Share

Part. 18

"Nya ...."

Di ambang pintu kamar aku melihat Nyonya Intan mengemasi barang-barangku ke dalam tas berukuran besar. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, sungguh aku tak mengerti.

Demi Tuhan selama setahun terakhir aku tak pernah sekali pun melihatnya sampai semarah ini pada Tuan Stevan bahkan saat kami masih di tubuh masing-masing.

Tindakan Nyonya Intan barusan yang membuat lelaki itu kini mengurung diri di kamar, membuatku semakin percaya bahwa marahnya orang pendiam itu terkadang lebih mengerikan.

Bekas merah yang tertinggal di kulit putih lelaki itu sudah menjelaskan seberapa kuat gamparan itu dilayangkan. Mungkin ini yang dinamakan habisnya batas kesabaran seseorang.

Akhirnya Nyonya Intan menoleh, menatapku dengan jejak air mata yang kentara di pipinya.

"Maaf kalau aku mengambil keputusan ini tanpa merundingkannya lebih dulu. Demi Tuhan aku sudah muak, Milah. Aku muak dengan lelaki breng sek itu!"

Aku hanya bisa tertegun mendengarnya.

"Setahun ini aku masih bisa terima
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status