"Honey, kenapa? Jangan diam di pintu." Asep merangkul Tania yang tersentak sesaat. "Operasinya akan berbahaya, Hottie. Kang Gema bisa sadar lagi, kan? Aku takut. Kenapa ketika aku ingin bahagia. Pasti saja, ada kesedihan seperti ini." Tania langsung memeluk Asep yang merasakan sakit hati. "Bisa, Gema orang yang kuat. Aku pun takut, tapi percayalah. Kita bisa melalui ini semua. Di sini ada aku. Kamu enggak sendirian lagi." Asep mengelus punggung dan menyadari sesuatu. Untung, tangannya sudah bersih dari darah. "Insyaallah, operasi berjalan baik. Taniaku, lupa, yah? Enggak, ganti baju dulu?" Lanjut Asep yang membuat Tania mendongak. "Oh, iya. Aku masih pakai dress. Duh, dingin lagi." Tania kebingungan sampai tas pun tidak dibawa. Hanya membawa ponsel saja. "Wah, obat juga enggak dibawa? Pakai, nanti bilang kalau mulai sesak lagi." Asep langsung memasang jaket kulit hitamnya ke Tania. "Iya, di tas semua. Makasih, Asepku. Aku ingat obat-obatannya, nanti beli di apotik Rumah Sak
Read more