Beranda / Romansa / Si Badut Itu, Pangeranku! / Bab 28 Pertunangan Yang Dramatis 3

Share

Bab 28 Pertunangan Yang Dramatis 3

Penulis: Siska Kurniawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari yang ditunggu-tunggu pun datang, semua sibuk mempersiapkan diri. Uun dan Denny mengarahkan para pria, Endah dan Asri mengarahkan para wanita. Semuanya pun berdandan cantik dan rapi, wanita menggunakan kebaya brukat biru motif bunga anggrek. Sedangkan, pria menggunakan batik khas Majalaya. Mereka berkumpul di ruang makan untuk sarapan dulu. Endah dan Asri sibuk mengecek kembali barang yang akan dibawa. Yang paling penting kotak Cincin klasik turun temurun dari keluarga Uun. Mereka pun masuk ke bus dan menikmati perjalanan yang cukup panjang. Asep dan Ujang yang sudah menunggu di pinggir jalan, kedua pria itu naik bus juga. Di sisi pihak wanita, MUA sudah datang dari jam 04.00 menjelang subuh. Tania yang sedang di make-up ala Sundanes bride yang anggun dan elegan. Tidak lupa sanggul sedang dan sedikit disasak pun menghiasi rambut tebal Tania. Aksesoris serba biru dan putih mendominasi, di pasang dari kepala sampai leher. Iis yang sudah duluan didandani terus menerus memfoto dan mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 29 Jack Datang Kembali!

    "Iis pasti selamat, kan? Iya, kan?" tanya Tania yang sangat khawatir. Melihat kacau situasi saat ini. Panitia yang pria pun mengamankan acara dan para tamu. "Harus, ada Ujang dan teman-temanku yang ikut. Aku percaya sama mereka. Kamu dan semua keluargamu untuk sekarang dan ke depannya. Jangan keluar sendirian kalau mau pun temani satu orang pria. Paham?" Asep mengingatkan hal itu. Uun dan Gema menghampiri panggung yang terkejut ada perkelahian di depan tenda. "Aku baru selesai makan. Ada apa ini? Itu Pak Aan." Gema menenangkan Tania yang sangat ketakutan sekali. "Kalian aman? Tidak ada yang menyerang kalian? Aku makan bareng sama Gema. Ibu sama yang lain, kan? Ucup?" cecar Uun yang panik dan syok dengan mencari istri dan calon besan itu. "Mereka aman kok. Tadi, aku lihat bersama para ibu-ibu di dapur. Ucup bersama kakak dan bapak Pak Uun," jelas Gema yang membuat Asep dan Uun tenang. "Oh, syukurlah." Uun mengelus dadanya. "

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 30 Perasaan Asep

    Tania perlahan membuka mata, mengedipkan mata berkali-kali. Dia merasakan sakit luar biasa di bahunya. Dia mendongak melihat kantong infus dan darah yang menggelantung. Wanita yang sudah menganti pakaian dengan baju pasien berwarna biru. Tania mencari seseorang yang sangat dirindukannya, ingin bangun tapi seluruh tubuh kaku. Terdengar suara pintu dibuka, dia memfokuskan penglihatannya. Tania tersenyum manis, saat Asep melihatnya terpaku lalu menangis. Tania melambaikan tangan, Asep langsung memeluk dan menciumi kening, pipi, dan bibir Tania. Mereka pun larut dalam tangisan pilu dan rasa rindu yang terobati. Suara Tania masih serak dan perlahan, Asep menggelengkan kepala untuk tidak memaksakan bicara. Asep mengambil botol minum dan menuangkan air ke gelas lalu menuangkan air panas dari termos. Asep memberi kabar orang rumah bahwa Tania sudah sadarkan diri. Wanita itu tidak sadarkan diri selama dua hari, Tania yang mendengar itu pun syok. "Oh, aku dua hari tidur? Gimana di r

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 31 Berwisata Keluarga Tania dan Asep 1

    Keesokan harinya, keluarga inti dan dituakan Asep datang. Orang tua Asep menengok calon mantu yang sangat mencemaskannya. Mereka membawa berbagai makanan dan buahan untuk Tania. Tania sangat senang dan terharu, betapa keluarga besar Asep sangat menyayanginya. Endah memeluk dan mengelus punggung Tania. Dua wanita itu menangis sejadi-jadinya, Endah paham dan merasakan apa yang diderita calon mantunya itu. Uun mengelus kepala Tania dengan menunduk menahan tangis. Kakek dan Nenek Asep saling menguatkan semuanya. Asep yang baru masuk bersama dokter saling tukar pandang dan dokter pun mengerti. Asep menepuk bahu semuanya agar dokter bisa memeriksa dan membersihkan lukanya. Dokter yang disusul perawat telah membawa peralatan dan obat. Uun dan Endah hanya mengamati dari kejauhan, Denny dan Asri yang menggendong anaknya pun menutup mata. Kekasih Tania tanpa gentar terus menemani dan menggenggam tangan. Tania menahan sakit dan terus memeluk Asep. "Kang, Alhamdulillah lukanya sudah m

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 32 Berwisata Keluarga Tania dan Asep 2

    "Aku harus tanya ke Tania langsung. Aku enggak bisa prasangka buruk terus. Hanya karena hal kecil ini." Asep ke kamar mandi dan cuci muka dulu. Dia berjalan ke kolam dengan jalan cepat. "Doni, jangan sampai bentak dia lagi. Kendalikan emosimu, oke. Jangan kaya waktu di rumahku," batin Asep yang menghela napas panjang. Dia mencari Tania yang sedang duduk di pinggir kolam dan bermain air. "Honey! Jangan lama-lama di kolamnya. Dingin lagi nanti." Asep menghampiri dan memasang handuk ke punggungnya. Dia langsung menarik ke tempat duduk untuk berjemur. "Iya-iya, sabar. Kenapa enggak lanjutin tidurnya? Hottie?" tanya Tania yang melihat wajah masam dari kekasihnya itu. Tania langsung tahu kalau Asep sedang marah. "Enggak bisa. Ada yang ganggu aku. Aku minta password ponselmu, boleh?" pinta Asep yang menatap dalam Tania yang kebingungan. "Boleh, ada apa sih Aa? Aku jadi bingung dan takut. Kalau Aa kaya gini tuh. Marah sama aku?" lirih Tania

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 33 Asep dan Tania Merasakan Hal Baru

    Asep memeluk erat tubuh calon istrinya itu, pria itu perlahan menarik tubuh Tania ke balik tembok yang cahayanya remang-remang. Asep bercumbu penuh nafsu dan napas mereka terengah-engah. Tangan mereka saling bermain liar menyusuri semua area sensitif. Tania dan Asep pun mendesah penuh gairah. Mereka merasakan sensasi yang berbeda, rasa ingin terus memiliki yang terikat kuat. Rasa yang baru dan rasa yang segar, mereka terus meningkatkan intensitas dari berbagai hal. Tania yang biasanya menolak pun menjadi mau, Asep yang terus menahan hasrat pun terus meluncurkan keinginannya. Rasa yang bisa diukur dari 0-50%, sekarang menjadi 60%-75% sungguh perkembangan yang nyata. Rasa membutuhkan pun semakin besar, mereka tidak mau terpisahkan. Asep terus melancarkan tangan yang tidak bisa dikendalikan itu. Tania sudah menikmati hal yang aneh penuh gairah yang tidak terkendali lagi. Mereka saling berpelukan dan berpagutan mesra. Suasana sepi dan sejuk membuat keinginan lain yang lebih sensual. Namu

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 34 Abdullah bin Amr

    "Lepas! Sakit!" jerit Cindy yang terus berontak dari ajudan yang menggendongnya seperti karung beras. "Kalau seperti ini terus! Aku akan muntah, Bodoh!" teriak Cindy yang benar saja langsung memuntahkan isi perut sepanjang koridor menuju kamar mewah di Villa itu. "Kamu! Bersihkan itu semua!" Pria berkulit sawo matang itu menunjuk pelayan yang sedang diam di samping pintu. Saat ajudan satunya lagi membuka pintu, kepulan asap rokok yang tebal keluar dan menyebar. "Nah, terus menari! Bagus-bagus wanita di sini, ya." Fadh yang memberi uang ke dalam bra wanita penghibur yang disewa kakaknya. Dua wanita itu meliuk-liuk dengan indah di tiang pole dance. "Setuju, Bos. Aku suka sekali sama tubuh seksi ini. DJ AF ganti musik dong," perintah Jack yang terus menggoyangkan tubuhnya bersama penari pole dance itu. Meliuk-liuk sesuai irama dan tempo musik genre EDM dan R&B. "Rose! Masuk ke ruanganku! Jelaskan semuanya," perintah Abdullah yang melepa

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 35 Kekecewaan Gema 1

    "Kita harus lebih tegas, Kang. Biar Rose berpikir dua kali untuk mencelakai keluarga kalian." Ujang terus menahan sakit luar biasa. Dia melirik Tania yang memikirkan hal itu. "Betul, Aa. Pasti Rose ingin menghancurkanku dan Aa. Soalnya, rencana dia sudah berantakan sekarang. Kita harus bagaimana?" tanya Tania yang gemetar hebat. Rasa takut yang lebih menekan dari biasanya. "Rencana terus menjodohkanmu sama pria berduit, ya? Kita harus saling melindungi." Asep menghela napas panjang. "Aku sebenarnya sudah melaporkan Rose. Tapi, karena kurang bukti prosesnya berhenti. Sebelumnya, maaf aku belum cerita." Asep menahan Ujang yang berontak. Iis mengoleskan salep dan sedikit menekan langsung di tempel perban dengan plester. "Hah, sudah aku duga sih. Waktu di rumah sakit pernah bahas ini. Aku kira hanya wacana saja." Tania menyenderkan tubuhnya ke kursi dan berpikir. "Apa Kang Gema enggak akan marah?" tanya Tania yang menatap langit-langit

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 36 Kekecewaan Gema 2

    "Apa? Kenapa kamu ingin membocorkan rahasia bosmu? Jangan macam-macam denganku!" gertak Asep yang mencengkeram kerah baju Argha. "Hah! Suka-suka akulah. Oh, aku mau menawarkan diri jadi mata-mata untukmu. Bagaimana? Mau atau enggak?" tawar Argha yang membuat Asep termenung dan Denny berbisik-bisik untuk waspada. "Jangan! Bisa saja dia jadi pisau bermata dua, Asep. Kalau pun kamu mau dia enggak bisa di percaya! Diskusi dulu sama komandan Restu," bisik Denny yang sangat tidak suka dengan sifat arogan dari Argha. Asep pun setuju. "Lihat saja nanti di kantor. Aku ingin menginterogasimu lebih dalam." Asep yang meminjam borgol dari rekan yang terluka tadi, langsung memasangkannya di tangan pria besar itu. "Tawaranku enggak akan merugikan kalian. Ingat itu!" ucap Argha yang menatap Denny dengan dalam. "Kamu menodai istriku? Jawab!" bentak Denny sambil mencengkeram jaket pria sawo matang itu. "Tenang, aku hanya membantu menghisap

Bab terbaru

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 46 Firasat Buruk 1

    "Haha ... yakin? Yang akan menghancurkan Tania dan Asep. Oh, salah. Tania dan Doni, bukan dari aku saja. Dia jauh lebih kejam dan sadis!" seru Hani yang tertawa lepas dan melengking. Ujang sampai merinding. "Aku peringatkan kalian. Dari hari besok dan seterusnya. Abdullah akan turun tangan langsung untuk mengambil miliknya." Lanjut Hani yang tersenyum sinis. Ujang hanya terdiam dan terus mengetik semua pernyataan Hani. Pria muda itu mendidih mendengar semuanya. Ujang mengembalikan Hani ke dalam sel dan memberikan makanan malamnya. Pria berkulit kuning langsat itu, termenung dan menelepon via Video Call Asep dan Restu. Mereka pun terdiam dengan syok, lantas memutuskan rapat di siang harinya. Tidak lupa mereka berdiskusi untuk langkah selanjutnya, karena sudah 50% barang bukti terkumpulkan. Asep meminta ijin ke Komandan untuk memperketat pengawasan keluarga Tania dan keluarganya. Restu memiliki firasat buruk soal ancaman dari Hani itu dan mengijinkannya.

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 45 Informan 2

    "Baiklah, hubungi nomor ponsel ini. Kalau terjadi apa-apa. Berikan ponselmu." Restu mengambil ponsel Argha dan memasang alat penyadap. "Terima kasih, kerjasamanya. Tolong, utamakan kewarasanmu," pinta Restu yang mengembalikan benda pipih itu. "Sama-sama, dan terimakasih kembali. Maaf, aku terlambat menyadari kewarasanku," lirih Argha yang bersemangat kembali. Restu hanya tersenyum lebar dan mengangguk saja. Restu dan anak buahnya memasang secara permanen alat-alatnya. Argha merenung sambil berpikir langkah selanjutnya harus bagaimana. Mereka berbincang dengan asik dan bergiliran untuk sarapan. Restu berpamitan untuk mengunjungi tempat kerjanya yang kedua. Dia memerintahkan ke anak buah untuk terus menjaga dan mengawasi satu rumah itu. Argha yang kembali diborgol dan masuk ke sel penjara dengan satu tempat tidur itu. Dia menghela napas berat dan menatap langit-langit. Dia sangat merindukan keluarga kecilnya. Argha sesekali menahan sakit dari chip yang be

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 44 Informan 1

    "Lepas! Sakit tahu!" jerit Hani dengan terus berontak. "Enggak mau! Biarin rasakan semuanya!" jerit Tania yang masih mencelupkan kepala Hani. "Teteh! Sudah lepasin! Biar aku yang urus orang ini!" teriak Ujang yang menarik tubuh Tania. "Lepas! Dasar penipu kalian!" hina Hani yang memberontak saat dua rekan Ujang menyeret tubuh seksi itu ke arah pintu belakang. "Ah! Ujang, jangan bawa dia pergi! Aku belum puas!" jerit Tania yang sama memberontak dari Ujang. Asep menghampiri dan melepaskan kekasihnya. "Sayang! Sudah, tenangkan dirimu!" mohon Asep dengan suara lembut sambil memeluk erat Tania. "Kang, aku urus dia dulu. Biar penyelidikan kasusnya bisa berlanjut lagi." Ujang menepuk bahu Asep dan berlalu pergi. "Ta-tapi ... dia menghina Aa! Aku enggak terima!" geram Tania yang menangis tersedu-sedu dalam pelukan itu. "Iya, aku tahu. Terima kasih, sudah mewakilkan Aa." Asep menghapus air mata itu sambil mengecu

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 43 Prewedding 2

    "Ke mana orang itu! Pak, terus telusuri jalan setapak ini," perintah Ujang yang kesal karena hanya menemukan gantungan tas berinisial H di tanah. "Tata, kita cuma dapat ini saja. Ada syal motif bunga sama gantungan kunci. Satu yang pasti sosok itu wanita," terang salah satu dari rekan Tata sambil menyodorkan dua benda. "Baiklah, yang lain cari lagi. Aku punya firasat buruk soal ini." Ujang langsung menelepon Asep alias Doni yang masih ada di Cafe. "Siap, tapi kalau ini dugaanku benar. Kapten dalam dilema sekali." Lanjut bapak-bapak tadi dan menatap dalam Tata. "Pasti. Pokoknya kalau kalian lihat orang mencurigakan lagi. Jangan ragu untuk ditangkap! Paham!" perintah Tata alias Ujang yang menunggu kaptennya menjawab telepon. "Baik! Laksanakan!" teriak semua orang yang langsung menyebar dan mencari lagi. Tata yang masih menunggu jawaban dari Doni. Tata dan rekan-rekannya terus menyusuri jalannya hingga menemukan sebuah mobil m

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 42 Prewedding 1

    Keesokan harinya, dari semua kejadian-kejadian yang dialami keluarga besar Asep, Tania, dan Iis. Banyak sekali hikmah yang bisa diambil. Tania, Ucup, dan Gema jauh lebih bisa berpikir jernih dan tenang. Asep, Ujang, dan Iis yang terus menjaga mereka dengan berbagai macam cara. Walau harus mengorbankan darah dan harga diri, semua selalu dihadapi bersama-sama. Denny dan Asri yang sudah pulih total pun akhirnya ikut di hari terakhir wisata itu. Iis menyewa sebuah pemandian air panas untuk semuanya. Dia memilih wisata yang santai dan merelaksasikan ketegangan otot semua orang. Tania sedang duduk di pinggir kolam dan bermain air panas. Asri menghampiri dengan memeluk erat dari samping. Tania tersenyum dan membalas pelukan hangat itu. "Sudah mendingan, Teh? Maaf." Tania mendusel di pipi Asri. "Sudah, enggak apa-apa. Luka kecil gini. Kamu gimana? Sudah lepas plester, kan?" tanya Asri yang sama-sama mendusel di pipi Tania. "Besok lusa, sekalian cek up

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 41 Kamar Penuh Gelora

    Sesudah mendapatkan keputusan final, mereka pun berbincang-bincang ditemani kopi hangat dan singkong goreng. Mereka pun menunggu Asri dan Denny pulang ke motel. Paman Asep yang satunya lagi sedang mengintip di jendela, dia melihat dua orang yang sedang berjalan menuju lorong itu. Dia pun membuka pintu sambil melambaikan tangan. Denny yang melihat pun langsung menghampiri kamar itu. Dia dan istrinya masuk dan langsung merasa marah melihat Cindy ada di depan. Iim dan Uun langsung memeluk erat kedua orang itu. Suami istri pun menyambut pelukan hangat dari keluarga. Denny terkejut dengan suasana di kamar itu. Dia berbisik menanyakan apa yang terjadi di situ ke Uun dan Iim. "Oh, baguslah. Aku masih belum bisa menerima semuanya. Maaf, Tania," ucap Denny yang membuat Tania mengangguk. "Aku paham, Kang. Maafkan, kami Teh Asri dan Akang." Tania berdiri dan memeluk kakak iparnya yang masih terlihat lesu. "Aku enggak marah ke kamu. Aku marah sama orang yang diam d

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 40 Keputusan Ucup 2

    Ucup menangis tersedu-sedu, Iim, Aan, dan Uun yang tidak tega menenangkannya. Semua orang yang melihat dan mendengar semua kenyataan pahit itu hanya terdiam. Anak-anak yang tadinya tertawa lepas menjadi termenung dengan melihat kejadian tadi. Awal kesenangan dan kebahagiaan sekejap saja langsung menjadi kelabu. Iim mendorong kursi roda Ucup ke depan menuju taman yang ujungnya tebing itu. Aan menyusul Gema dan Uun menyusul Tania. Iim terus menepuk-nepuk bahu Ucup yang masih gemetar hebat. Iim terus menatap langit malam yang sangat indah, ditemani hiruk-pikuk kendaraan yang melintas di bawah. Sorot lampu dari bawah dan restoran itu menghiasi malam yang sendu. "Hah, aku jadi merasa mual. Kenapa Akang malah bercerita sekarang?" tanya Iim yang duduk di samping kursi roda. "Ini kesempatan bagus, Iim. Di sini ada tempat untuk menyejukkan hati. Kalau di rumah, suasananya jadi enggak terkendali." Ucup menyeka air dan menenangkan diri. "Terlalu nekat lebih tepatn

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 39 Keputusan Ucup 1

    Perjalanan pulang pun dilalui dengan beristirahat, tetapi sebelum ke motel semua sepakat untuk makan malam di luar. Tempat restoran yang dikelilingi sawah dan kebun teh. Dihiasi lampu malam yang seperti bintang kejora. Satu jam sebelum ke motel, Iis langsung booking dua saung lesehan yang besar. Banyak menu yang dipesan dari Western sampai Nusantara. Gema dan Asep bercerita soal keributan tadi yang membuat dua keluarga itu tercengang dan syok. Asep dan Ujang terus memberi wejangan untuk lebih berhati-hati untuk kedepannya. Bila ada hal yang mencurigakan atau orang misterius terus menganggu, harus cepat-cepat menghubungi mereka. Makan pun dihiasi dengan canda tawa, Tania melihat dan merasakan semua ingin menghiburnya. Asep menerima telepon dari Denny yang sudah berangkat pulang. Semua orang yang tidak tahu kejadian sebelumnya pun, baru menyadari ketidak hadiran Denny dan istrinya. Ujang pun berceritalah sampai menunjukan luka-lukanya. "Ini sudah diluar nalar manusia, Nak."

  • Si Badut Itu, Pangeranku!   Bab 38 Memori Terpahit 2

    "Asep! Berhenti! Berhenti!" teriak Gema yang menarik tubuh Asep yang terus melancarkan serangan ke Galuh yang terpojok. "Aa sudah! Sudah, tangan Aa berdarah! Cukup!" jerit Tania yang langsung memeluk erat Asep dari depan. "Lepas, Gema! Lepas! Orang enggak tahu diri harus dikasih pelajaran! Kalau tahu kurang, jangan lepas tanggung jawab dong!" murka Asep yang terus berontak, Tania tetap membujuk. "Kamu ini. Dibayar berapa? Sampai tahu keberadaan kami?" tanya Ujang yang kesal dan marah. Dia berlari dari atas ke bawah menghampiri keributan itu. "Kang, sudah! Sudah!" mohon Iis yang ikut mendorong tubuh Asep. Iis panik saat melihat kekasihnya langsung berlari ke dermaga itu. Iis menyusul Ujang. "Jawab! Suruhan Rose lagi, kan? Ayo, katanya cinta kok mata duitan?" ejek Ujang yang menarik dan mengangkat Galuh seperti anak kucing. Ujang yang marah terus mengangkat ke ujung belakang dermaga. "Lepas! Suka-suka aku dong. Kamu siapa? I

DMCA.com Protection Status