Semua Bab Hasrat Terpendam Majikanku: Bab 21 - Bab 30

45 Bab

Part. 21

Enam tahun aku sekolah di SD, tiga tahun di SMP, dan tiga tahun di SMA. Aku belum pernah berpikir sampai sekeras ini. Perjabaran Tuan Stevan yang terasa lebih sulit daripada aljabar, ekspresi Nyonya Intan yang tak bisa diukur dengan rumus Kimia, juga wajah melongo Ahmad yang tak bisa digambarkan dengan nyata.Pada akhirnya sebelum sempat Tuan Stevan melanjutkan, kutepuk bahu Ahmad yang masih saja melongo dengan pelan, lalu memintanya meninggalkan kami.Oke, walaupun sulit setidaknya ada yang sedikit kupahami di sini. Terlepas fakta yang aku tahu tentang Tuan Stevan yang dulunya pernah kere. Ternyata Nyonya Intan juga salah paham tentang ucapan lelaki itu di ruang makan. Penyesalan yang ia katakan saat itu ternyata bukan karena menikahi istrinya yang sekarang, melainkan berkaca pada orang tuanya sendiri. "Baru sekarang saya menyadari bahwa situasi ini sebenarnya sama-sama nggak kami kehendaki. Pernikahan yang terjadi berdasarkan keinginan Berlian sebelum pergi, tapi dengan bodohnya s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Part. 22

Sudah terhidang di hadapan berbagai menu masakan yang Emak siapkan dari dur Ashar sampai gong Maghrib. Ada ikan goreng, ayam goreng, cah kanggung, cumi asam manis, tempe-tahu, sambel, plus lalaban. Aku hanya bisa melongo sembari menelan ludah. Please ... itu bukan hanya karena ekspresi kelaperan, tapi juga meringis membayangkan berapa banyak utang Emak di warung Pak rete sampe bisa masak sebanyak ini. Belum ditambah es jeruk yang langsung diperah dari sumbernya, juga cuci mulut berupa apel dan anggur. Sumpah, ya. Waktu selametan sunatan si Ahmad aja kita cuma makan nasi tumpeng plus telor semur. Ini nyambut majikan yang kikir dan pengeretannya ngelebihin anak kos di akhir bulan, masa kudu sampe abis-abisan? Pokoknya nggak redo, Milah, Mak. Kagak redo! "Mari, mari! Silakan, Tuan!" Yaelah, Mak kagak perlu ditawarin aja jakunnya dah naek turun dari tadi. Seneng, ye, lu, Tuan. Bisa makan enak gratisan nggak perlu keluar duit. Sebel, sebel, sebel. "Nyonya Intan nggak ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-16
Baca selengkapnya

Part. 23

"Kenapa Nyonya nggak pernah cerita tentang latar belakang Tuan Stevan?" tanyaku saat kami tengah jalan-jalan malam, mengitari kampung, sembari mencari oleh-oleh yang hendak kubawa pulang. Kebetulan Nyonya Intan juga ingin lebih tahu banyak tentang tempat yang akan dia tinggali untuk beberapa waktu ke depan, sebelum kami memutuskan untuk menerima pinangan Bang Ipul. Ya, dengan jiwa yang tertukar ini kami tentu tak lagi bisa menyimpulkan segala hal sendiri. Karena entah esok atau nanti tubuh kami tiba-tiba kembali, siapa yang tahu? Setelah berjalan beberapa meter dari tempat mobil Tuan Stevan terparkir, akhirnya kami menemukan toko oleh-oleh yang masih buka. Jaraknya sekitar satu kilo dari rumah. Kami sengaja tak meminta Emak, Bapak, atau pun Ahmad karena berpikir sekalian pulang, dan Nyonya Intan juga tak keberatan kembali sendiri. Karena tahu kalau Tuan Stevan mageran, aku maupun Nyonya Intan memintanya untuk menunggu di mobil saja. Lagi pula kuyakin dia sudah tepar di dalam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-16
Baca selengkapnya

Part. 24

Setelah kejadian salah pegang barusan, kami lalui perjalanan pulang dengan penuh kecanggungan. Kurasakan atmosfer di dalam mobil terasa lebih mencekam daripada kuburan. Mana nggak ada Nyonya Intan, di dalem cuma berduaan, jantung udah dangdutan, mana pulang kemaleman. Lengkap sudah penderitaanku, teman-teman. "Mana uang kembaliannya?" "Eh?" Aku menoleh dengan tampang keheranan. Setelah beberapa lama diam dalam keheningan, dengan sompretnya Tuan Stevan memulai percakapan dengan perkara kembalian sisa beli oleh-oleh kue akar kelapa sama sagon bakal si Betrand. "Cuma goceng, Bang." Kusodorkan selembar uang lusuh dengan pecahan lima ribu itu ke hadapannya. "Nggak apa-apa. Lumayan beli gorengan," ucapnya sembari mengambil alih uang lima ribu tersebut, lalu meletakannya di atas dasbor. Ya, Gusti ... kebangetan pelitnya emang lu, Bang. "Omong-omong kapan si Milah memutuskan? Aku masih belum mau pakai jasa pembantu lain." Duileh. Segitu sayangnya lu ame gue, Bang. Sampe nggak ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-18
Baca selengkapnya

Part. 25

"Apa jangan-jangan kamu merencanakan sesuatu untuk balas dendam? Atau sebenarnya kamu punya selingkuhan?" Yaelah pikiran nih laki. Ngapain juga perempuan sebaik Nyonya Intan kepikiran begituan. Kayaknya nyawa Tuan Stevan belum kumpul sepenuhnya, dia keliatan baru setengah sadar jadi ngomongnya ngalor-ngidul. Pada akhirnya aku kembali memilih diam. "Jawab, Intan! Aku sangat penasaran. Apa kamu juga bahkan menyayangi Betrand?" Deg! Untuk bagian sini, seperti Tuan Stevan mengatakannya bukan tanpa alasan. Mengingat hubungan Nyonya Intan dan Betrand cukup jauh dan tak harmonis untuk ukuran ipar yang jarak umurnya jauh terbentang. Entah kenapa bahkan setiap datang berkunjung si Betrand malah teriak-teriak liat Nyonya Intan, dan lebih banyak menghabiskan waktunya denganku dan Tuan Stevan di taman belakang. "Ya, jelas. Dia juga adikku." Kali ini aku memilih menjawab seadanya. "Bohong. Kalau kamu menyayanginya kenapa Betrand nggak pernah menyukaimu walaupun kamu mirip denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-20
Baca selengkapnya

Part. 26

Perselingkuhan terjadi bukan hanya karena ada kesempatan ataupun niat dari pelakunya, tapi juga karena ada duit lebih. Selain dari yang disebutkan di atas, ketidakpekaan dari pasangan juga perlakuan tanpa perasaan bisa menjadi salah satu penyebabnya. Cuman, apa pun alasannya. Tak ada yang bisa dibenarkan dari sebuah perselingkuhan. Maka dari itu cintailah pasanganmu, sebelum dia dicintai pasangan orang. Lah? *** "Kartu ini aku simpan, ya! Kamu pakai yang baru, semua nomor keluargaku sudah dimasukkan ke kontak." Masih lekat dalam ingatan, ketika Nyonya Intan mengatakan perkara ponsel dan privasinya tepat sehari setelah dia siuman. Karena saat itu pikiranku dipenuhi dengan aura positif yang kadang aur-auran, tak ada yang berani kutanyakan tentang alasan ia menggantinya. Hanya cicak di dinding dan perabotan di kamar itu juga Tuhan yang tahu apa sebenarnya yang Nyonya Intan sembunyikan. Tentang email yang diganti, akun medsos yang di-log out, bahkan game cacing yang tak luput dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-22
Baca selengkapnya

Part. 27

Mendengar ocehanku mata Tuan Stevan terpejam, setelahnya dia menghela napas panjang. "Oke. Sekarang tolong temani dulu Betrand, aku mau ngobrol dengan Brian tentang bisnis sebentar." "Oke." Tuan Stevan pun berlalu menuju taman, diikuti Tuan Brian yang masih saja melirik-lirik ke arahku. Hanya dari tatapannya aku bisa menggambarkan banyak yang ingin lelaki itu katakan, tapi terhalang keadaan. Lagian lu jadi laki cuma berani dari belakang, sih, Tong. Padahal, kan lebih enak maen dari depan. Aih, lu ngomong ape sih, Milah? Sepeninggal upin dan ipin yang tidak seiras itu, aku berjalan mengendap menghampiri Betrand yang sedang sibuk dengan tablet berukuran sepuluh inci di pangkuannya. Bocah dengan bibit unggul itu tampak belum mengindahkan kehadiranku di belakang dan asik main panjang-panjangan cacing. "Bertrand ... main sama Thalia, yuk!" Eh, salah intronya. Emangnya ini keluarga Onsu. Ini pan keluar As--eit, nggak boleh diterusin. Bocah berumur tujuh tahun itu menoleh sedikit dem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-23
Baca selengkapnya

Part. 28

"Kak, apa nggak coba aja kepala Intan di-rontgen? Siapa tahu ada saraf yang kejepit," celetuk Tuan Brian tiba-tiba saat kami tengah menikmati pizza di ruang keluarga. Sembarangan saraf kejepit. Pola pikir situ aja yang sempit.Lagian kalau beneran di-rontgen, aku malah prihatin sama mesinnya. Entar tiba-tiba error karena isi kepalaku kotor semua. Jujur, ya. Baru kali ini aku udah malu-maluin diri, tapi rasanya malah nggak malu-malu banget. Melihat ekspresi Tuan Brian tadi entah kenapa justru malah jadi kepuasan tersendiri. Sementara ekspresi Tuan Stevan-- sungguh aku tak peduli. Yang penting Betrand cekikikan sampai berkali-kali. Buktinya kurang dari dua jam nih bocah udah nemplok aja di pangkuan macam anak Kangguru. "Nggak perlu. Setidaknya dengan bertindak gila begitu, dia terlihat lebih hidup."Mon, maaf, Tuan. Itu pujian atau hinaan? Kok, berasa nggak ada bedanya.Dipikir Nyonya Intan mayat berjalan?Tapi, bener juga, sih. Sebelas dua belaslah. Hobi ngelamun, jarang ngomong, l
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-24
Baca selengkapnya

Part. 29

Di tengah perjalanan menuju resto, kegiatanku hanya sibuk scroll toktok sambil sesekali buka yusup liat pelajaran tentang table manner. Walaupun dalam hati terdalam sebenarnya kepengen banget bikin Tuan Brian illfeel, tapi sialnya ada rasa hati tak tega kalau harus liat Tuan Stevan malu. Entah sejak kapan perasaan respect ini muncul, aku pun tak tempe. Untuk hari ini, mari kita tinggalkan sikap kampunganmu, Milah. jadilah Nyonya Intan dari segi penampilan dan wawasan. Saat tengah asik nonton tata cara pake serbet ala horang kaya, tiba-tiba notifikasi dari si hijau nongol di pojokan. Tertera nama Milah di sana, yang artinya pesan itu berasal dari Nyonya Intan. [ Mil, kemarin untuk pertama kalinya Saeful ajak aku jalan keluar naik motor. Kesan pertama yang bisa kunilai darinya adalah dia lelaki yang hangat. Obrolan kita juga nyambung dan nggak monoton. Ternyata dia penyuka musik-musik klasik dan lumayan pintar dalam bisnis. Katanya Saiful juga yang memegang keuangan bisnis Ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-25
Baca selengkapnya

Part. 30

[ Nya, kirimin nama jenis-jenis bunga yang cocok buat acara aniv. Si Brian banyak tanya minta digaplok mulutnya. ] Pesan via si hijau itu kukirim pada Nyonya Intan di sela-sela bersolek di depan kaca. Sekali lagi, waktu memang bisa berjalan lebih cepat kalau tak diharapkan. Mau tak mau dengan terpaksa aku tetap harus mengantar adik kandung Tuan Stevan itu untuk mengunjungi Toko Bunga Nyonya Intan tepat di sebelah Tanah Abang. Toko yang kuketahui sudah buka sejak dua tahun lalu itu didirikan karena kecintaan Nyonya Intan pada bebungan, juga kegabutannya sebab duit nggak habis tujuh turunan. Berbagai bunga tersedia di sana, mulai dari Bunga mawar, melati, bunga bangke, bunga bank, sampai bunga desa. Canda. Intinya semua bunga-bunga yang bisa tumbuh di iklim tropis Indonesia itu tersedia walaupun Nyonya Intan harus mengeluarkan kocek lebih karena beberapa bunga di-impor dari luar. Pesanan bunga di tokonya juga bisa dibuat beragam. Bukan hanya terpatok untuk hiasan, ditanam, karanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status