Share

Sebelum hari itu

Author: Rachel Bee
last update Last Updated: 2024-07-19 19:06:36

Dua minggu sebelumnya

Bimo menghubungi Carla tengah malam. Di saat semua orang terlelap, sahabat Abi yang sering menasehati suami Carla itu tiba-tiba saja meminta bantuannya.

Hari telah menunjukkan pukul dua belas malam. Untung saja Carla belum tertidur. Panggilan Bimo pun dijawab dengan dahi mengernyit heran.

'Ada sesuatu yang penting kah?'

"Ada apa, Bim?" tanya Carla begitu menjawab panggilan yang terhubung itu.

"Syukurlah kamu belum tidur. Aku minta maaf ganggu kamu malam-malam. Tadi, selepas isya sepupu kamu datang ke rumah aku. Dia mau nuntut aku dan kafe milik Hadi atas tuduhan penipuan. Dia juga bawa-bawa nama kamu."

Carla membelalakkan matanya. Ia baru dengar ada masalah antara Bimo dan sepupunya. Sudah lama ia juga tak bertemu dengannya.

"Lalu, apa yang dia katakan? Aku sama sekali belum dapat informasi dari dia."

Carla melangkah keluar kamar lalu menutup pintunya. Takut jika Abi mendengar suaranya lalu terbangun. Ia memilih duduk di dekat taman di belakang dapur samb
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri kedua pilihan mertua    Biaya tambahan nikah

    Risya dan Riandari rupanya tak ingin membuat satu hari bahagia dalam hidup Carla. Setelah sebelumnya berhasil membuat malu dan memaksanya untuk membantu mereka, kini keduanya kembali datang meminta bantuannya. Pagi hari saat Carla baru saja membuka pintu rumahnya, Riandari sudah duduk di teras bersama dengan Risya. Carla mengernyitkan dahinya heran. Pasalnya, keduanya berdandan sangat rapi seperti akan pergi ke suatu tempat. Seingatnya tadi, Abi masih tidur dan tak mengatakan apapun mengenai ibunya. "Ibu? Mau kemana?" tanya Carla sambil menyalami telapak tangan ibu mertuanya. Carla ikut duduk di sampingnya. "Bi, buatkan minuman. Ibu masuk ke dalam yuk." Carla dan kedua tamunya kembali berdiri lalu masuk ke dalam rumah. Ruang tamu masih gelap, Carla belum sempat membereskannya tadi. "Ada apa nih, pagi-pagi kesini?" Carla dengan murah hati tersenyum pada mereka. Namun hanya Risya yang membalasnya malu-malu sedangkan ibu mertuanya tetap dalam posisi diam tak merespon. "Ibu kesini m

    Last Updated : 2024-07-20
  • Istri kedua pilihan mertua    Mencari pengganti yang baru

    Carla datang ke kantor pada siang hari. Setelah masalah di rumahnya sudah berhasil diatasi, ia memilih pergi untuk menenangkan dirinya di kantor. Adam sudah terabaikan dua minggu terakhir. Ia hanya tahu perkembangannya dari bibi dan juga Rayya yang sering membantunya menemani anaknya itu. Seharusnya, jika ibu mertuanya tak ikut campur dengan urusan rumah tangganya dengan Abi, mungkin saja saat ini ia akan hidup dengan tenang. "Selamat siang, mbak Carla." Hani masuk ke dalam ruangan Carla yang baru saja datang. Setumpuk berkas sudah ada di tangannya, siap untuk diberikan pada Carla. "Siang, Hani. Ada kabar baik hari ini?" tanya Carla disela kesibukannya menyusun jadwal hari ini. "Ini berkas yang harus mbak Carla tanda tangani. Hari ini, kita kedatangan talent dari agensi yang mbak datangi dua bulan lalu. Kita akan mulai seleksi untuk ikut training membahas produk yang akan kita luncurkan dua bulan lagi," jawab Hani panjang lebar yang dibalas dengan anggukan oleh Carla. "Cari yang

    Last Updated : 2024-07-22
  • Istri kedua pilihan mertua    Kekecewaan yang ke sekian kali

    Adam tak mau bicara dengan ayahnya sejak kemarin. Abi sudah mencoba berbagai cara tapi anak itu semakin lama semakin menjauh. Tadi siang saat Abi pulang kerja, biasanya Adam akan datang menyambutnya dengan membawakan minuman tapi hari ini tidak ada sama sekali. Adam malah hanya diam di depan tv sambil mengunyah makanan ringan di tangannya. "Adam mau makan apa buat malam nanti?" Carla berteriak dari dapur. Hari ini, Carla sengaja berada di rumah seharian untuk menjaga Adam yang katanya kesepian. Adam beringsut dari sofa lalu berlari ke dapur menemui ibunya. Adam menunjuk seonggok daging yang sudah dipotong tipis-tipis dan diberi bumbu oleh Carla. "Mau teriyaki, boleh?" tanya Adam dengan senyuman manisnya. Carla mengangguk. "Boleh dong. Kalau sayurannya?" "Aku mau tumis brokoli pake bawang putih. Tapi kalau pakai saus tiram juga boleh." Adam sejak kecil sering membantu Carla di dapur. Terkadang, Carla mengajaknya membuat kue atau makanan ringan. Namun sejak perusahaan barunya berd

    Last Updated : 2024-07-23
  • Istri kedua pilihan mertua    Rasa bersalah Abi

    "Mama, bisa datang kan?" Adam berdiri depan pintu kamar Carla yang terbuka. Ibunya sedang merias wajah dan rambut. Adam berjalan menghampiri ibunya yang belum menyadari kedatangannya tadi. "Eh sayang. Mama belum selesai. Sebentar ya." "Mama cantik. Adam suka lihat mama pakai itu yang merah-merah di bibir," tunjuk Adam. "Oh, ini lipstik. Biar bibir mama enggak pucat." Adam tiba-tiba berjinjit lalu mengecup pipi ibunya. Ia tersenyum setelahnya. Carla tentu saja kaget melihat kejutan kecil dari Adam. "Aku sayang mama." Adam sudah tak mau tahu lagi tentang ayahnya. Baginya, Abi adalah ayah yang jahat. Itu semua karena cerita dari neneknya yang mengatakan bahwa ayahnya akan membuang ibunya jika sudah menikah dengan istri barunya. Adam menjadi lebih posesif pada Carla sejak saat itu. Semua yang dilakukan ayahnya selalu mendapat tanggapan sinis darinya. Abi tak bisa mengelak, ia memang pantas untuk diberi sindiran oleh anaknya. "Kamu sudah sarapan?" Adam menggelengkan kepalanya. "Bib

    Last Updated : 2024-07-25
  • Istri kedua pilihan mertua    Menenangkan diri

    Carla sengaja tak pulang ke rumah malam ini. Setelah selesai menemani Adam di acara sekolah, ia segera membawa anaknya itu pergi ke rumah mewah yang pernah dibelinya dua tahun silam. Rumah yang disembunyikan olehnya dari sang suami. Rupanya, Carla sudah merasakan keretakan rumah tangganya sejak dulu hingga keputusannya membeli rumah adalah keputusan yang tepat saat ini. "Ma, kita mau kemana?" tanya Adam. Carla hanya tersenyum, ia sedang sibuk mengirim pesan kepada asistennya di kantor. Lima menit kemudian, Carla menutup laptopnya lalu menjawab pertanyaan yang tadi diajukan oleh Adam. "Kita mau ke rumah mama." "Rumah mama?" Carla mengangguk. "Rumah mama yang dekat sama rumah eyang kan?" Carla mengangguk pelan. Adam memiliki memori yang baik dalam mengingat sesuatu. Carla memang pernah mengajak anaknya ke rumah miliknya satu tahun yang lalu. Ia juga ingat kalau rumah Carla berdekatan dengan rumah ibunya. "Adam senang akan bertemu eyang?" Adam mengangguk pelan. Carla melihat ada ker

    Last Updated : 2024-07-28
  • Istri kedua pilihan mertua    Pernikahan itu pun tiba

    Abi memandang datar pelaminan yang terhampar di depan matanya. Pelaminan berwarna biru emas itu tampak cantik dan anggun dipandang. Risya yang memilihnya. Wanita yang telah resmi menjadi istri Abi yang kedua itu tersenyum bahagia sejak dirinya berhak menyandang gelar nyonya Abi. Sebaliknya, Abi nampak bingung dan tegang saat dirinya jadi pusat perhatian para tamu undangan. Ini bukan pertama kalinya ia menikah, tapi mengapa rasanya berbeda? Dua jam yang lalu... Abi menggenggam tangan ayah Risya lalu mengucapkan janji suci di hadapan penghulu. Bibirnya bergetar saat menyebutkan nama Risya. Ada perasaan bersalah yang diam-diam menghantui dirinya. Mengapa ia merasa telah mendorong jauh Carla dan Adam dari hidupnya? "Sah!" teriakan seksi dan para tamu undangan menyentak lamunannya. Abi tersenyum hampa. Ibu dan istrinya tampak bahagia dengan senyuman lebar menghiasi bibir mereka. "Mas!" tiba-tiba saja suara Risya berdenging di telinganya. Rupanya di

    Last Updated : 2024-07-29
  • Istri kedua pilihan mertua    Malam pertama pernikahan Abi

    Malam harinya, Abi dan Risya yang sekarang resmi menyandang gelar suami istri merasakan kecanggungan saat keduanya duduk bersama di dalam kamar suit hotel yang mereka sewa selepas resepsi. Tak ada obrolan, tak ada saling menyapa. Keduanya terdiam tanpa kata. Abi memilih segera membersihkan diri dan duduk di depan televisi sambil memainkan ponsel. Sedangkan Risya masih duduk di atas ranjang dengan pandangan menunduk. Ia tak tahu dengan apa yang ia pikirkan dan rasakan. Satu sisi ia bahagia sudah menikah dan memiliki suami yang baik namun di sisi yang lainnya, ia sedih karena cinta sang suami lebih besar untuk istri pertamanya. Detik jam berganti, Risya pun segera membersihkan diri setelah lelah bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia memilih membaringkan tubuhnya di atas ranjang hotel. Hawa pendingin ruangan makin membuat dingin hati Risya, beku karena kenyataan yang ada. Abi beranjak dari ruang tv menuju kamarnya. Ia berdiri di depan kaca yang menghadap

    Last Updated : 2024-07-30
  • Istri kedua pilihan mertua    Tidak sesuai rencana

    Pagi sekali Abi sudah bangun. Sebenarnya ia tak bisa tidur tadi malam. Pikiran tentang Carla bergelayut di kepalanya, membuat tidurnya tak tenang. Semalam ia memilih tidur satu kasur berdua dengan Carla. Tak ada kegiatan apapun, karena Abi lelah karena tenaganya terkuras habis untuk resepsi pernikahan. Setengah jam berada di kamar mandi, Abi pun keluar dengan handuk yang masih menutupi area pribadinya. Ia tadi lupa membawa pakaian ganti. Tak mungkin juga ia membangunkan istrinya yang masih nyenyak tidur. "Mas Abi sudah bangun?" suara serak Risya membuat langkah Abi terhenti. Namun tangannya sibuk mencari pakaian ganti untuk ia pakai hari ini. "Cari apa, Mas?" "Baju. Aku mau pulang cepat. Kepalaku sakit," keluhnya. Risya menghela napas kesal. Bagaimana tidak, niatnya tidur di hotel untuk bulan madu lalu berjalan-jalan menjadi tak terpenuhi karena suaminya memilih untuk pulang lebih dini. Dengan bibir yang mencebik dan te

    Last Updated : 2024-09-02

Latest chapter

  • Istri kedua pilihan mertua    Langkah Awal Setelah Curiga

    Kecurigaan Adam ada benarnya. Ia sudah mengunci gerak-gerik Risya sejak wanita itu masuk ke dalam ruangan ayahnya. Wajah Risya terlihat kaku dan pucat seperti baru saja melihat hantu. Apalagi saat sedang bicara dengan Abi, matanya terus menerus melirik arloji dan yang paling mencurigakan, wajahnya kembali pucat saat menerima panggilan telepon entah dari siapa. Adam itu memiliki insting yang kuat dan terbukti semua yang ia curigai jadi kenyataan. Dengan tenang, Adam berdiri mengintai Risya yang berjalan tenang menghampiri seseorang di pelataran parkir rumah sakit. Seorang pria yang mungkin umurnya diatas 35 tahun. Adam tak pernah melihatnya sama sekali. Adam berjalan mengendap-endap mengikuti langkah Risya. Sedikit pertengkaran di awal, pria itu marah lalu menyeret Risya masuk ke dalam mobil sambil menunjuk-nunjuknya. Ada kata-kata kotor yang Adam dengar dari kejauhan. Risya menangis tapi Adam tak peduli. Adam mengambil foto dari arah yang cukup dekat, balik tembok besar diantara mo

  • Istri kedua pilihan mertua    Coba-coba Main Belakang

    "Ingat, waktu kamu hanya lima belas menit. Lebih dari itu, aku datangi kamar suami kamu dan—" "Iya, iya. Kamu ancam aku?" Sandy terkekeh. Di balik kacamatanya, ia menyeringai. Mantan kekasihnya itu terlihat frustasi dengan ancaman yang baru saja diberikannya. Mereka berdiri di depan gedung rumah sakit tempat Abi dirawat. Hanya melangkah ke arah lorong belakang lalu naik ke lantai lima, mereka bisa menemukan ruang rawat pria itu. Sandy bisa saja ikut naik ke atas, lalu menceritakan semuanya pada suami Risya. Tapi, rasanya itu terlalu cepat. Ia ingin sedikit bermain-main dengan wanita yang telah meninggalkannya dulu. "Sayang, kamu kok malah kasar sih? Oh, apa kamu mau aku ikut ke atas? Yah, enggak masalah sih. Palingan kamu bakalan diceraikan sama dia saat ini juga," ujar Sandy disertai kekehan. "Kamu seneng banget ya kalau aku cerai? Kamu mau balas dendam sama aku?" teriak Risya. Untung saja dia dan Sandy berada di tempat parkir, tidak ada yang mendengar pertengkaran mereka karena

  • Istri kedua pilihan mertua    Tak Ada Perasaan

    Pagi menjelang. Adam terbangun lebih dulu dari tidurnya yang cukup nyenyak semalam. Saat membuka mata, tatapan matanya jatuh pada tubuh ayahnya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Adam menghela napas berat. Wajah yang masih kusut karena kurang tidur diusapnya. Setelah sadar sepenuhnya, ia beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tadi malam, pak Us datang membawakan pakaian ganti dan perlengkapan mandi untuknya. Ia pikir itu Risya, ternyata bukan. Bicara soal Risya, istri ayahnya itu tidak ikut dan tidak datang ke rumah sakit untuk menemani suaminya. Entah dia takut, malu, syok atau memang sudah tak peduli lagi dengan suaminya. Adam tak peduli. "Papa sudah bangun?" sapa Adam yang baru saja ke luar dari kamar mandi. Abi mengangguk lemah. "Mau ke kamar mandi? Adam bantu yuk." Abi melirik ke arah tas dan tempat makan yang berada di atas meja. Lalu bertanya pada anaknya, "Risya semalam datang?" "Bukan. Itu dari pak Us." Abi mendengus kasar. Ia pikir,

  • Istri kedua pilihan mertua    Penyesalan Yang Diubah

    Adam berlari mengejar brankar yang membawa tubuh ayahnya masuk ke dalam ruangan IGD sebuah rumah sakit. Ia berdiri di sebelah tirai yang tertutup dengan tangan gemetar. Dua orang suster datang membantu sang dokter yang berkali-kali memeriksa denyut nadi ayahnya. Sayup-sayup Adam mendengar mereka mengatakan bahwa denyut nadi ayahnya menghilang. Tak kuat melihatnya, Adam ke luar dari ruangan itu. Ia duduk di kursi Tungga sambil menundukkan kepala mengusap wajahnya dengan tangan. Lalu terdengar langkah seseorang yang datang mendekatinya dan berhenti tepat di hadapannya. "Adam, bagimana keadaan Abi?" tanya Bimo yang datang dengan raut wajah pucat. Adam tadi sempat memberitahu sahabat ayahnya itu. "Om..." Adam berdiri lalu memeluk Bimo. Ia menangis tersedu-sedu di pelukan sahabat ayahnya itu. "Adam takut, om. Adam takut papa pergi, om." "Apa yang terjadi sebenarnya, Adam? Bagaimana bisa, Abi tiba-tiba pingsan dengan hidung berdarah?" Adam hanya menggelengkan kepalanya. "Aku enggak tah

  • Istri kedua pilihan mertua    Keadaan Runyam

    Setelah puas bermain hingga sore, Fariska tertidur di dalam pangkuan Adam karena kelelahan. Jihan terkekeh melihat kedekatan Adam dan adik tirinya yang makin hari makin lengket seperti ayahnya sendiri. "Lucu ya, Fariska malah deketnya sama kamu," celetuk Jihan sambil mengusap lembut rambut lembut Fariska. "Padahal baru deket beberapa bulan lalu loh. Aku sama dia tuh beda delapan tahunan lebih. Dari kecil enggak pernah nyapa, megang juga. Eh, begitu aku balik langsung minta gendong." Adam terkekeh jika membayangkan hal itu lagi. Entah sejak kapan mereka berdua terlalu dekat hingga tak canggung lagi seperti sekarang. "Kamu tuh orangnya lembut kalau sama anak kecil. Makanya dia seneng dekat kamu." "Iya kayaknya. Padahal aku galak loh." Jihan kini terkekeh mendengar pengakuan Adam yang tak sesuai dengan ucapannya. Adam yang ia tahu adalah pria yang humoris dan tak pernah meninggikan suaranya. "Mana ada? Kamu kan kalau ngomong lembut banget. Bikin cewek-cewek nempel. Ups." Jihan menu

  • Istri kedua pilihan mertua    Pengganggu Baru

    Abi berjalan gelisah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Dua matanya selalu tertuju pada jam dinding yang setiap menitnya terus berjalan. Sudah pukul dua belas malam, tidak biasanya Risya belum pulang hingga semalam ini. Tiga jam lalu dirinya sempat menghubungi nomor ponsel Risya, namun panggilannya tak terjawab. Lalu dirinya menghubungi Anna dan katanya, memang Risya sempat ke rumahnya sore hari tapi pukul tujuh dirinya pulang ke rumah. "Pergi ke mana dia?" gumam Abi yang masih gelisah. Karena sudah malam, ia memutuskan untuk beristirahat dan akan melanjutkan pencarian besok. Ia akan meminta bantuan Anna dan karyawan Risya yang biasanya tahu ke mana istrinya itu pergi. Di tempat berbeda, Risya tertidur setelah dipaksa meminum obat penenang oleh Sandy. Wanita itu tidur di kamar yang sama dengan mantan kekasihnya itu. Bahkan ia tak sadar jika dirinya tidur dipelukannya. "Sudah lama ya, Ris. Delapan tahun lebih loh. Kenapa kamu enggak tungguin aku dulu sih? Malah nikah sama laki

  • Istri kedua pilihan mertua    Masalah Baru

    Dokter Dimas selesai melakukan terapi pada Fariska. Anak kedua Abi itu sudah mulai ada perkembangan setelah kunjungannya minggu lalu. Ternyata, semua ini karena tekanan psikis dari ibunya yang membuat mental Fariska terganggu. Selama delapan tahun Fariska bersama Risya, anak itu seringkali mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan. Selama itu pula Fariska memendamnya tanpa berani bicara pada siapapun. Abisena sang ayah hanya datang sesekali mendengarkan anaknya bicara, tapi selalu dibalas dengan senyuman tanpa ada teguran pada istrinya. Abisena menganggap, kebiasaan Fariska wajar di usianya yang masih kecil tapi sebenarnya itu adalah awal terganggunya psikis sang anak. "Bagaimana dokter Dimas? Ada perkembangan dengan Fariska?" tanya Abisena yang tak sabar ingin tahu keadaan anaknya. Fariska sudah bisa menyusun alphabet dan juga angka dengan benar. Bahkan bisa menyebutkan nama hewan dan tumbuhan. Anak itu sudah mulai berani bercerita apa saja yang dilihatnya. Jauh lebih baik dari kea

  • Istri kedua pilihan mertua    Kesalahan Besar

    "Jadi, ini yang kamu lakukan selama aku tak ada di rumah?" tanya Abi dengan suara dinginnya. Risya menunduk takut. Tangannya saling mengerat satu sama lain. "Aku, tak tahu apa yang harus kulakukan selain menceraikanmu. Ini sudah kedua kalinya kamu mengecewakan aku, Risya." "Mas, aku bisa jelaskan semuanya. Aku melakukan ini karena terpaksa. Aku, terjerat hutang dan aku tak memiliki uang untuk membayarnya. Aku—" "Hutang? Bukannya kamu sudah punya pekerjaan sendiri? Uang yang aku berikan setiap bulan, kamu gunakan untuk apa?" Risya semakin menunduk ketakutan. Ia bingung akan berkata apa, mengatakan yang sejujurnya sama saja membuat lubang untuk dirinya. "Pa, kita langsung ke dokter aja. Sudah sore," ujar Adam menginterupsi. Abisena hanya mengangguk. Ia masuk ke dalam kamar untuk mengganti bajunya sebentar. "Tante, kalau masih mau sama papa, tante harus berubah. Kalau seperti ini terus, bisa jadi papa akan menceraikan tante secepatnya." Risya memicingkan matanya, ia mulai membenci la

  • Istri kedua pilihan mertua    Pencuri Dalam Rumah

    Bulan berlalu, Risya tak pernah lagi menganggu Fariska seperti yang diminta oleh Abi. Ia semakin sibuk dengan pekerjaannya, tanpa menghiraukan suaminya. Semua yang ada di kepalanya hanya uang dan popularitas. Abi pun tak pernah lagi bertegur sapa dengan istrinya, hanya sesekali jika sedang berkumpul di ruang makan. Itupun tanpa Adam dan Fariska. Kedua anaknya sudah enggan bertemu dengan Risya kecuali terpaksa. Siang itu, Adam pulang cepat dari kampus karena ingin membawa adiknya terapi ke dokter. Mereka akan berangkat sore hari sembari menunggu Abi pulang dari kantor. Risya yang tak mengira kalau anak tirinya akan pulang cepat, tergesa-gesa masuk ke ruang kerja suaminya lalu menutup pintunya. Risya kembali mengambil perhiasan milik Carla. "Halo, pa. Adam sudah di rumah. Ada yang darurat, pa?" tanya Adam yang baru saja sampai di rumah. Ia menaiki anak tangga pertama sambil memegang ponsel di telinganya. "Map yang dari dokter? Dibawa sekarang?" Adam terdiam mendengar instruksi dari

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status