Semua Bab Wanita Gila Mencari Cinta: Bab 101 - Bab 110

121 Bab

Pulang Penuh Tanya

"Kecuali Brian," imbuh Aster. Dia meremas buntelan. Merasa begitu bodoh telah tergesa - gesa bertanya. Kalau Bahar ganti bertanya mengapa padanya, maka Aster harus menyiapkan alasan. "Aku tidak tahu. Tidak pernah membuat daftar orang - orang yang disinggung David," jawab Bahar kemudian. "Apa mas David sebegitu kasar? Dia..., dia selalu lembut padaku. Malahan, dia begitu manja," bantah Aster. Aster menyentuh lokasi kantong serut. Masih ada di sana. Entah mengapa dia merasa benda itu sangat penting untuk David. "Sebab dia menyukaimu. David menginginkanmu, kan. Tentu saja dia bisa menunjukkan sifat aslinya padamu." "Sifat asli?" Bahar menghela nafas. "Sudah kamu sebutkan tadi. Memang aslinya begitu sebelum kena pengaruh Brian. Namun, mengapa kamu bertanya begitu? Apa ada y
Baca selengkapnya

Tidak, Sampai Bertemu

"Pertanyaanmu, bukan seandainya?" Aster menggeleng pelan. Dia membiarkan matanya basah kuyub oleh air mata. Setidaknya sekarang dia berada di tempat aman. Meski dia pun merasa tak benar. David entah berada di mana dan kondisi seperti apa. Bisa jadi David lebih parah dari nasibnya. "Rendra, apa yang terjadi?" tanya Bahar. Rendra menepuk pundak Bahar. "Anak itu entah ada di mana. Sudah hampir sebulan ini kami mencarinya kemana - mana, tapi belum membuahkan hasil. Bagaimana bisa kami mengharapnya datang menyelamatkan Aster dari Brian," jawab Rendra muram. "Brian tidak tahu?" tebak Bahar. "Tidak. Hanya kami. Aku sengaja masih menyimpan hal ini," kata Rendra. Bahar berkacak pinggang. Dia memandang Aster dan Rendra bergantian. Tampak berpikir keras. "Soal Brian? Kenapa dia malah menculik Aster? Dia tidak curiga David tidak datang mencarinya?" ujar Bahar tidak mengerti. "Entahlah. Dia memang mencari David. Aku tak tahu Brian sudah sampai mana," timpal Rendra. "Apa sudah d
Baca selengkapnya

Mantan dan Calon

Tomy terhenti dan menahan lengan Aster. Jimmy pun menjadi waspada. Mereka semua mengarah pada orang tersebut. Orang itu tidak sendirian. Dia mendekati Tomy begitu santai. Seakan mereka saling mengenal baik. "Tomy, apa kamu sakit?" tanya orang itu. Tomy mengeraskan rahang. Dia menggandeng Aster erat. Dia hendak mengabaikan orang tersebut. Namun wanita itu lebih nekat dari penampilannya. Dia berani menyentuh lengan Tomy. Sampai Tomy kaget dan menyentakkan lengan. "Stop, Fiora! Menyingkirlah," desis Tomy. Aster membulatkan mata. Dia lantas menoleh penasaran pada wanita tersebut. Ini kah Fiora yang ternama itu. Pria yang bersamanya? Bisa jadi dia adalah suami Fiora. Pria itu tidak terlihat biasa. Bahkan menjelang subuh begini dia makai jas rap
Baca selengkapnya

Pria yang Hilang

"Brian membawa ponsel saya," ujar Aster. "Jangan khawatir. Nanti kamu bisa memberi kabar pada keluarga dan kantor. Tapi, aku masih belum bisa mengijinkanmu keluar rumah," kata Rendra. Aster mengangguk mengerti. Setidaknya dia bisa memberitahu orang tuanya agar tidak membuat mereka cemas. "Sekarang beritahu kami, apa yang Brian lakukan dan katakan padamu, Aster? Dia sudah membawamu hampir seminggu," kata Rendra kemudian. "Seminggu?" ulang Aster terkejut. Dia mengerutkan dahi. Safira mengelus punggung Aster. "Apa yang terjadi, Sayang? Kamu sampai kehilangan hitungan hari begini. Dia melukaimu?" Aster pun menceritakan bagaimana Brian menyeretnya dari restoran. Lalu dia pingsan dan berada di ruang bawah tanah entah di mana. Sampai akhirnya dia tahu berada di rumah yang sepertinya milik Brian. Dari ruang bawah tanah dia dipindahkan ke kamar. Sehingga Aster bisa berusaha melarikan diri. Namun dia jatuh dari tangga dan
Baca selengkapnya

Mencari Jejak

Aster mengambil jurnal yang dia temukan di kamar David. Jurnal yang sepertinya dipakai saat David bekerja di Pustaka Gemilang. Jadi David pernah di sana kan. Dan Aster juga pernah bekerja untuk Pustaka Gemilang. Ah, sebelum AntarKata, bukan kah Aster pernah menjadi desainer freelance. Salah satu kliennya adalah Pustaka Gemilang. Dia bisa menjadikan perusahaan itu sebagai klien AntarKata juga karena hasil freelancenya kan. "Ya, ampun!" pekik Aster kaget sendiri. Bagaimana bisa dia melupakan hal tersebut?! Dia bertemu David. Juga Brian! Aster menekan dada. Betapa bodohnya Aster. Sifat pelupanya mengapa memilih momen seperti itu. David pasti sangat kecewa padanya. Telah melupakan saat - saat pertama mereka bertemu.
Baca selengkapnya

Kantor Berantakan

Aster membaca sekali lagi tulisan di belakang foto. Tulisan tangan yang artistik. Namun isinya amat mengusik. Tanggal seharusnya David menemui Aster di rumah baru. Sebab itu lah David tak dapat datang. Seperti yang tergambar di foto. "Abaikan, Mbak. Ini hanya foto editan. Tenangkan dirimu," ujar Tomy. Namun bagaimana bisa Aster semudah itu menghapus pikiran buruk. Foto itu sangat nyata terlihat. Bukan sesuatu yang telah diutak - atik. Mata telanjangnya masih normal. Apa lagi dengan ilmu desain yang dia miliki. Dia bisa memeriksa keasliannya. Andai hatinya sekuat itu. "Permisi, Nona Aster, pak Jimmy sudah datang sama dua orang tamu. Boleh masuk?" tanya Ari. Aster terperanjat. Dia tidak sadar Ari sudah ada di sana menunggunya menjawab. "Dua? Siapa?" celetuk Aster. "Staff kantor non Aster katanya. Jadi boleh atau tidak?" ujar Ari. Aster mengangguk. Dia membolehkan mereka masuk. Lagi pula kan Jimmy bukan orang yang tidak boleh masuk. Sepertinya Ari menjadi berlebihan
Baca selengkapnya

Tertuduh

"Lho, sudah pada pulang?" ujar Tomy yang muncul dari ruang dalam. Aster mendongak padanya. Kepalanya terayun perlahan membenarkan. Namun pandangannya masih tertarik pada benda tadi. Tomy melangkah mendekat. Matanya tampak memicing pada Aster. Seakan bertanya - tanya. "Kenapa, Mbak?" keheranan Tomy terucap. "Di foto tadi, mas David memakai kemeja kotak - kotak biru tua kan?" sebut Aster. Suara tercekat. Tomy menaikkan alis. "Em..., kurasa, iya." Jari Aster terangkat. Sampai Tomy mengikuti arah jari tersebut. Dia melihat benda di lantai. "Seperti itu?" bisik Aster ngeri. Di atas lantai memang teronggok segumpal kain yang mirip kemeja David. Namun ada bercak darah mengering. "Mbak, apa itu terjatuh dari buket tadi?" tebak Tomy. Meski ingin mengatakan yang lain, namun pikiran Aster pun mengarah ke hal tersebut. Kain itu bisa saja diselipkan dalam rangkaian bunga. Sebab buket itu besar da
Baca selengkapnya

Diseret

"Aku tetap mau ikut menemui Reno," tegas Aster. Tomy meraup muka. "Jangan, Mbak. Ah..., baiklah! Baiklah! Aku akan menangkap dan membawa orang itu ke sini," ketus Tomy. "Bagaimana bisa? Dia akan menyulitkanmu." "Apa dia akan berkutik jika terancam dipecat juga di-blacklist?" Aster terhenyak. Tentu saja itu jalan yang paling ampuh untuk menyeret Reno. Pria itu akan mengikuti instruksi. Hanya saja itu pun bisa menjadi pisau bermata dua. Jika benar Reno yang menyekap David, maka dia akan memakai David sebagai senjata mengancam balik mereka. Perdebatan mereka diputus oleh Jimmy yang sudah muncul lagi. Jimmy mengambil buket yang sudah dikemas dalam plastik bening besar dan kain tadi. Dia juga mengatakan kalau mengenali kain tersebut sebagai pakaian yang dipakai David sebelum dia hilang. Namun dia akan memastikannya. Dia akan mengusahakan mengecek darah yang telah mengering itu. "Kamu mungkin lelah mendengar ini, tapi masuklah ke kamar. Kamu
Baca selengkapnya

Hampir Ketahuan

Tomy menarik tangan Aster bergegas naik ke kamar atas. Mereka telah memerintahkan para pengurus rumah untuk tidak mengatakan apa pun soal Aster pada orang, terutama Brian. Mereka berpura - pura tak ada Aster di sana. Suara tinggi terdengar. Ari sepertinya tengah melarang seseorang untuk masuk. Atau menahan orang tersebut. Tomy mengunci pintu kamar David tempat Aster bersembunyi. Dia pun turun ke teras depan. Dari balik pintu Aster merapat. Dia menempelkan telinga ke pintu. Berusaha mendengar. Namun tidak ada lagi suara yang merembet sampai ke atas. Aster pun menyerah. Dia mundur ke tempat tidur. Agak beberapa lama baru pintunya berbunyi. Ada yang memutar anak kunci dari luar. Pelan dan berhati - hati. "Mbak, dia sudah pergi," beritahu Tomy yang mengayunkan daun pintu. Aster bangkit dengan lega. Dia menghampiri Tomy ingin tahu apa yang ter
Baca selengkapnya

Misteri Mantan

"Apa? Reno melunasi hutang?" ulang Aster tak percaya. Dia tidak bisa mengecek rekening. Namun memang Panji bisa turut mengecek. Dia punya notifikasi pula. Juga De adalah pemantau perjanjian pelunasan. Jadi dia pun tahu perkembangan pembayaran. Pasti dari temannya itu Panji tahu Reno membayar lunas. Namun, uang dari mana? Tidak mungkin dia tiba - tiba mendapat uang banyak. Pinjam ke kantor jelas tidak mungkin. Setelah peristiwa di kafe, David sudah membuatnya tidak bisa berurusan soal uang dengan perusahaan. Begitu pula istrinya juga tidak akan bisa mengajukan pinjaman ke kantor. "Iya, Mbak. Pertengahan minggu lalu dia membayar semua kekurangan," jawab Panji. "Nggak, Pan. Nggak mungkin. Uang dari mana? Dia tidak mungkin mau ambil hutang lain untuk membayar hutang padaku," bantah Aster. "Entah dari mana, t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status