Semua Bab Berpisah Untuk Kembali: Bab 11 - Bab 20

30 Bab

Pernikahan Impian

“Han, untuk beberapa bulan ke depan kalau perut kamu sudah kelihatan, ya mungkin sampai kamu melahirkan, kamu gak usah kemana mana dulu ya!” Hana menatap nyalang pada sang papa.“Gak apa apa ya, Sayang, demi kebaikan kamu juga,” sahut Intan seraya mengelus lembut tangan Hana.Hana menghela napas panjanng. “Iya, Pa, Ma, Hana paham kok.” Ini sudah menjadi resiko yang harus Hana tanggung. Setidaknya dengan begini orang tuanya tidak malu dan tidak perlu menanggapi pertanyaan orang orang tentang dirinya.“Nanti apa pun yang mau kamu lakukan untuk mengisi hari hari kamu, pasti akan Papa dukung sepenuhnya.”“Iya, Pa. Tapi untuk saat ini Hana belum ada gambaran untuk kesibukan apa yang bakal Hana lakuin di sini.”“Nanti kalau kamu sudah melahirkan, kamu bantu bantu Papa aja urus hotel dan beberapa rumah makan yang ada di sini.” Hana mengangguk.“Siap, Pa.”Ini adalah awal dari kehidupan Hana yang baru, di sini semuanya akan ia mulai tanpa kehadiran orang orang di masa lalunya. Hana mungkin mem
Baca selengkapnya

Baby Alga Mahardika

Alhamdulillah proses persalinan Hana cepat dan lancar. Tak berselang lama, terdengar suara tangisan bayi. Hana melahirkan anak laki laki yang tampan dan wajahnya mirip sekali dengannya. Walau ada beberapa bagian yang mirip dengan Alga. Intan memeluk Hana dengan perasaaan haru biru. Galih pun langsung bersujud syukur mendengar anak serta cucunya selamat dan dalam keadaan sehat semua. Galih pun langsung masuk ke dalam ruangan untuk mengadzani sang cucu."Hay Nak, Mama bahagia sekali bisa melahirkan kamu ke dunia ini. Mama janji akan menjaga dan merawat kamu dengan sebaik baiknya. Walaupun mungkin nantinya Mama hanya menjadi orang tua tunggal buat kamu. Tapi Mama janji akan memberikan kasih sayang yang sempurna untuk kamu. Mama akan berusaha membahagiankan kamu dengan sepenuh hati Mama, Nak. Walaupun kamu hanya punya Mama, Mama juga janji kamu tidak akan berbeda dengan anak anak lain yang memiliki orang tua yang lengkap," ucap janji Hana pada sang buah hati yang kini sedang menyusu dalam
Baca selengkapnya

Coffe Shop

Tak terasa kini usia baby Al sudah menginjak usia 2 tahun. Semakin hari wajahnya semakin mirip dengan Alga dewasa, ayah biologisnya. Melihat babynya yang sangat menggemaskan, kembali Hana merasakan penyesalan karena dulunya punya niatan untuk menggugurkannya ketika masih berupa janin dulu.“Han, kamu sudah cek progress opening café kamu?” tanya sang mama.“Agak siangan mungkin nanti Hana ke sananya, Ma. Kenapa emang, Ma?”“Kamu ke sananya sediri aja ya, Al biar sama Mama dan sus-nya, gak usah kamu bawa!”“Okey, Ma. Aktifitas Hana juga kayaknya banyak hari ini, jadi gak mungkin juga bawa Al.”“Nanti kamu diantar Pak Cahyo, gak usah bawa mobil sendiri, Han!”“Hana bawa mobil sendiri aja, Ma. Soalnya ada beberapa tempat yang mau Hana kunjungi untuk beli perlengkapan café juga nantinya.”“Oh ya sudah terserah kamu aja, yang penting hati hati bawa mobilnya!”“Siap laksanakan, Ibunda ratu! Ya sudah Hana tinggal dulu ya, Ma, mau nyiapin kebutuhannya Al. “Hana titip Al bentar ya, Ma!” Sang Ma
Baca selengkapnya

Terungkapnya Fakta

“Ya Allah … Mbak Hana, ini beneran Mbak Hana, kan?” Sukma langsung memeluk tubuh Hana. Hana jadi bingung di tempatnya mendapat perlakuan demikian.“I iya, aku Hana. Ke sini bareng si-siapa?”“Sama suami aku lah, Mbak.” Hana tersenyum kecut mendengarnya.“Oh, berdua aja?” tanya Hana dengan hati pilu.“Iya, Mbak, kita honeymoon untuk yang kedua kalinya. Soalnya aku belum juga diamanahkan baby sama Kekasih Yang Maha Kasih, Mbak.” Hana hanya ber-O ria. Jujur saja hatinya nyeri mendengar penjelasan Sukma barusan, entah mengapa. “Aku seneng banget bisa ketemu dengan Mbak Hana. Kita sudah lama mencari Mbak Hana, tapi gak ada yang bisa menemukan keberadaan Mbak Hana,” ungkap Sukma seraya menggenggam kedua tangan milik Hana.“Kenapa kok nyari aku?” tanya Hana heran.“Sayang, ini coffenya,” ucap seseorang seraya memberikan 1 cup coffe pada Sukma.Hana terbelalak melihat orang yang memanggil “Sayang” pada Sukma yang kini juga sedang berdisi di hadapannya, sungguh speechless.“Hana, ini beneran ka
Baca selengkapnya

Izinkan Aku Mendekatimu

"Benar kata Sukma, Hana. Aku sebagai om-nya Alga memohon dengan sangat agar kamu bisa menemui Alga! Selain pertolongan dari Allah, mungkin kehadiran kamu juga sangat ia butuhkan, Han." Angga pun angkat bicara, sementara Hana semakin terisak. "Kamu mau kan, Han, menemui Alga? Kami temani jika kamu mau ke Jakarta hari ini juga," lanjut Angga."Aku ingin sekali menemui Alga. Tapi, apakah orang tua Alga akan menerima kehadiranku? Apakah mereka tidak marah denganku? Karena akulah penyebab semua yang terjadi di keluarga kalian." Hana semakin sesenggukan."Aku yakin mereka semua sudah ikhlas, Han. Seperti aku dan Sukma yang sudah mengikhlaskan semuanya. Mereka sadar akan takdir Allah, Han, dan aku pastikan kedatanganmu juga mereka tunggu. Aku juga berharap semoga kedatangan kamu akan menjadi perantara dari Allah untuk menyembuhkan Alga. Tapi kalau kamu masih takut atau ragu, biar kami antar.""Tidak perlu, Bang, aku pergi ke Jakarta sendiri saja,” putus Hana kemudian. “Kalian lanjutkan honeym
Baca selengkapnya

Hanya Papa Alga

Sedari ketemu dengan Sukma dan Angga, Hana terus kepikiran tentang Alga. Alga junior pun ikut rewel. Mungkin dia ikut merasakan apa yang ibunya rasakan tentang sang ayah. Ingin sekali Hana pergi ke Jakarta untuk menjenguk Alga sekarang juga. Tapi, alasan apa kiranya yang akan dia berikan pada kedua orang tuanya? Apa Hana harus jujur tentang keadaan ayah dari anaknya? Jujur saja Hana ingin cepat cepat menemui Alga. Tapi Alga junior bagaimana?"Ah ... bagaimana ini?" Hana bermonolog. "Aku gak mungkin diam saja setelah mengetahui semuanya.” Hana mondar mandir di kamarnya seperti setrika. Tapi, nyatanya selama se-jam mondar mandir dia tidak mendapat ide juga selain mengakui kepada kedua orang tuanya. Setelah mempertimbangkan semua, akhirnya Hana memutuskan untuk jujur saja. Dengan segala kekuatan yang ia punya, Hana menemui kedua orang tuanya untuk menceritakan yang sebenarnya."Terus kamu ingin menemuinya?" tanya Galih."Iya Pa. Papa izinin Hana untuk pergi?" tanya Hana."Kamu sudah dewas
Baca selengkapnya

Kekuatan Cinta

"Wa'alaikum sa-lam … Hana? Ini beneran kamu, ‘kan?" Mama Alga tak kalah shok dan tremor melihat orang yang dia cari cari selama ini berdiri di hadapannya. Rasa bahagia membuat mama Alga langsung memeluk tubuh Hana. Hana pun dengan senang hati membalas pelukan mama Alga. "Sudah lama kami mencarimu, Nak,” ucap mama Alga dengan isak tangis di bahu Hana. “Hana, apakah kedatangan kamu ini karena kamu sudah tahu tentang kondisi Alga?" Hana mengangguk. "Iya, Tan, Hana bertemu dengan Sukma dan bang Angga di Sumbawa kemarin dan mereka menceritakan semuanya pada Hana. Maafin Hana ya, Tan, gara gara Hana semua jadi kacau begini, termasuk kondisi kakek dan Alga." Tangis Hana sudah menganak sungai seraya mencium kedua tangan milik Anggi, mama Alga. "Semua ini sudah takdir, Han. Tidak ada yang salah. Jadi, kamu jangan menyalahkan diri kamu. Kami semua sudah ikhlas dengan apa yang telah terjadi. Kita ambil hikmahnya saja ya! Tante yakin ada sesuatu yang indah yang sedang menanti kita." Mama Alga me
Baca selengkapnya

Bukan Pertemuan Terakhir

“Han, mampir ke rumah dulu yuk, kita makan malam bersama! Om Irwan juga pengen ketemu kamu loh,” ajak Anggi.“Boleh, Tan.” Kebetulan Hana juga sangat lapar, aji mumpung dong. Hahaha …Mereka pun lanjut perjalanan ke rumah Anggi. Hanya selang 30 menit saja mereka sampai. Ketika Hana melangkah memasuki ke rumah Anggi, bak sebuah film yang diputar ulang. Kejadian saat kakek Umar memintanya untuk melepaskan Alga kini berputar di kepalanya. Saat itulah awal dari kehancuran hidup Hana.“Hallo, Han,” sapa Irwan, papa Alga, yang baru turun dari lantai 2.“Hay, Om.” Hana pun langsung menyalami Irwan.“Om bahagia banget dengan kedatangan kamu. Momen ini yang sejak lama kami tunggu tunggu.” Hana tersenyum tipis menanggapinya. “Kamu sekarang tinggal di mana? Kalau belum ada tempat, tinggal di sini saja!” pinta Irwan.“Hana tinggal di apart Hana yang dulu kok, Om.”“Di apart nanti kamu sendiri, mending di sini bareng kami,” sahut Anggi.“Gak apa apa, Tan. Hana sudah biasa sendiri lagian.”“Kami ber
Baca selengkapnya

Special For You

“Gak usah repot repot, Ris! Aku sudah minta supir papa untuk jemput kok.”“Ini tadi papa kamu telfon aku, ngabarin kalau beliau mendadak ada meeting di luar kota jadi gak ada supir yang bisa jemput kamu dan beliau minta tolong aku untuk jemput kamu, Han.”“Lah … kok papa gak bilang aku sih? Lagian aku juga bisa naik taxi online loh padahal, gak harus papa ngerepotin kamu gini, Ris.”“Gak apa apa, Han, aku gak repot kok. Hari ini aku juga lagi free. Pesawatnya landing jam berapa?” ulang Aris.“Jam 13.30 Wita, Ris.”“Okey, kamu hati hati. Sekali lagi aku gak merasa direpotkan, jadi gak usah sungkan.”“Makasih banyak ya, Ris.”“Iya, sama sama, Han.” Mereka pun mematikan sambungan telfonnya.“Aku gak akan pernah merasa direpotkan selagi itu tentang kamu, Han. Aku bahkan akan senang hati melakukannya. Aku akan perjuangkan kamu, walau aku gak tahu akhirnya kita bersatu atau menjauh.” Aris bermonolog.Aris buru buru menyelesaikan serangkaian perkerjaannya biar nanti bisa tepat waktu untuk jem
Baca selengkapnya

Membuka Hati Untuk Aris

“Han, kalau Papa perhatikan, Aris itu serius banget sama kamu loh. Effortnya itu luar biasa untuk mendapatkan hati kamu dan Al. Sepertinya kamu harus buka hati untuk Aris, Han,” ucap papa Hana ketika mereka sedang makan malam.“Hana gak mau nyakitin Aris, Pa.”“Maksudnya?”“Bisa saja Hana menerima Aris secara fisik, tapi hati Hana gak bisa, Pa. Perasaan Hana seolah mati rasa. Hati Hana gak akan pernah bisa terlepas dari ayah biologis Al, Pa.”“Apa yang kamu harapkan dari dia?” tanya Galih. “Ini sudah sebulan lebih dari kamu mengunjunginya ke Jakarta, sampai saat ini kamu belum tahu lagi keadaannya gimana, kan? Kita gak tau bagaimana kondisi dia sekarang.” Hana menunduk tanpa berani menatap sang papa. “Papa sama mama gak bisa selamanya jagain kamu dan Al, kamu butuh pendamping hidup. Al juga butuh sosok ayah yang bisa dia jadikan panutan. Di sini kamu mengharapkan dia, apa kamu tau apa yang dia dan keluarganya harapkan? Iya kalau misal kamu yang mereka harapkan, jika tidak? Yang ada sia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status