Home / Romansa / Hasrat Terpendam Majikanku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Hasrat Terpendam Majikanku: Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Part. 11

Ya, begitulah bunda-bunda ... bila si kecil tak diberi ASI melainkan susu kuda liar. Akhlaknya tak tertanam, melainkan berceceran sampai-sampai mulut pun tak ikut disekolahkan. Bagaimana bisa orang yang baru siuman dengan seedak jidat dia hadapkan dengan cucian? Kesabaranku akhirnya benar-benar terkikis habis. Kulepas sebelah sepatu pantofel yang melekat di kaki, lalu mengarahkannya pada lelaki yang masih berdiri santai di ambang pintu. "Keluar sekarang nggak!" ancamku sembari mengambil ancang-ancang untuk melempar sepatu yang digenggam. "Iya, iya. Galak amat jadi istri." "Daripada situ, perhitungan banget jadi suami." Tak lama suara pintu yang ditutup keras pun terdengar. Aku beralih pada Nyonya Intan yang sejak tadi diam memperhatikan dengan ekspresi yang sulit diartikan. Kumohon ... jangan bilang dia tersinggung dengan tingkah lakuku yang kadang nggak tahu aturan? *** "Hahaha ...." Masih di tempat yang sama aku dibuat diam kebingungan saat melihat Nyonya Intan tertawa terb
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Part. 12

"Lepas!" Bergegas kutepis tangan Tuan Stevan, lalu berniat mengejar Nyonya Intan yang langsung pergi tanpa pamit. Sebelum tubuhnya menghilang aku sempat melihat matanya melebar, tapi masih bisa menutupinya dengan senyuman. Asem. Mungkin dalam pikirannya Nyonya Intan ngebatin, ternyata begini rasanya diselingkuhi diri sendiri. Jujur, dari sekian banyak kemungkinan situasi seperti inilah yang paling kutakutkan. Lagian kalau bisa nawar kenapa coba aku harus tukeran jiwa sama ciwi yang udah punya laki? Kenapa nggak sama Prilly atau Rani Mukherji, setidaknya, kan aku bisa ketemu Babang Salman Khan. "Tunggu!" Namun, sebelum sempat langkahku mencapai pintu, Tuan Stevan sudah lebih dulu menghadang jalanku. Tubuhnya yang menjulang bak tiang jemuran berdiri di ambang pintu sembari berkacak pinggang. Ketahuilah kawan, untuk situasi ini jelas tak ada kekuatan yang lebih besar selain kekuatan laki yang kebelet anu. Dua minggu dia sabar menunggu tanpa jajan keluar, sudah bisa dipastikan
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Part. 13

"Haha ... aku bercanda, Milah."Seketika kuhela napas lega setelah Nyonya Intan melanjutkan. "Tapi serius untuk waktu dua minggu itu cukup mengejutkan," tambahnya."Hehe." Aku hanya bisa menyengir sembari mengusap tengkuk. Tak tahu harus menunjukkan respons macam apa."Kira-kira apa yang kamu katakan padanya? Stevan itu tipe lelaki yang dominan, loh. Kalau keinginannya tak dipenuhi dia nggak akan sungkan untuk memaksa. Setahuku selama ini dia cuma tunduk pada dua wanita. Ibu mertuaku, dan ... Berlian." Lagi-lagi aku melihat sorot mata Nyonya Intan berubah saat menyebut nama saudara kembarnya. "Aku cuma minta dia ngerti, Nya. Karena sekuat apa pun wanita pasti punya perasaan lembut yang sama. Dia emang nggak langsung setuju, tapi setidaknya aku udah punya jawaban dari mulut yang terkunci itu. Terkadang nggak salah, kok kalau sikap keras dihadapi dengan keras juga. Lagian cewek, kan punya jurus andalan." Senyumku melebar, sembari menepuk dada, kuakui improvisasi tadi berjalan sempurna
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Part. 14

"Sarapan siap!" "Kok, kamu yang bawa? Milah mana?" "Dia masih cuci piring. Daripada kamu nunggu lama." "Balikin lagi! Aku mau Milah yang antar." Tahan, nggak boleh erosi. Masih pagi. Kuhela napas panjang sembari meletakkan nampan berisi sarapan di atas meja kerjanya. "Masih ngambek karena diliatin foto Mimi Peri?" " .... " Dia tak menjawab. "Ya udah lain kali kukirim Foto Cupi Cupita yang asetnya segede semangka. Kamu pasti suka." "Nggak perlu. Udah, keluar sana! Aku lagi banyak kerjaan!" Tumben keliatan kerja, biasa juga cuma ongkang-ongkang kaki dan limpahin semua kerjaan sama sekretarisnya. Apa aku pernah mengatakan kalau keluarga Tuan Stevan mempunyai bisnis travel? Setelah ayahnya yang bule itu tiada, kini dia dan adiknya yang mengelola. Tapi, sejauh ini yang kulihat kerja hanya adiknya. Makhluk tampan lain dari keturunan Alexander, yang kelakuannya nggak kalah membagongkan. Sementara Tuan Stevan lebih banyak bekerja dari rumah. Menerima telepon atau email berisi lapo
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Part. 15

Suatu pagi di kebun milik Pak Haji .... "Mak, kalau nanti tiba-tiba ada yang lamar Milah terima aja, yah! Mau itu duda perkasa, bujang anak dua, atau perjaka tua, asal jangan jadi bini kedua," kataku saat tengah rebahan di paha Emak menatap hamparan kebun Tin tetangga. Sudah hampir delapan tahun ini Emak bekerja sebagai buruh di kebon Tin milik Pak Haji Yahya yang letaknya cukup dekat dari rumahku, sekitar jalan Puri Cikarang Hijau, Pilar Cikarang Utara kabupaten Bekasi. Selain dari penjualan ketan di pasar, si Tin ini adalah sumber mata pencaharian keluargaku, dari sini aku dan Ahmad--adikku bisa sekolah, makan, dan jajan. Walaupun kadang masih ketergantungan ngutang di warung. Ya mau begimana lagi, duit sekarang itu susah nyarinya sama kayak jodoh. Yang gampang itu cuma ghibah dan cari kesalahan orang. "Lah, yang bener bae? Kamu pan baru lulus Esema, atuh, Mil. Masih kecil juga, pake udah ngomongin lamar-lamaran." Emak menatapku dengan dahi mengernyit. Aku terdiam sesaat.
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Part. 16

"Kita ngobrol dekat kolam, biar Stevan nggak dengar." Tepat ketika sampai di pelataran, Nyonya Intan langsung menarik tanganku menuju belakang rumah. Mengabaikan Tuan Stevan yang hanya bisa memerhatikan kami dari kejauhan dengan tatapan tajam yang menghunjam. Melihat responsnya barusan, kegelisahan seolah tak bisa Nyonya Intan sembunyikan saat memeriksa ponsel android berukuran lima inci milikku yang softcase-nya udah buluk dan jamuran. Memang sudah dari dua minggu lalu kami memutuskan untuk tukeran hape, yakali aneh aja kalau kita pegang punya masing-masing. Sembari bercerita tentang keluarga satu sama lain. Nyonya Intan juga mengajariku menggunakan ponsel keluaran terbaru yang tak mampu kubeli walaupun setahun kerja rodi ini. Sejak saat itu, kami selalu mendiskusikan apa pun pesan yang masuk berdua untuk menghindari kesalahanpahaman. Termasuk situasi macam ini. "Begini, sebelum panggilan dari ibumu datang, tadi pagi aku memang sempat iseng-iseng buka hape kamu buat nonton yutup.
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Part. 17

Sejak obrolan dengan Tuan Stevan di ruang keluarga tempo hari, kudapati Nyonya Intan menjadi lebih pendiam. Tak ada lagi canda atau kekehan tawa bahkan setelah mati-matian kuajak becanda. Sikap Tuan Stevan juga tak jauh berbeda. Entah kesambet setan dari alam mana dia mendadak cool dan nggak banyak maunya. Sudah terhitung empat hari sejak mulutnya terkunci dan kami tak sering terlibat obrolan bersama. Hari itu juga aku maupun Nyonya Intan memutuskan untuk meminta pengertian pada Emak dan Bapak untuk menunda lamaran resmi Bang Ipul. Karena selain terlalu mendadak, kami juga butuh waktu untuk menyepakatinya bersama. Mengingat jiwa dan raga ini bukan lagi kehendak kami berdua. Entah aku yang masih terlalu unyu atau lugu hingga belum bisa mengartikan maksud dari ucapan Tuan Stevan tentang pernikahan dan hal yang ia maksud dengan tekan-menekan. Oke, untuk bagian situ sepertinya memang sudah masuk ranah rumah tangga. Dipikirkan sampai jumpalitan empat malam pun otakku masih tak
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more

Part. 18

"Nya ...."Di ambang pintu kamar aku melihat Nyonya Intan mengemasi barang-barangku ke dalam tas berukuran besar. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, sungguh aku tak mengerti. Demi Tuhan selama setahun terakhir aku tak pernah sekali pun melihatnya sampai semarah ini pada Tuan Stevan bahkan saat kami masih di tubuh masing-masing. Tindakan Nyonya Intan barusan yang membuat lelaki itu kini mengurung diri di kamar, membuatku semakin percaya bahwa marahnya orang pendiam itu terkadang lebih mengerikan. Bekas merah yang tertinggal di kulit putih lelaki itu sudah menjelaskan seberapa kuat gamparan itu dilayangkan. Mungkin ini yang dinamakan habisnya batas kesabaran seseorang. Akhirnya Nyonya Intan menoleh, menatapku dengan jejak air mata yang kentara di pipinya. "Maaf kalau aku mengambil keputusan ini tanpa merundingkannya lebih dulu. Demi Tuhan aku sudah muak, Milah. Aku muak dengan lelaki breng sek itu!" Aku hanya bisa tertegun mendengarnya. "Setahun ini aku masih bisa terima
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Part. 19

Pernahkah kalian merasa bahwa hidup yang dijalani begitu sulit dan tak terkendali, pernahkah kalian merasa bahwa ingin sekali bertukar nasib dengan orang yang kita anggap segala kemauannya terpenuhi? Tapi setelah kalian mengetahui bahwa pada kenyataan hidup orang lain justru tidaklah seenak kelihatannya ... masihkah kalian menginginkannya, masihkah kalian memimpikannya? Jujur, kuakui ada yang salah di sini. Entah itu posisiku atau situasi yang tak mendukung. Intinya apa pun yang terjadi setidaknya aku harus bertahan sampai seratus hari. Ya, untuk sementara aku baru memikirkan rencana tiga bulan ke depan, selebihnya mari kita kembalikan pada sang pemilik kehidupan. Kalau pun kami tak bisa kembali ke tubuh masing-masing dalam kurun waktu seratus hari. Aku hanya bisa pasrah menjadi salah satu dari pemain FTV Ikan Teri. Yaitu istri yang tersakiti. Setelah Nyonya Intan memohon siang tadi. Kami sudah sepakat untuk menjalani peran sebagai diri masing-masing, menukar bukan hanya tubuh
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Part. 20

Setelah menempuh kurang lebih satu setengah jam perjalanan, akhirnya kami sampai di Cikarang-Bekasi. Karena halaman rumahku yang sempit terpaksa kami meminta izin untuk memarkir mobil di depan ruko Pak RT, lalu berjalan menuju rumah. Melalui ponsel Nyonya Intan tadi, aku sudah mengatakan pada Emak bahwa kita akan tiba sore ini. Sepanjang perjalanan bisa kulihat tatapan para tetangga juga obrolan mereka tentangku yang rasanya terlalu kencang untuk dibilang sebagai bisik-bisikan. Rasa-rasanya ingin sekali kulempar mulut-mulut jaha nam itu dengan cobek dan ulekan, terus digeprek. "Dua orang itu majikan si Milah? Masih muda banget, ya. Cakep-cakep lagi." "Eh, ngomong-ngomong kenapa majikannya sampai nganter ke rumah? Jangan-jangan si Milah mau dijadiin bini kedua?" "Sukses ya anak Ceu Euis di Jakarta. Selain jadi pembantu ternyata dia juga bisa jadi penggoda." "Shhh ... Bu-ibu tuh liat majikannya yang perempuan liat ke kita. Melotot lagi." Astagfirullah. Bacotnya aktif sekali ya
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status