Happy reading ya ... jangan lupa tambahkan bukunya ke koleksi ya😍😍😍
"Wa'alaikum sa-lam … Hana? Ini beneran kamu, ‘kan?" Mama Alga tak kalah shok dan tremor melihat orang yang dia cari cari selama ini berdiri di hadapannya. Rasa bahagia membuat mama Alga langsung memeluk tubuh Hana. Hana pun dengan senang hati membalas pelukan mama Alga. "Sudah lama kami mencarimu, Nak,” ucap mama Alga dengan isak tangis di bahu Hana. “Hana, apakah kedatangan kamu ini karena kamu sudah tahu tentang kondisi Alga?" Hana mengangguk. "Iya, Tan, Hana bertemu dengan Sukma dan bang Angga di Sumbawa kemarin dan mereka menceritakan semuanya pada Hana. Maafin Hana ya, Tan, gara gara Hana semua jadi kacau begini, termasuk kondisi kakek dan Alga." Tangis Hana sudah menganak sungai seraya mencium kedua tangan milik Anggi, mama Alga. "Semua ini sudah takdir, Han. Tidak ada yang salah. Jadi, kamu jangan menyalahkan diri kamu. Kami semua sudah ikhlas dengan apa yang telah terjadi. Kita ambil hikmahnya saja ya! Tante yakin ada sesuatu yang indah yang sedang menanti kita." Mama Alga me
“Han, mampir ke rumah dulu yuk, kita makan malam bersama! Om Irwan juga pengen ketemu kamu loh,” ajak Anggi.“Boleh, Tan.” Kebetulan Hana juga sangat lapar, aji mumpung dong. Hahaha …Mereka pun lanjut perjalanan ke rumah Anggi. Hanya selang 30 menit saja mereka sampai. Ketika Hana melangkah memasuki ke rumah Anggi, bak sebuah film yang diputar ulang. Kejadian saat kakek Umar memintanya untuk melepaskan Alga kini berputar di kepalanya. Saat itulah awal dari kehancuran hidup Hana.“Hallo, Han,” sapa Irwan, papa Alga, yang baru turun dari lantai 2.“Hay, Om.” Hana pun langsung menyalami Irwan.“Om bahagia banget dengan kedatangan kamu. Momen ini yang sejak lama kami tunggu tunggu.” Hana tersenyum tipis menanggapinya. “Kamu sekarang tinggal di mana? Kalau belum ada tempat, tinggal di sini saja!” pinta Irwan.“Hana tinggal di apart Hana yang dulu kok, Om.”“Di apart nanti kamu sendiri, mending di sini bareng kami,” sahut Anggi.“Gak apa apa, Tan. Hana sudah biasa sendiri lagian.”“Kami ber
“Gak usah repot repot, Ris! Aku sudah minta supir papa untuk jemput kok.”“Ini tadi papa kamu telfon aku, ngabarin kalau beliau mendadak ada meeting di luar kota jadi gak ada supir yang bisa jemput kamu dan beliau minta tolong aku untuk jemput kamu, Han.”“Lah … kok papa gak bilang aku sih? Lagian aku juga bisa naik taxi online loh padahal, gak harus papa ngerepotin kamu gini, Ris.”“Gak apa apa, Han, aku gak repot kok. Hari ini aku juga lagi free. Pesawatnya landing jam berapa?” ulang Aris.“Jam 13.30 Wita, Ris.”“Okey, kamu hati hati. Sekali lagi aku gak merasa direpotkan, jadi gak usah sungkan.”“Makasih banyak ya, Ris.”“Iya, sama sama, Han.” Mereka pun mematikan sambungan telfonnya.“Aku gak akan pernah merasa direpotkan selagi itu tentang kamu, Han. Aku bahkan akan senang hati melakukannya. Aku akan perjuangkan kamu, walau aku gak tahu akhirnya kita bersatu atau menjauh.” Aris bermonolog.Aris buru buru menyelesaikan serangkaian perkerjaannya biar nanti bisa tepat waktu untuk jem
“Han, kalau Papa perhatikan, Aris itu serius banget sama kamu loh. Effortnya itu luar biasa untuk mendapatkan hati kamu dan Al. Sepertinya kamu harus buka hati untuk Aris, Han,” ucap papa Hana ketika mereka sedang makan malam.“Hana gak mau nyakitin Aris, Pa.”“Maksudnya?”“Bisa saja Hana menerima Aris secara fisik, tapi hati Hana gak bisa, Pa. Perasaan Hana seolah mati rasa. Hati Hana gak akan pernah bisa terlepas dari ayah biologis Al, Pa.”“Apa yang kamu harapkan dari dia?” tanya Galih. “Ini sudah sebulan lebih dari kamu mengunjunginya ke Jakarta, sampai saat ini kamu belum tahu lagi keadaannya gimana, kan? Kita gak tau bagaimana kondisi dia sekarang.” Hana menunduk tanpa berani menatap sang papa. “Papa sama mama gak bisa selamanya jagain kamu dan Al, kamu butuh pendamping hidup. Al juga butuh sosok ayah yang bisa dia jadikan panutan. Di sini kamu mengharapkan dia, apa kamu tau apa yang dia dan keluarganya harapkan? Iya kalau misal kamu yang mereka harapkan, jika tidak? Yang ada sia
“Han, ini kamu yang masak?” tanya Aris.“Iya, kenapa? Gak enak kah?”“Oh no, this a delicious.”“Beneran?”“Bener, Han. Aku gak nyangka kamu bisa masak makanan ginian juga loh. Ku kira hanya bisa buat dessert doang.”“Ngeledek aku kamu, Ris?” Hana menatap sinis ke arah Aris dan Aris hanya nyengir kuda. “Ya dikit dikit aku belajar masak jugalah, Ris, belajar dari mama, mbok, atau dari YT juga. Kan ya gak mungkin nanti aku kasih makan dessert terus anak dan suamiku,” jelas Hana.“Ini pertama kali kamu masak atau sudah berkali kali?”“Kalau masak seafood saos padang gini sih baru nyoba buat sekarang, Ris.”“Ah pertama kali buat aja udah seenak ini, apalagi kalau sudah berulang kali? Bakal jadi favorit aku sih ini. Ntar kalau aku pengen makan makanan saos padang, aku pakai jasa kamu saja lah, Han.”“Boleh aja, asal nanti ada upahnya, hahaha …”“Perhitungan banget sih sama temen,” Aris mengerucutkan bibirnya.“Realistis lah, Ris.” Hana kembali tertawa. “Habis ini kita langsung pulang atau m
Situasi ini sungguh membuat Hana bingung. Hana tak mungkin mengabaikan perasaan Aris yang jelas bisa Hana rasakan. “Pergilah, Han! Al aku bawa masuk,” ucap Aris lantas berbalik arah menuju rumah. “Maafkan aku, Ris!” Aris hanya mengacungkan jempolnya tanpa menoleh lagi ke arah Hana. “Apa dia calon ayah dari anakku, Han?” tanya Alga dan sontak membuat Hana mengerutkan keningnya. “Mana janji kamu yang katanya mau nunggu aku sehat? Bukannya kamu bilang akan menunggu aku menepati semua janji janjiku dan kita akan hidup bersama?” Hana membatu. “Aku noted semua yang kamu katakan pada saat menjengukku, Han. Aku bisa mendengar, aku bisa merasakan semua sentuhan kamu. Tapi aku tidak mampu mengendalikan diriku untuk bergerak. Harapanku, kamu masih mau bersabar menungguku, makanya aku berusaha untuk cepat sadar dan sehat pulih kembali. Karena aku ingin segera menepati janjiku. Tapi rupanya kamu sudah memiliki laki laki lain. Membuat semua yang aku lakukan saat ini sia sia, Han.” Hati Alga mula
Bukan tanpa sebab Galih memberikan keputusan tersebut, tapi Galih tahu laki laki yang dicintai oleh putrinya adalah Alga. Kegigihan hati seorang Hana yang tidak bisa membuka hati pada laki laki mana pun membuat Galih mengerti bahwa kebahagiaan sang putri ada pada Alga. Dirinya berharap keputusannya merupakan keputusan yang tepat. Galih bisa melihat dari sorot mata Alga, bahwa Alga juga sangat mencintai Hana. "Obati lukanya!" ucap Galih, lalu pergi meninggalkan Hana dan Alga. Hana membawa tubuh Alga dan memapahnya duduk di sofa ruang tamu. Hana pun bergegas mengambil kotak P3K dan mengambil air hangat untuk kompres. "Auuu," seru Alga. "Sorry, sakit ya? Ini aku udah pelan pelan loh," ucap Hana sambil ngompres pipi dan bibir Alga yang lebam akibat dipukul sang papa. Wajah keduanya sangat dekat, hingga mereka merasakan hembusan nafas satu sama lain. Pelan pelan wajah Alga maju mengikis jarak antara keduanya, dan finally hidung keduanya bersentuhan. Selama beberapa detik mereka mas
“Mau gak kalau beli dinonya nanti sama Papa aja, Sayang?” tanya Alga untuk mencairkan suasana yang sempat membeku.“Emangnya om Ayis ke mana? Om Ayis sudah janji sama Al mau jalan jalan ke mall hari ini. Iya kan, Ma? Al mau beli sama om Ayis pokoknya,” rajuk Al.Mendengar hal itu Hana beserta keluarganya tidak enak pada Alga dewasa. Hana pun menghampiri Al dan berjongkok untuk menyetarakan tubuhnya dengan sang anak. “Al Sayang, om Aris sedang sibuk, jadi belum bisa main sama Al. Nanti kita beli sama papa aja ya!”“Tumben om Ayis gak bisa temenin Al sih, Ma? Katanya om Ayis sayang sama Al. Pokoknya Al mau om Ayis.” Al sudah mulai mewek. Namun, Hana berusaha untuk menenangkan Al.“Sayang, om Aris harus kerja biar dapat uang yang banyak. Jadi, sekarang belum bisa main sama Al dulu. Tapi in syaa Allah nanti om Aris kalau sudah banyak uangnya, pasti akan temenin Al main lagi.”“Bener?” Hana mengangguk.Alga memperhatikan 2 orang yang sedang bernegoisasi itu, hati Alga terasa nyeri ketika s