“Aduh, sakit, Pak Loman. Pelan-pelan aja ngolesinnya!” ringis Feyana ketika Pak Loman memberinya obat merah ke lukanya.Pak Loman ikut meringis ngilu membayangkan sakitnya jadi Feyana, perempuan ini terlihat sudah babak-belur.“Kamu juga sih, kenapa malah memancing mereka untuk menghajarmu? Sudah tahu mereka pemarah dan dirimu baru saja berkelahi dengan pidana sel sebelah. Gimana kalau aku telat datang ke selmu, pasti sudah makin hancur badanmu sekarang. Lihatlah luka lebam-lebam ini! Ngilu aku lihatnya,” oceh Pak Loman prihatin.Feyana mencoba tersenyum meski malah berakhir lukanya makin sakit karena bibirnya tertarik. Ia sangat suka dengan kepedulian Pak Loman padanya. Dia seperti ayahnya saja. Mungkin jika ayahnya di sini, ia akan bertindak tak beda jauh dengan Pak Loman, mengomelinya tapi tetap mengobati sembari ikut merasakan perih yang Feyana alami.“Kamu pasti ingat ayahku, kan? Dia juga sama sepertiku yang cerewet, ya?” celetuk Pak Loman setelah memberi plester pada luka baret
Last Updated : 2024-08-27 Read more