Home / Romansa / Wanita Gila Mencari Cinta / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Wanita Gila Mencari Cinta: Chapter 121 - Chapter 130

156 Chapters

Tak Sadarkan Diri

"Apa?" Pertanyaan Aster menggantung di udara. Lawan bicara bungkam seribu bahasa. Tiba - tiba menjadi sibuk dengan ponselnya. Teguh dalam mengabaikan keingintahuan Aster. Ketika makanan mereka disajikan, Tomy juga hanya bicara untuk mengajak makan. Tidak mengatakan hal lain. Awalnya Aster hendak menolak makan. Namun perutnya berkata lain. Juga, dia tidak mau bersikap mubadzir. Terlebih dia sadar butuh energi untuk memecahkan teka - teki ini. Potongan besar puzzle yang harus dia susun seorang diri. Meski hanya beberapa keping puzzle yang dimiliki. Itu pun tak berkaitan sama sekali. Puzzle. Puzzle! Keluarga Antasena, keluarga dengan kepingan puzzle yang rumit. Brian, pria itu. Pecinta puzzle. Dia pun anggota keluarga Antasena yang diambil dari puzzle lain. "Mbak," panggil Tomy. Dia mengulurkan tangan ke arah Aster yang bergeming di kursi. "Ayo," lanjut Tomy. Dia pun menarik lengan Aster sampai berdiri. Aster mengunci mulut selama perjalanan pulang. Dia hanya menatap lurus k
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

Diijinkan Pergi

Aster mengunci diri di kamar. Dia menolak untuk turun makan malam. Safira juga tidak memaksa. Dia hanya memastikan Aster tidak kelaparan dengan memberitahu kalau kapan pun Aster sudah berselera makan, dia bisa ke ruang makan. Memang benar, tengah malam Aster keluar kamar. Awalnya dia tidak hendak menuju ruang makan. Tetapi mendengar langkah lain di belakang, Aster mengganti arah. Dia menuju ruang makan. Di meja makan masih tersaji makanan yang ditutup tudung saji. Aster pun mengambil piring. Dia hanya mengambil sayur dan lauk. "Aster, sedang makan?" tanya Safira pelan. Dia menuju dapur. Aster mendongak. "Iya, Ma. Apa aku membuat berisik?" jawab Aster cemas. "Tidak, Sayang. Makanlah. Aku mau buat teh," sahut Safira lalu sibuk membuat secangkir teh. Lapar membuat Aster bisa mengesampingkan marahnya sejenak. Dia makan tenang meski kemudian Safira ikut duduk di seberangnya. Tengah menikmati teh tengah malam. Suara denting sendok pelan mengetuk piring. Aster pun mengunyah tan
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Asisten Rumah Tangga

Semalam Safira lebih dulu kembali ke kamar. Aster sendiri menghabiskan makan malamnya. Ketika Aster juga meninggalkan ruang makan, rasa kantuk tak kunjung datang. Dia duduk terjaga di atas kasur. Hendak membuka ponsel nanti malah segar. Alhasil diam saja bersandar ke headboard, yang menjelang subuh baru bisa jatuh tidur. Matahari sudah tinggi ketika Aster bangun. Jendela begitu terang. Dia pun menggeliat lalu turun dari tempat tidur. Pukul 8 pagi dan tidak ada yang membangunkan. Aster segera mandi dan berganti pakaian. Dia dengan tenang menuju lantai satu. Tidak mau terlihat panik. "Non Aster, sudah bangun?" sapa Anti yang berjalan dari ruang keluarga. Aster mengangguk kaget. "Ah, ya, Bu. Apa mama dan papa sudah berangkat?" balas Aster. "Sudah, Non. Tadi sudah suruh saya bangunin non Aster, tapi terus suruh saya nunggu non Aster bangun sendiri saja. Mau saya siapkan sarapan?" Aster melongok ke ruang depan yang sepi. Dia menarik nafas lega. "Baik, Bu. Bisa disiapkan sal
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Rumah yang Ditinggalkan

Berusaha mengesampingkan pembicaraannya dengan Anti, selesai makan Aster menghubungi Tomy. Dia menanyakan apakah Tomy akan segera pulang atau tidak. Dia minta diantar ke rumah David. "Apa sudah ijin mama?" tanya Tomy memastikan. "Sudah. Semalam mama sudah memberiku ijin," jawab Aster. "Kalau begitu Jimmy akan segera sampai. Dia yang akan mengantarmu ke sana. Dia juga akan menjagamu selama di sana sampai aku pulang," ujar Tomy lalu mematikan sambungan telepon. Aster menyimpan ponselnya. Dia melihat ke sekitar kamar. Tidak ada yang perlu dibawa. Penemuannya biar tetap di sini. Dia berangkat begitu Jimmy tiba di rumah. Dari ruang makan, Anti berdiri melihatnya keluar. Aster hanya berpamitan sopan. "Ada apa di rumah mas David?" tanya Aster duduk di kursi penumpang depan. Jimmy tiada menoleh. Dia fokus menyetir perlahan menuju rumah yang tak jauh dari rumah utama. Beberapa menit saja sudah sampai. Pagar dibuka oleh Feri yang mengenali mobil Jimmy. Mereka keluar begitu pagar
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Dalam Gelap Malam

Tuduhan Jimmy terus menghantui Aster. Kakinya menjadi berat diangkat. Aster pun terpuruk ke lantai. Dia duduk memeluk kedua lutut. Masih saja sendiri. Arin pun tiada tampak masuk menemuinya. Lama dia duduk berdiam diri. Sampai dingin menggigit tubuh. Gelap makin menjadi. Aster berpindah ke ruang keluarga. Dia meringkuk ke sofa besar. Dia mengeluarkan ponselnya dan mulai melihat pesan - pesan yang masuk. /Mbak Aster, kamu sudah di rumah mas David? Sepertinya aku tidak bisa menyusulmu. Harus ada yang kukerjakan di kantor./ Aster membaca pesan dari Tomy. Hati jadu tenang. Dia tidak perlu bertemu dengan Tomy. Pesan itu tidak dibalas. Begitu pula pesan lain dari Panji dan Dini. Bahkan tidak dibaca Aster. Hanya pesan dari Fuad yang sedikit berbeda. Bukan tentang pekerjaan. Atau pun mengkhawatirkan kondisi Aster saat ini. /Aku tidak tahu harus bilang apa. Aku sangat merasa bersalah. Tapi aku juga tidak tahu apa yang kemudian terjadi. Aku hanya takut. Ini semua salahku./ "Di
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Kabur

Aster duduk bersandar ke jok. Ketakutan menghinggapi. Dia takut tadi benar mobil Brian. Takut Brian mencari dirinya. Untuk apa pria itu datang malam - malam ke rumah. Apa dia hendak berbuat onar lagi? Aster bergidik ngeri. Untung saja dia telah pergi dari sana. Sehingga mereka tidak akan bertemu. Aster pun bisa bernafas lega. "Mbak, benar rumah yang ini?" tanya sopir taksi. Aster terkejut. Dia pun melihat keluar jendela. Mereka telah sampai di perumahan tempat rumah baru yang David berikan untuknya. "Yang pojok sana, Pak. Maju sedikit," beritahu Aster. Mobil pun bergerak maju. Berhenti tepat di depan gerbang rumah baru. Dia pun membayar lalu turun dari mobil segera. Kunci dia keluarkan dari tas kecil yang dibawa. Kunci baru setelah Aster meminta pada Jimmy agar mengganti seluruh kunci mulai dari pagar sampai pintu - pintu rumah. Dia tidak mau Brian bisa masuk lagi ke rumah
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Lalu Semua Berkumpul

"Hah!!" Aster terbangun. Nafasnya terengah - engah. Dia meraup muka. Basah oleh keringat. Mimpinya begitu nyata. Dia memang memimpikan pertemuannya dengan David pada awal kerja sama dengan AntarKata. Momen yang sempat terlewat begitu saja dalam memori Aster. Dia bergeser ke tengah tempat tidur. Bersandar ke headboard, seraya mengecek jam di nakas. Pukul 2 dini hari. Belum lama dia jatuh tertidur. Dia pun merasa pening. Kedua tangan terangkat memijit sisi kepala. Dia merasa tidak nyaman. Bukan hanya mukanya yang basah, punggung dan dada turut banjir keringat. Dia pun menuju walk in closet, menyalakan lampu. Seketika ruangan tersebut dibanjiri cahaya. Hampir Aster memekik kaget, namun urung. Dia hanya melihat pantulan cahaya dari kaca. Segera Aster mengambil baju ganti. Dia menemukan kaos dan celana training. Kemudian dipakainya setelah mengeringkan keringat. Dia beralih ke kamar mandi, mencuci muka dan menyisir rambut. Di cermin terliha
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Kembali Dengan Luka

"Lepas!" desis kencang suara berat yang begitu dingin. Aster dan Brian terlonjak. Serentak mereka mengalihkan pandang ke bawah tangga. Pada seseorang yang datang dari kegelapan. "David!" seru Brian dan Aster bersamaan. David pun menaiki anak tangga seperti orang kesetanan. Dia menarik tangan Aster dari cengkeraman Brian. Serta mendorong Brian menjauh. "Pergi, Brian!" raung David. Brian menyeringai. Dia menegakkan badannya, sama tinggi dengan David. "Bagaimana bisa kamu kembali, hah?" David mendekap kuat Aster. Tatap mata tajamnya menusuk ke Brian yang mulai gelisah. "Pergi. Atau kupatahkan tanganmu," ancam David dingin. "Kamu tidak akan berani," sahut Brian. "Satu...." "Demi wanita sialan ini, Dav?" "Dua...." Brian mendengus kasar. "Kita akan memperhitungkan ini segera, Dav! Kau juga jangan merasa aman, Aster," Brian balas mengancam. Dia lalu berbalik menuruni tangga. Blam! Pintu dibanting. Aster mengembus
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Setiap Mata yang Memandang

Aster menatap pria yang tidur terlelap di tempat tidur. Dia berdiri tak jauh dari ranjang, menelengkan kepala. Seakan kepalanya begitu berat untuk disangga leher. Pria itu sudah tidur sejak subuh. Hari sudah mencapai tengah. Dia tak berniat sedikit pun untuk membangunkan si pria. Hanya duduk atau berdiri memperhatikan tiap naik turun dada pria itu. Masih bernafas dan hidup. Ponsel di saku bajunya bergetar. Takut mengganggu tidurnya, Aster bergegas keluar kamar. Sambil merogoh keluar benda pipih canggih. "Mama, ada apa?" jawab Aster pada Safira yang menelepon. "Bagaimana dengan David? Dia masih tidur?" cemasnya. "Iya, Ma. Nanti begitu bangun, akan kubujuk untuk ke rumah sakit. Jimmy sudah siap di luar," jawab Aster. "Benar dia masih belum bertemu kami?" Aster menarik nafas berat. "Belum, Ma. Mas David melarangku memberitahu mama dan papa. Dia juga tidak mau bertemu Tomy. Maafkan
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Amarah David

"Kenapa mereka datang, As?" gerutu David. Tangan Aster dipegang erat. Dia pun dilepas oleh Safira. "Mereka ingin bertemu denganmu, Mas. Semua orang merindukanmu," jawab Aster. David menggeleng. Dia tidak mau memandang kedua orang tua dan adiknya. "Minta mereka keluar, As," suruh David. Aster mencoba membujuk David, tapi pria itu bersikukuh agar keluarganya pergi. Aster pun mengikuti mereka berjalan keluar. Di depan ruang rawat mereka berdiri melingkar. "Papa sama mama istirahat di rumah saja. Nanti Aster bujuk mas David lagi," ujar Aster. Safira merangkul Aster. "Kami di luar sampai David tidur, As. Biar Tomy juga menginap di luar. Jangan sendirian mengurus David." "Dia pasti marah pada kita, Ma. Entah karena apa," hela Rendra. "Tapi kita tidak bisa membiarkan saja, Pa. Banyak hal harus dibereskan. Kalau David malah marah begini, kita akan kesulitan," balas Safira.
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status