Semua Bab Istri kedua pilihan mertua : Bab 21 - Bab 30

92 Bab

Carla kecewa

Memalukan!Satu kata itu yang ingin Carla teriakkan di telinga Abi dan ibunya. Bertahun-tahun dirinya bersusah payah menaikkan derajat dan martabat keluarga suaminya, baru kali ini hancur karena sebuah jebakan yang disadari oleh Abi. Tujuh tahun yang lalu saat Abi mendekati Carla, belum pernah sama sekali berbuat tak senonoh hingga membuat mereka jatuh dalam skandal.Aneh! Mengapa baru sekarang sifat liar Abi keluar.“Sebenarnya, saya tak percaya dengan pernyataan yang dituduhkan oleh keluarga kalian,” ujar Carla melirik sinis pada salah satu pria yang sejak tadi memaksa ketua RT untuk percaya dengan skandal yang dibuat oleh Abi. “Ada saksi selain anda yang bersifat netral?”Tak ada yang bicara, ruangan hening seketika.“Tapi, saya lihat dia pegang dada Risya. Dia—”“Saya bisa dijadikan jaminan oleh kalian. Kalau memang Abi adalah pria mesum, sejak kami berkenalan dulu dia akan berbuat nakal.”Abi tersenyum mendengar Carla yang berani bersaksi atas dirinya. Lalu setelah Carla bicara,
Baca selengkapnya

Kecewa kesekian kalinya

Carla pulang dengan wajah masam tak berbentuk. Sejak pulang dari rumah kepala RT tadi, pikirannya melayang entah kemana. Banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada suaminya tapi entah mengapa semuanya menguap begitu saja. Rayya berkali-kali menoleh ke belakang, memastikan temannya baik-baik saja. Carla jadi sosok yang berbeda kali ini. Rayya memakluminya. Carla mungkin merasa terkhianati dengan sikap dan tingkah laku Abi yang selama ini dibanggakannya. Helaan napas kasar Carla cukup membuktikan seberapa besar masalah yang tengah dihadapinya. “Carla, kamu istirahat saja nanti.Kalau butuh sesuatu, kamu bisa hubungi aku atau Bimo. Jangan sungkan ya. Aku selalu ada untuk kamu,” ujar Rayya sebelum membiarkan Carla turun dari mobilnya. Carla mengangguk dengan senyuman manis merekah di bibirnya. “Terima kasih.” “Adam di rumah kami saja untuk sementara. Ada Jihan dan Rayhan, kebetulan adik aku lagi main di rumah.” Bimo menawarkan bantuan juga pada Carla yang dibalas anggukan olehnya. C
Baca selengkapnya

Terpaksa membantu calon istri Abi

Hari yang melelahkan. Carla duduk dengan santai di ruang tengah sambil memijit kakinya yang terasa pegal. Sejak tadi pagi dirinya belum sempat beristirahat sama sekali. Setelah dari acara seminar, melanjutkan pergi mengunjungi bazaar produk kementrian lalu kembali ke kantor dan akhirnya pulang.Wajah lelah Carla telah menjelaskan segalanya. Ia hanya ingin beristirahat memejamkan matanya dengan tenang tanpa ada yang menganggunya.Namun sepertinya itu hanya ada dalam angan-angan Carla. Baru saja ia hendak beranjak masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba saja ada yang datang membuyarkan rencananya.“Carla, kebetulan kamu sudah pulang,” teriak kegirangan Riandari seperti sedang menemukan harta berharga di depannya. Bahu Carla merosot. Seseorang yang tak diharapkannya datang menganggu rencananya beristirahat.“Ada apa, Bu?” jawab Carla malas. Mata bulatnya melirik seorang wanita yang tengah berdiri di belakang ibu mertuanya. Wanita cantik yang akan jadi istri baru Abi dalam satu bulan ke depan.
Baca selengkapnya

Prewedding

"Mas Abi, hari ini...." sebelum meneruskan kata-katanya Abi sang suami terlihat melotot ke arah Carla dan ia pun seketika diam. Sejak pagi, Carla selalu menghujani Abi dengan permintaan dan selalu mengingatkan Abi untuk cuti satu hari ini. Alasannya, Abi dan Risya calon istrinya harus melakukan foto prewedding. Sudah beberapa kali Abi tak setuju dan menolak dengan tegas. Tapi apa yang Carla lakukan? Ia tetap memaksa. "Bisa diam tidak? Aku sudah tahu." Abi belum beranjak dari layar laptopnya sejak pagi hari sedangkan pemotretan akan dilakukan satu jam lagi. Bahkan, Risya sudah lebih dulu datang ke studio sebelum Abi. "Pemotretan jam sepuluh, Mas. Risya sudah sampai. Ayolah, Mas." Carla menarik tangan Abbi. Dengan terpaksa Abi menuruti kemauan Carla. Ia segera berganti pakaian seadanya, lalu memanaskan kendaraan. Wajah Abi terlihat masam. Carla yang duduk di sebelahnya tak sedikitpun disahuti omongannya. Carla maklum, karena memang sejak awal Abi tak menginginkan pernikahan ini. Sa
Baca selengkapnya

Sebelum hari itu

Dua minggu sebelumnya Bimo menghubungi Carla tengah malam. Di saat semua orang terlelap, sahabat Abi yang sering menasehati suami Carla itu tiba-tiba saja meminta bantuannya. Hari telah menunjukkan pukul dua belas malam. Untung saja Carla belum tertidur. Panggilan Bimo pun dijawab dengan dahi mengernyit heran. 'Ada sesuatu yang penting kah?' "Ada apa, Bim?" tanya Carla begitu menjawab panggilan yang terhubung itu. "Syukurlah kamu belum tidur. Aku minta maaf ganggu kamu malam-malam. Tadi, selepas isya sepupu kamu datang ke rumah aku. Dia mau nuntut aku dan kafe milik Hadi atas tuduhan penipuan. Dia juga bawa-bawa nama kamu." Carla membelalakkan matanya. Ia baru dengar ada masalah antara Bimo dan sepupunya. Sudah lama ia juga tak bertemu dengannya. "Lalu, apa yang dia katakan? Aku sama sekali belum dapat informasi dari dia." Carla melangkah keluar kamar lalu menutup pintunya. Takut jika Abi mendengar suaranya lalu terbangun. Ia memilih duduk di dekat taman di belakang dapur samb
Baca selengkapnya

Biaya tambahan nikah

Risya dan Riandari rupanya tak ingin membuat satu hari bahagia dalam hidup Carla. Setelah sebelumnya berhasil membuat malu dan memaksanya untuk membantu mereka, kini keduanya kembali datang meminta bantuannya. Pagi hari saat Carla baru saja membuka pintu rumahnya, Riandari sudah duduk di teras bersama dengan Risya. Carla mengernyitkan dahinya heran. Pasalnya, keduanya berdandan sangat rapi seperti akan pergi ke suatu tempat. Seingatnya tadi, Abi masih tidur dan tak mengatakan apapun mengenai ibunya. "Ibu? Mau kemana?" tanya Carla sambil menyalami telapak tangan ibu mertuanya. Carla ikut duduk di sampingnya. "Bi, buatkan minuman. Ibu masuk ke dalam yuk." Carla dan kedua tamunya kembali berdiri lalu masuk ke dalam rumah. Ruang tamu masih gelap, Carla belum sempat membereskannya tadi. "Ada apa nih, pagi-pagi kesini?" Carla dengan murah hati tersenyum pada mereka. Namun hanya Risya yang membalasnya malu-malu sedangkan ibu mertuanya tetap dalam posisi diam tak merespon. "Ibu kesini m
Baca selengkapnya

Mencari pengganti yang baru

Carla datang ke kantor pada siang hari. Setelah masalah di rumahnya sudah berhasil diatasi, ia memilih pergi untuk menenangkan dirinya di kantor. Adam sudah terabaikan dua minggu terakhir. Ia hanya tahu perkembangannya dari bibi dan juga Rayya yang sering membantunya menemani anaknya itu. Seharusnya, jika ibu mertuanya tak ikut campur dengan urusan rumah tangganya dengan Abi, mungkin saja saat ini ia akan hidup dengan tenang. "Selamat siang, mbak Carla." Hani masuk ke dalam ruangan Carla yang baru saja datang. Setumpuk berkas sudah ada di tangannya, siap untuk diberikan pada Carla. "Siang, Hani. Ada kabar baik hari ini?" tanya Carla disela kesibukannya menyusun jadwal hari ini. "Ini berkas yang harus mbak Carla tanda tangani. Hari ini, kita kedatangan talent dari agensi yang mbak datangi dua bulan lalu. Kita akan mulai seleksi untuk ikut training membahas produk yang akan kita luncurkan dua bulan lagi," jawab Hani panjang lebar yang dibalas dengan anggukan oleh Carla. "Cari yang
Baca selengkapnya

Kekecewaan yang ke sekian kali

Adam tak mau bicara dengan ayahnya sejak kemarin. Abi sudah mencoba berbagai cara tapi anak itu semakin lama semakin menjauh. Tadi siang saat Abi pulang kerja, biasanya Adam akan datang menyambutnya dengan membawakan minuman tapi hari ini tidak ada sama sekali. Adam malah hanya diam di depan tv sambil mengunyah makanan ringan di tangannya. "Adam mau makan apa buat malam nanti?" Carla berteriak dari dapur. Hari ini, Carla sengaja berada di rumah seharian untuk menjaga Adam yang katanya kesepian. Adam beringsut dari sofa lalu berlari ke dapur menemui ibunya. Adam menunjuk seonggok daging yang sudah dipotong tipis-tipis dan diberi bumbu oleh Carla. "Mau teriyaki, boleh?" tanya Adam dengan senyuman manisnya. Carla mengangguk. "Boleh dong. Kalau sayurannya?" "Aku mau tumis brokoli pake bawang putih. Tapi kalau pakai saus tiram juga boleh." Adam sejak kecil sering membantu Carla di dapur. Terkadang, Carla mengajaknya membuat kue atau makanan ringan. Namun sejak perusahaan barunya berd
Baca selengkapnya

Rasa bersalah Abi

"Mama, bisa datang kan?" Adam berdiri depan pintu kamar Carla yang terbuka. Ibunya sedang merias wajah dan rambut. Adam berjalan menghampiri ibunya yang belum menyadari kedatangannya tadi. "Eh sayang. Mama belum selesai. Sebentar ya." "Mama cantik. Adam suka lihat mama pakai itu yang merah-merah di bibir," tunjuk Adam. "Oh, ini lipstik. Biar bibir mama enggak pucat." Adam tiba-tiba berjinjit lalu mengecup pipi ibunya. Ia tersenyum setelahnya. Carla tentu saja kaget melihat kejutan kecil dari Adam. "Aku sayang mama." Adam sudah tak mau tahu lagi tentang ayahnya. Baginya, Abi adalah ayah yang jahat. Itu semua karena cerita dari neneknya yang mengatakan bahwa ayahnya akan membuang ibunya jika sudah menikah dengan istri barunya. Adam menjadi lebih posesif pada Carla sejak saat itu. Semua yang dilakukan ayahnya selalu mendapat tanggapan sinis darinya. Abi tak bisa mengelak, ia memang pantas untuk diberi sindiran oleh anaknya. "Kamu sudah sarapan?" Adam menggelengkan kepalanya. "Bib
Baca selengkapnya

Menenangkan diri

Carla sengaja tak pulang ke rumah malam ini. Setelah selesai menemani Adam di acara sekolah, ia segera membawa anaknya itu pergi ke rumah mewah yang pernah dibelinya dua tahun silam. Rumah yang disembunyikan olehnya dari sang suami. Rupanya, Carla sudah merasakan keretakan rumah tangganya sejak dulu hingga keputusannya membeli rumah adalah keputusan yang tepat saat ini. "Ma, kita mau kemana?" tanya Adam. Carla hanya tersenyum, ia sedang sibuk mengirim pesan kepada asistennya di kantor. Lima menit kemudian, Carla menutup laptopnya lalu menjawab pertanyaan yang tadi diajukan oleh Adam. "Kita mau ke rumah mama." "Rumah mama?" Carla mengangguk. "Rumah mama yang dekat sama rumah eyang kan?" Carla mengangguk pelan. Adam memiliki memori yang baik dalam mengingat sesuatu. Carla memang pernah mengajak anaknya ke rumah miliknya satu tahun yang lalu. Ia juga ingat kalau rumah Carla berdekatan dengan rumah ibunya. "Adam senang akan bertemu eyang?" Adam mengangguk pelan. Carla melihat ada ker
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status