suka. "Jangan bahas itu lagi! Sekarang kamu sama dia sudah menikah! Percuma juga karena nasi udah menjadi bu
Read more

GANTI PAKAIANMU!

Apartemen Kevin minimalis. Ruang televisi dan dapurnya menjadi satu. Sofa bernuansa krem berada di tengah-tengah ruangan. Di dinding ada beberapa foto orangtuanya. Serta foto Wanda yang tengah tersenyum manis dan juga Nenek yang sedang tertawa. Namun yang membuatku cukup terkejut adalah, foto pernikahan kami juga terpampang di dinding. Di foto tersebut, Kevin tersenyum, memperlihatkan gurat wajah bahagia pengantin baru. Sedangkan aku, hanya tersenyum tipis. Bahkan sangat tipis, sampai aku pikir kalau itu bukan senyuman tapi wajah cemberut. Namun masih terlihat cute. Apartemen Kevin terdiri dari dua kamar tidur dan dua kamar mandi. Satu di dekat dapur, satu lagi di dalam kamar utama. Lagi-lagi kami harus tidur satu kamar. Ini konyol! Padahal aku bisa memakai kamar sebelah. Tapi kamar itu terkunci rapat. Kevin melarangku masuk ke dalam kamar misterius itu. Sempat terpikir olehku kalau kamar itu tempat penyimpanan mayat. Dan pekerjaan Kevin sebagai buronan tiba-tiba terlintas di kepal
Read more

BERENANG, YUK!

Ayla: Aku sudah pulang kampus. Mas-Mas Tua Jelek: Aku sudah di parkiran kampus. "Hah? Gila!" Aku segera bergegas menuju pelataran kampus dan menemukan mobil Fortuner miliknya. Saat baru akan merebahkan tubuh di kursi depan, dia berhasil membuatku tercengang dengan penampilannya. Astaga, Tuhan. Kevin terlihat tampan. Laki-laki itu memakai kaos Polo. Setiap kali Kevin memakai kaos seperti itu, dia jauh terlihat lebih muda dan ganteng. Oke, aku akui dia memang ganteng. Berhubung lengan kaosnya pendek, otot bisepnya jadi terpampang jelas. Dan kali ini, ada kaca mata Oakley yang membingkai wajahnya. Apa dia sengaja menggoda imanku dengan gaya berpakaian seperti itu? "Kamu sudah makan siang?" Dia melemparkan tatapan ke arahku dengan tiba-tiba hingga aku tersentak dan mengerjapkan mata. Segera kutepis pikiran aneh yang mengagumi penampilan si tua ini. Aku hanya menggeleng. Kembali menatap ke depan. Lurus. "Kamu mau makan di mana, Sayang?" tanya Kevin lagi. "Makan di rumah Mama aja
Read more

AKHIRNYA ... AKU SIDANG

Aku mengerti, mengapa tiga hari yang lalu Kevin memintaku untuk menjemput mobil di rumah Mama. Ternyata, agar aku bisa bepergian sendiri tanpa perlu diantar oleh Kevin saat dia menghilang. Kini sudah hampir lima hari Kevin pergi. Aku tidak tahu dia berada di mana, sedang apa, dan bersama siapa. Yang kutahu, dia pergi ketika aku masih tertidur pulas. Kevin hanya meninggalkan secarik kertas yang memberitahuku kalau dia sedang pergi bekerja.Malam ini, apartemen terlihat sangat sepi, hanya ada aku sendiri. Aku mengambil ponselku dan menghubungi Mama."Ma ...." Nadaku terdengar sendu."Kalau nelepon itu, ucap salam dulu, Reyna!" Mama menegurku, mengajariku seperti anak kecil."Lupa," jawabku singkat. "Aku kesepian tinggal sendirian di sini, Ma.""Emangnya Kevin ke mana? Kerja, ya?" tanya Mama."Tahu ah, minggat kali. Atau jangan-jangan Kevin diculik!" ujarku bercanda namun dengan nada yang serius."Hush, kamu ini kalau ngomong suka asal.""Siapa yang asal sih, Ma. Itu doa Reyna yang tersi
Read more

KEV ... TOLONG AKU!

"Rey, nggak apa-apa nih kalau Lo traktir kita sebanyak ini?" Riska menunjuk dua kantong belanjaannya yang berisi beberapa pakaian. "Iya nih, Rey. Apalagi sepatu gue mahal banget!" Ivan menatap nanar ke kotak sepatu berisi high heels yang aku belikan khusus untuknya. "Santai aja lagi." Aku mengibaskan tangan. "Hitung-hitung buat ngerayain hari keberhasilan gue, kan?" balasku acuh tak acuh. Aku memang tidak punya uang sebanyak itu untuk membelikan mereka barang-barang seperti pakaian, tas, atau mungkin sepatu. Tapi, aku punya kartu ATM pemberian Kevin yang belum pernah aku gunakan sekali pun. Aku pikir, hari ini adalah waktu yang tepat untuk menghambur-hamburkan uang Kevin. Toh, dia pernah bilang kalau uang suami adalah uang istri. Dan uang ini sudah menjadi hakku. Jadi, aku bebas, dong .... "Nanti lo dimarahin lagi sama bokap, karena uang bulanan lo habis buat traktir kita. Lo kan belum kerja, Rey." Riska masih memasang wajah penuh penyesalan. Aku berhenti melangkah. Mengubah posi
Read more

MIMPI BURUK

Dalam diam, aku duduk memeluk diri sendiri. Dan merasakan seperti ada yang melempar tubuhku dengan sebongkah batu es. Sakit, perih, dingin.Hampir saja para warga menghakimiku, membawaku ke kantor polisi, dan menghajar wajahku hingga babak belur. Untungnya Kevin segera datang dan langsung melindungiku. Di balik punggung tegapnya itu, dia meminta para warga untuk tetap tenang dan menyadarkan bahwa aku ini wanita. Jangan main hakim sendiri."Mau minum, Sayang?"Lihat, di saat seperti ini Kevin masih bisa menyebutku dengan panggilan 'Sayang'?Aku menggeleng. Kepalaku menunduk, tanganku masih memeluk diri sendiri, sampai Kevin sadar bahwa tubuhku sudah menggigil. Campuran antara ketakutan dan kedinginan. Dia segera menyampirkan jaket ke tubuhku, memeluk tubuhku erat, dan menarik kepalaku perlahan ke atas bahunya. Dia tahu kalau aku sangat membutuhkan sandaran untuk tempatku menangis. Dan akhirnya isakan tangis pun tak dapat kutahankan lagi.Ia berusaha menenangkanku. Lagi dan lagi. "Kita
Read more

KEVIN PERGI LAGI ....

Hari ini aku sengaja membawa Rian datang menjenguk Ari. Berhubung mereka seumuran, Ari pasti membutuhkan seorang teman. Berbaring tanpa melakukan aktivitas akan membuat anak kecil seumuran Ari bosan. "Aku ndak mau makan, Ibu! Aku mau pulang!" Teriakan Ari terdengar nyaring saat aku dan keponakanku baru saja melangkah memasuki ruangannya. "Tante Rey!" teriak Ari girang ketika melihat kehadiranku. Sedangkan ibunya Ari langsung meletakkan piring bubur di atas nakas dan berlalu pergi keluar dari ruangan. Sekilas, bahu kami sempat bersinggungan. Aku yakin kalau ibunya Ari masih menyimpan perasaan benci dan dendam terhadapku. "Halo, Ari, Tante Rey bawa buah-buahan sama mainan buat kamu." Aku memberikan kantong belanjaanku kepada Ari. Dengan senang hati dia menerimanya. "Itu siapa, Tante Rey?" Ia mengedikkan dagu ke arah Rian yang sudah berdiri di atas kursi. "Aku Rian, ponakannya Tante Rey. Teman baru kamu juga." Rian memperlihatkan deretan gigi putih dan rapinya. "Oh, ya udah, kalau
Read more

ALL ABOUT KEVIN

Reyna:Lagi di mana? Kok pergi nggak bilang-bilang!Reyna: Hari ini aku sidang skripsi. Doain ya ....Reyna: Kamu masih hidup nggak, sih?Reyna:Dasar jelek!!! I hate you!!!Hampir saja aku mendaratkan ponselku ke dinding dan mengakhirinya menjadi rangkaian elektronik yang tidak berarti. Kesal, marah, dan jengkel, bercampur menjadi satu. Sudah dua hari Kevin pergi, dan selama itu pula dia tidak memberikan kabar. Serentetan pesanku tidak dibalas, teleponku juga tidak diangkat. Apa dia tidak mengkhawatirkanku?Aku menghela napas gusar. Lagi dan lagi. Tatapanku terpaku pada birunya langit. Sinar matahari di siang hari ini tidak terlalu kentara akibat cuaca mendung."Ciee, yang lagi kangen Mas Kevin." Wanda menghampiriku di balkon. Ia berdiri tepat di sebelahku. Salah mengartikan gestur tubuhku."Apaan sih, siapa juga yang kangen," kilahku.Tapi, Wanda menatapku seolah tidak percaya dan menuduhku sebagai manusia munafik. "Biasa, Mbak, kalau Mas Kevin itu nggak ngasih kabar. Buat megang
Read more

KEVIN SELINGKUH?

"Wan, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu." Wanda mengunyah serealnya sambil menatap mataku. Pagi ini kami sedang duduk sambil sarapan bersama. "Apaan, Mbak?" Ia mengunyah satu suap sereal lagi. "Itu ruangan apaan, sih? Dari pertama kali aku menginjakkan kaki di apartemen ini, ruangan itu selalu terkunci. Apa bener itu tempat penyimpanan mayat?" Jariku menunjuk ke sebuah kamar tamu. Kamar yang berada tepat di sebelah kamar utama. Kamar yang selalu terkunci rapat dan tidak pernah terbuka sedikit pun. Sampai-sampai Wanda tidur berdua denganku selama tinggal di apartemen ini. Mendengar ucapan asalku, Wanda langsung tersedak dan terbatuk-batuk. Lantas ia mengambil gelas susu di sampingnya dan meneguknya hingga isinya tandas. "Kok Mbak Reyna bisa berpikiran sampai ke situ, sih? Serem banget." Wanda menyeka mulutnya dengan punggung tangan. Aku hanya mengangkat bahu tak acuh. "Siapa tahu, kan? Habisnya ruangan itu misterius banget." Wanda tersenyum jenaka. Menyingkirkan mangkuk ser
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status