Semua Bab Berpisah Untuk Kembali: Bab 21 - Bab 30

30 Bab

Seseorang Yang Tidak Asing

“Han, ini kamu yang masak?” tanya Aris.“Iya, kenapa? Gak enak kah?”“Oh no, this a delicious.”“Beneran?”“Bener, Han. Aku gak nyangka kamu bisa masak makanan ginian juga loh. Ku kira hanya bisa buat dessert doang.”“Ngeledek aku kamu, Ris?” Hana menatap sinis ke arah Aris dan Aris hanya nyengir kuda. “Ya dikit dikit aku belajar masak jugalah, Ris, belajar dari mama, mbok, atau dari YT juga. Kan ya gak mungkin nanti aku kasih makan dessert terus anak dan suamiku,” jelas Hana.“Ini pertama kali kamu masak atau sudah berkali kali?”“Kalau masak seafood saos padang gini sih baru nyoba buat sekarang, Ris.”“Ah pertama kali buat aja udah seenak ini, apalagi kalau sudah berulang kali? Bakal jadi favorit aku sih ini. Ntar kalau aku pengen makan makanan saos padang, aku pakai jasa kamu saja lah, Han.”“Boleh aja, asal nanti ada upahnya, hahaha …”“Perhitungan banget sih sama temen,” Aris mengerucutkan bibirnya.“Realistis lah, Ris.” Hana kembali tertawa. “Habis ini kita langsung pulang atau m
Baca selengkapnya

Ikhlas Walau Tak Rela

Situasi ini sungguh membuat Hana bingung. Hana tak mungkin mengabaikan perasaan Aris yang jelas bisa Hana rasakan. “Pergilah, Han! Al aku bawa masuk,” ucap Aris lantas berbalik arah menuju rumah. “Maafkan aku, Ris!” Aris hanya mengacungkan jempolnya tanpa menoleh lagi ke arah Hana. “Apa dia calon ayah dari anakku, Han?” tanya Alga dan sontak membuat Hana mengerutkan keningnya. “Mana janji kamu yang katanya mau nunggu aku sehat? Bukannya kamu bilang akan menunggu aku menepati semua janji janjiku dan kita akan hidup bersama?” Hana membatu. “Aku noted semua yang kamu katakan pada saat menjengukku, Han. Aku bisa mendengar, aku bisa merasakan semua sentuhan kamu. Tapi aku tidak mampu mengendalikan diriku untuk bergerak. Harapanku, kamu masih mau bersabar menungguku, makanya aku berusaha untuk cepat sadar dan sehat pulih kembali. Karena aku ingin segera menepati janjiku. Tapi rupanya kamu sudah memiliki laki laki lain. Membuat semua yang aku lakukan saat ini sia sia, Han.” Hati Alga mula
Baca selengkapnya

Rencana Kedatangan Calon Besan

Bukan tanpa sebab Galih memberikan keputusan tersebut, tapi Galih tahu laki laki yang dicintai oleh putrinya adalah Alga. Kegigihan hati seorang Hana yang tidak bisa membuka hati pada laki laki mana pun membuat Galih mengerti bahwa kebahagiaan sang putri ada pada Alga. Dirinya berharap keputusannya merupakan keputusan yang tepat. Galih bisa melihat dari sorot mata Alga, bahwa Alga juga sangat mencintai Hana. "Obati lukanya!" ucap Galih, lalu pergi meninggalkan Hana dan Alga. Hana membawa tubuh Alga dan memapahnya duduk di sofa ruang tamu. Hana pun bergegas mengambil kotak P3K dan mengambil air hangat untuk kompres. "Auuu," seru Alga. "Sorry, sakit ya? Ini aku udah pelan pelan loh," ucap Hana sambil ngompres pipi dan bibir Alga yang lebam akibat dipukul sang papa. Wajah keduanya sangat dekat, hingga mereka merasakan hembusan nafas satu sama lain. Pelan pelan wajah Alga maju mengikis jarak antara keduanya, dan finally hidung keduanya bersentuhan. Selama beberapa detik mereka mas
Baca selengkapnya

Menyalahkan Takdir

“Mau gak kalau beli dinonya nanti sama Papa aja, Sayang?” tanya Alga untuk mencairkan suasana yang sempat membeku.“Emangnya om Ayis ke mana? Om Ayis sudah janji sama Al mau jalan jalan ke mall hari ini. Iya kan, Ma? Al mau beli sama om Ayis pokoknya,” rajuk Al.Mendengar hal itu Hana beserta keluarganya tidak enak pada Alga dewasa. Hana pun menghampiri Al dan berjongkok untuk menyetarakan tubuhnya dengan sang anak. “Al Sayang, om Aris sedang sibuk, jadi belum bisa main sama Al. Nanti kita beli sama papa aja ya!”“Tumben om Ayis gak bisa temenin Al sih, Ma? Katanya om Ayis sayang sama Al. Pokoknya Al mau om Ayis.” Al sudah mulai mewek. Namun, Hana berusaha untuk menenangkan Al.“Sayang, om Aris harus kerja biar dapat uang yang banyak. Jadi, sekarang belum bisa main sama Al dulu. Tapi in syaa Allah nanti om Aris kalau sudah banyak uangnya, pasti akan temenin Al main lagi.”“Bener?” Hana mengangguk.Alga memperhatikan 2 orang yang sedang bernegoisasi itu, hati Alga terasa nyeri ketika s
Baca selengkapnya

Lamaran Alga

“Aku harus merebut cinta anak kita agar bisa mencintaiku sepenuhnya,” ucap Alga kemudian.“Kamu mau merebut dia dari aku? Aku yang hamil, aku yang melahirkan, aku yang kasih ASI, aku juga yang ngurus bahkan bergadang jagain dia, terus kamu datang datang mau merebut dia dari aku? Oh tidak semudah itu Ferguso!” Hana ngomel seraya mendorong dada Alga.“Heiii … bukan merebut dari kamu, Sayang. Tapi maksudku, aku mau menggantikan sosok laki laki itu dari hati anak kita. Aku gak mau ya dia lebih sayang ke orang lain timbang ke aku yang notabennya adalah ayah kandungnya,” jelas Alga.“Ish kirain.” Satu kecupan langsung Alga layangkan di bibir Hana. Lelaki itu gemas melihat wanitanya ngomel. “Gak sopan ih,” protes Hana.“Sopan aja lah, lah wong sudah pernah buat anak aja.” Hana pun langsung melayangkan cubitan di perut Alga. “Auuu … sakit tahu, Sayang.”“Biarin ah,” sewot Hana.“Kalau kayak gini, aku bawaannya pengen ngajak kamu ke KUA sekarang aja deh.” Hana hanya mencebikkan bibirnya saja.“
Baca selengkapnya

Kesempatan Dalam Kesempitan

“Gak apa apa dong. Nanti aku bantuin kamu urus café di sela aku pantau kantor yang di Jakarta. Sambil menunggu waktu setahun itu, sekalian kita nanti bangun café juga di Jakarta ya. Biar café kamu punya cabang.”“Seriusan?”“Pernah aku gak serius dengan apa yang aku ucapkan sama kamu?” Hana menggeleng. “Semoga gak ada halangan aja biar semua terealisasikan dengan baik ya, Sayang.” Keduanya pun mengaamiinkan. “Aku tahu, memiliki café dengan menu per-dessert-an adalah impian kamu sejak dulu. aku masih ingat semua mimpi yang pernah kamu bilang ke aku. Jadi, aku gak mau dengan hadirnya aku, dengan hidupnya kamu bersamaku nantiny, itu akan menghalangi semua mimpi kamu, Sayang. Aku bahkan akan selalu support semua yang kamu impikan selagi itu baik.”“Ah … terharu aku tuh.” Hana pun langsung memeluk tubuh laki laki yang sangat dia cintai itu.“Oh iya, aku malam ini tidur sama kamu boleh gak sih?”“Mana boleh? Kamu tidur sama Al aja.”“Kamu gak kangen aku?”“Kangen, tapi gak harus tidur berdua
Baca selengkapnya

Acara Sakral

Tidak salah jika Bali sering kali dinobatkan sebagai tempat paling romantis di Indonesia bahkan juga telah diakui oleh dunia. Tak heran jika dream wedding Hana adalah Bali. Hari yang ditunggu tunggu kini telah tiba, yaitu pernikahan Hana & Alga. Keduanya menggelar resepsi pernikahan di sebuah taman yang begitu indah yang diapit oleh dua pantai pasir putih yang memang sudah menjadi salah satu favorit wedding venue dengan pemandangan beachfront. Tidak banyak tamu undangan, hanya kurang lebih 200 orang saja. Hanya orang orang terdekat dari kedua keluarga juga dari teman teman Alga dan Hana.Akad nikahnya dilaksanakan pagi hari di semi outdor yang berlokasi di satu tempat yang sama, namun berjarak. Akan tetapi masih dengan pemandangan pantai yang menenangkan, menjadikan acara sakral tersebut menjadi lebih khidmat dan syahdu secara bersamaan.“Wahai ananda Alga Mahardika, tangan yang saat ini kau genggam itu adalah tangan dari seorang ayah dari calon pengantin wanitamu, Hana Camilla. Yang s
Baca selengkapnya

Harus Usai

“Mana ada calon? Belum ya.” “Lah yang selalu kamu posting itu siapa?” “HTS-an doang mah,” jawab Sindy seraya mengerucutkan bibirnya. “Ya cepet diresmikan dong!” “Udah lost contact.” “Kok bisa?” “Udah ah jangan bahas itu, aku lagi gak mau sedih di hari pernikahan kamu loh.” “Ututu, sini sini peluk, Sayang!” Hana pun memeluk Sindy sambil menepuk nepuk pelan bahunya. “Han, selamat ya! Sudah bahagia kan dengan seseorang yang selama ini kamu inginkan?” Tiba tiba Aris mendekati Hana seraya menjabat tangan Hana. “Makasih banyak, Ris.” “Aku juga ucapkan terima kasih untuk kamu. Karena kamu sudah mengajarkan banyak hal padaku, Han, terutama tentang ikhlas untuk melepas. Tentang arti mencintai tanpa memiliki serta terkait makna lebih mementingkan hati yang cintai untuk menjemput bahagianya meski bukan denganku ia melanjutkan jalan hidupnya. Kamu juga mengajarkan dan membuktikan ada semesta bahwa ternyata cinta bisa habis pada satu orang, Han,” ungkap Aris sesuai apa yang ada dalam hati
Baca selengkapnya

Cinta Atau Sayang?

“Aku bisa merasakan denyut lemah itu sedang kesakitan saat ini.” “Denyut lemah?” “Iya, yang di dalam sana,” tunjuk Sindy pada dada Aris. “Kenapa kamu bisa tahu?” “Cinta benar benar buta ya, sampai kamu tidak sadar ketika tadi kamu mengutarakan isi hati kamu pada Hana, aku berada tepat di samping tubuh Hana, tubuh yang sebenarnya ingin kamu bersamai seumur hidupnya.” “Oh maaf, aku kira kamu –“ “Cenayang? Tentu tidaklah. Aku manusia biasa, yang bisa mendengar dan melihat atraksi dan interaksi orang orang di sekelilingku.” “Bukan gitu, aku kira kamu melihat wajahku begitu mengenaskan, terlalu nampak jika aku sedang berduka di atas kebahagiaan orang yang aku cintai.” “Kamu cinta atau sayang dia?” “Aku mengakui getaran cinta itu saat bersamanya, aku merasakannya. Bahkan ketika tadi aku ajak ia berbicara pun masih sama rasanya.” “Kamu percaya bahwa cinta itu bisa hilang sedangkan rasa sayang itu tidak akan bisa hilang?” “Kenapa bisa begitu? Bukannya cinta itu sudah pasti sayang se
Baca selengkapnya

Malam Pertama

“Aku pastikan anak anak kita nanti akan bangga dan sempurna memiliki ibu sepertimu, Istriku.”“Dan anak anak kita bisa beranggapan seperti itu pada ibunya karena hadirmu yang selalu menyempurnakanku, Suamiku.”“Terima kasih, sudah mencintaiku tanpa peduli jarak dan waktu. Kalau bukan kamu yang aku cintai, aku gak tahu apa orang lain itu bisa tetap mencintaiku diketidak pastian diriku yang menghilang. Aku pun sulit untuk membayangkan hal itu.”“Kamu juga, ‘kan? Kamu mencintaiku tanpa peduli jarak, waktu, serta dimensi koma yang kamu selami kala itu.” “Kamu lebih hebat dan lebih setia, Sayang. Kamu yang setiap saat menapaki bumi dengan lalu lalang lelaki yang jelas jelas sudah mengisi hari harimu, tapi sedikit pun kamu tidak goyah dengan kehadirannya. Kamu kuat mempertahankan cinta kamu tetap untukku. Kamu hebat, sangat hebat.” Alga membingkai wajah Hana dengan kedua telapak tangannya. “Tentang aku, saat itu aku tebujur kaku yang bernapas saja bergantung pada mesin. Andai papa dan mama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status