Kevin berjalan menuju dapur. Laki-laki itu mulai membuka tudung saji, lemari, dan kulkas. Wajahnya terlihat cemberut saat tidak menemukan makanan apa pun. Dengan sempoyongan, Kevin berjalan ke ruang tamu dan menghempaskan tubuhnya di sofa---tepat di sebelahku. Kevin menoleh ke samping, ke arahku sambil menepuk perutnya pelan. "Laper, Yang ...." Kontan, aku pun membalas tatapan Kevin dengan mendelik. "Kamu kan baru makan satu jam yang lalu, Kevin. Masa lapar lagi, sih?" "Laper itu kan bisa datang kapan aja. Ke mana semua mi instanku? Kok kardusnya kosong?" tuduhnya, menatapku dengan menyelidik. Aku mengangkat bahu acuh tak acuh. " Mana aku tahu, yang suka makan mi instan cuma kamu doang. Siapa lagi yang ngabisin kalau bukan kamu!" "Tuyul, kali?" "Bukan tuyul, tapi genderuwo. Dan genderuwonya itu kamu!" Kevin terbahak mendengar ucapan jengkelku. Langsung dijawilnya hidungku dengan gemas. "Gitu aja kesal, marah, dongkol, jengkel." Aku tidak menggubris ucapannya. Tatapanku memanda
Read more