Home / Pernikahan / SUAMI YANG SEMPURNA / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of SUAMI YANG SEMPURNA : Chapter 21 - Chapter 30

71 Chapters

POV : KEVIN

“Vin, kamu yakin ingin menuruti wasiat ayahmu? Bukannya Om menolak, tapi sebagai ayahnya Reyna sendiri, Om saja ragu ingin menikahkan Reyna dengan laki-laki hebat seperti kamu. Apalagi saat melihat kesan tidak enak di pertemuan pertama kalian. Om benar-benar malu, Vin.”Aku tersenyum jenaka. Mengingat ketika pertama kali Reyna memuntahkan seluruh isi perutnya di pakaianku. Dan Om Deni langsung menghubungiku untuk minta maaf. Bayangkan, ayah wanita itu saja ragu ingin menikahkan aku dengan anaknya.“Saya yakin dengan pilihan saya, Om.” Suaraku penuh tekad.“Tapi, Vin. Reyna yang sekarang itu sangat jauh berbeda lho dengan Reyna yang pernah kamu temui di umur lima belas tahun.”Kali ini aku menghela napas sedikit berat. Reyna waktu umur lima belas tahun? Aku tertawa di dalam hari. Semakin bertambahnya usia, justru sifat Reyna yang dulu dengan yang sekarang sangat bertolak belakang. Reyna adalah wanita pertama yang berhasil menguras energi dan emosiku. Menghadapi sifat pemberontak dan te
Read more

SUAMIKU SEORANG PILOT

Saat aku terbangun pagi ini, aku melihat Kevin sudah kembali pulang. Ia terlelap di atas sofa kamar, masih mengenakan seragam yang begitu familier. "Kevin, bangun kamu!" Aku mengguncang tubuhnya kuat-kuat. Kemarahan mulai mencuat hingga ke ubun-ubunku. Enak sekali hidup Kevin ini. Setelah puas berselingkuh di luar, baru ingat dengan rumah! "Hm, tumben istri bangunin suaminya." Suara Kevin terdengar parau. Kelopak matanya mulai terbuka setengah. "Bangun! Ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Urusan kita belum selesai!" Nadaku tidak pernah lepas dari aksen galak. Hatiku sudah melepuh seolah ingin menyemburkan lahar. "Urusan apa lagi, sayang?" Dengan berat hati, Kevin pun bangun. Ia berusaha bangkit dan duduk di atas sofa. Mengucek-ngucek matanya sembari menguap. Rambutnya terlihat acak-acakan. Wajahnya tampak kusut. "Sekarang aku mau tanya sama kamu, habis dari mana aja kamu? Ngapain kamu ada di Pontianak? Sama siapa kamu di sana? Dan apa yang kamu lakukan?" tanyaku beruntun. "Ki
Read more

KAMU ADALAH KUNCI DARI HIDUPKU

Kevin berjalan menuju dapur. Laki-laki itu mulai membuka tudung saji, lemari, dan kulkas. Wajahnya terlihat cemberut saat tidak menemukan makanan apa pun. Dengan sempoyongan, Kevin berjalan ke ruang tamu dan menghempaskan tubuhnya di sofa---tepat di sebelahku. Kevin menoleh ke samping, ke arahku sambil menepuk perutnya pelan. "Laper, Yang ...." Kontan, aku pun membalas tatapan Kevin dengan mendelik. "Kamu kan baru makan satu jam yang lalu, Kevin. Masa lapar lagi, sih?" "Laper itu kan bisa datang kapan aja. Ke mana semua mi instanku? Kok kardusnya kosong?" tuduhnya, menatapku dengan menyelidik. Aku mengangkat bahu acuh tak acuh. " Mana aku tahu, yang suka makan mi instan cuma kamu doang. Siapa lagi yang ngabisin kalau bukan kamu!" "Tuyul, kali?" "Bukan tuyul, tapi genderuwo. Dan genderuwonya itu kamu!" Kevin terbahak mendengar ucapan jengkelku. Langsung dijawilnya hidungku dengan gemas. "Gitu aja kesal, marah, dongkol, jengkel." Aku tidak menggubris ucapannya. Tatapanku memanda
Read more

KAMU BOHONG SAMA AKU ....

"Sayang, bukain pintunya, dong. Udahan ya, menyendirinya. Aku belum mandi nih, dari tadi. Mau shalat." Setiap satu jam sekali, pintu kamar terus diketuk berulang kali. Kevin tak hentinya membujukku. Sedangkan aku, meringkuk di atas ranjang sambil menangis sesenggukan. Katakanlah kalau aku ini terlalu cengeng dan kekanak-kanakan, tetapi pernyataan Kevin yang berujung manis atau pahit itu mampu mengaduk perasaanku. Marah, benci, kesal, atau malu harus bertatap muka dengannya. Sejak pertama kali kami bertemu, yang selalu terlintas di otakku adalah pekerjaan Kevin tidak baik. Namun kenyataannya justru sebaliknya, pekerjaan Kevin lebih dari kata baik. Jadi ini alasannya, mengapa dia lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah selama berhari-hari. Aku meraih ponselku di atas nakas. Kemudian menghubungi Riska. Setelah beberapa menit mendengar petuah Riska untuk segera berbaikan dengan Kevin, hatiku pun sedikit luluh. Aku melangkahkan kaki menuju pintu kamar. Memutar kunci dan membu
Read more

I MISS YOU

"Terbang lagi?" Wajahku tertekuk sambil mencengkeram selimut erat-erat. "Emang nggak bisa cari waktu libur, ya? Kan hari ini tanggal merah." Wajahku kembali mendongak, memperhatikan penampilan Kevin yang sudah siap dengan seragam pilot kebanggaannya. Lagi! Setelah kemarin ia pergi selama berhari-hari. Laki-laki itu melihatku dari cermin sambil menyunggingkan seulas senyum menyebalkan sepanjang masa. Ia berjalan menghampiriku. Berjongkok tepat di hadapanku---yang duduk di tepi ranjang. "Jadwal terbang pilot itu tidak mengenal tanggal merah di kalender, Sayang. Kamu harus bisa membiasakan diri dengan jadwal suamimu. Di maskapai tempatku bekerja, mereka hanya menetapkan minimal delapan hari libur dalam sebulan. Terkadang selama seminggu aku punya satu atau dua kali day off, bahkan ada yang sampai full dalam seminggu. Tergantung jadwalnya. Jadi kamu jangan terlalu berharap banyak kalau aku akan menghabiskan waktuku di rumah." Dulu setiap kali Kevin tidak berada di rumah atau ti
Read more

PERTENGKARAN HEBAT

Seminggu berlalu. Aku semakin merasa nyaman di tempatku bekerja. Semua staf yang ada di perusahaan itu ramah dan baik-baik. Terutama di bagian departemen marketing dan IT---yang rata-rata karyawannya cowok. Setiap ada kesempatan, mereka selalu menggodaku. Mengeluarkan jurus rayuan gombal seperti yang dilakukan oleh Heri dan gerombolannya saat ini."Ayang Reyna, kalau perlu bantuan tinggal ngomong aja. Akang Heri siap kok bantu bidadari surga yang tiba-tiba mendarat di kantor kita." Gurauan Heri langsung mendapat toyoran dari teman-temannya."Jangan bacot lo, Her. Gimana mau bantuin Reyna kalau hitung duit berjuta-juta aja langsung gagu!" Sambar Dito asal sambil terbahak."Reyna, nanti pulang kantornya dijemput siapa? Biar Abang Zaki anterin ya, sekalian mau ketemu orangtuanya buat langsung ngajuin lamaran." Zaki menyambung gurauan saat ia tengah berdiri di sudut meja sambil mengerling dengan genit.Aku hanya tertawa melihat aksi mereka. Sedangkan Indah---yang baru saja hadir---langsun
Read more

NENEK MENINGGAL

Aku berjalan sempoyongan melewati lorong rumah sakit. Aku menggenggam erat tas ransel di tangan kananku yang berisikan seluruh pakaian Kevin. Mungkin dia membutuhkannya. Tapi kaki ini mendadak berhenti, saat kulihat Kevin dan Wanda berdebat hebat di tengah lorong. Sulit untuk berbalik badan lagi ketika sekujur tubuh sudah membeku seperti es. Dari jarak jauh, di tempatku berdiri, aku mendengar percakapan mereka. "Kalau Mbak Reyna minta cerai, ya udah ceraiin ajalah, Mas! Kenapa juga cewek kayak gitu mesti dipertahankan! Aku sama Nenek mendengar semua kalimat kasar yang terlontar dari mulut dia. Bukan hati nenek aja yang tersayat-sayat, tapi hatiku juga! Sosok kakak yang selalu aku bangga-banggakan, aku sanjung-sanjung, direndahkan harga dirinya sama cewek kayak Mbak Reyna!" Sedangkan laki-laki yang duduk di kursi tunggu itu---mengusap wajahnya pelan. Kevin memakai seragam pilotnya. "Kenapa Mas harus menikah kalau ujung-ujungnya ... yang terjadi justru perceraian?" Ia mendongak untu
Read more

MAAFKAN AKU, KEVIN!

Aku mencari baju Kevin di lemari, memilih satu dan meletakkannya di atas ranjang. Beberapa detik berikutnya, pintu kamar mandi terbuka, Kevin keluar dengan handuk yang dililitkan di pinggang. Kemudian ia berjalan ke lemari, mencari baju untuk dipakai. "Kev, aku udah pilihin baju buat kamu." Dia mengambil kaos abu-abu dan mengenakannya di badan. "Aku udah pakai baju," jawabnya dan langsung merebahkan diri di sofa. Aku menatap baju yang kupilih tadi dengan iba. Akhirnya aku kembali menyimpannya di dalam lemari, lalu meringkuk di ranjang sambil mencengkeram selimut kuat-kuat. Sekujur tubuhku menggigil. Suasana terasa begitu hening. Aku tahu kalau Kevin masih belum tidur. Pikirannya menerawang ke langit-langit kamar. "Kev ...." Dia tidak menjawab. Aku menahan napas dan mencoba lagi. "Kev ...." Suaraku bergetar. "Kamu mau nggak tidur di samping aku? Aku takut." Dan aku pun menangis terisak seperti bocah. Terdengar helaan napas yang begitu panjang dari Kevin. Tanpa berkutik ia men
Read more

AKU HAMIL, SAYANG

Pontang-panting, aku berlari ke toilet. Mengeluarkan seluruh isi perutku yang hanya berupa cairan. Perutku kembali berputar seolah dililit, lagi-lagi kepalaku terasa pusing tujuh keliling. Tenagaku sudah terkuras habis, hampir tujuh hari aku tidak mengisi perutku dengan makanan. Aku kembali ke tempat tidur, aku menatap layar ponsel yang sama sekali tidak ada tanda-tanda balasan pesan dari Kevin. To : Kevin Narendra Apa kabar kamu sekarang? Apakah baik-baik saja? Bagaimana dengan rute penerbanganmu? Apakah lancar? Di sini aku sangat membutuhkan perhatian kamu, Kevin. Kepalaku sakit, perutku keram, aku juga muntah-muntah. Biasanya kalau aku sakit, aku bisa jaga diri sendiri waktu kamu lagi pergi. Tapi sekarang, aku justru ingin kamu menjagaku. Kamu pulang ya, jangan tinggalin aku sendirian. Aku gak bisa hidup tanpa kamu. ***** "Reynaaa! Bukain pintunya, please!" Suara teriakan Riska terdengar nyaring di depan pintu. "Rey, kalau lo nggak mau bukain pintunya ... gue bakal dobrak i
Read more

JANINKU KEGUGURAN

Ketegangan terasa berpendar di udara. Hanya ada suara gemericik air aquarium di sudut ruangan. Meja diketuk berulang kali dengan seirama---ketika lelaki di hadapanku hanya menatap wajahku dengan pandangan kosong. "Jadi, kamu bisa jelasin apa yang terjadi sama kamu? Hampir seminggu kamu nggak masuk kerja, Reyna. Surat izin atau surat sakit juga tidak sampai ke meja saya. Jujur saja, saya kecewa terhadap kamu. Karena kamu tidak mematuhi peraturan yang sudah saya terapkan di perusahaan ini." Tatapan mata dan suara Pak Naufal sangat serius. Di tempatku duduk, aku mulai gelisah. Kaki dan tanganku sudah gemetaran. Setelah menelan ludah dengan susah payah, aku mulai angkat bicara. "Saya minta maaf sebesar-besarnya karena saya sudah tidak profesional dalam bekerja, Pak. Dan maaf juga karena saya telah membohongi perusahaan ini." Aku menggigit bibir bawah kuat-kuat, merasa takut. "Sebenarnya saya udah menikah. Dan sekarang saya sedang mengandung." Suasana berubah menjadi hening. Gurat waja
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status