Home / Romansa / Wanita Gila Mencari Cinta / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Wanita Gila Mencari Cinta: Chapter 141 - Chapter 150

156 Chapters

Penjelasan Panjang

Setelah bujukan panjang, Aster mau diajak ke bawah. Di mana semua orang duduk berkumpul di meja makan. Pandangannya terarah pada Laura dan Panji di sebelah Huda yang bicara dengan Rendra. Dia melonjak kaget sewaktu Safira menghampiri dan mengajaknya duduk bersebelahan. Dekat Laura pula. "Aster sayang, kenapa kamu kurus begini?" isak Laura yang menyentuh lengan Aster. Aster bergeming. Dia menunduk menghindari tatapan Laura. Safira lah yang menjawab. "Dia sudah melewati masa yang berat. Sendirian. Ini sudah baik Aster masih bertahan sejauh ini." Ibu yang merawat Aster selama ini terkesiap. Ada kekecewaan juga luka tersirat di wajahnya. "Maafkan atas keputusan yang kubuat. Itu... janjiku pada Kenanga. Aku pun tak sanggup." Aster menajamkan telinga. "Kenanga?" ulang Aster lirih. "Iya, ibu kandungmu. Kenanga dan aku adalah teman semasa kuliah. Pertemuan kami, aku tidak berharap akan seperti dulu,'' ungkap Laura yang senyumnya sirna. "Apa, Ma? Janji seperti apa?" Tangan
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Kabur Bersama

Aster membeku dalam pelukan David. Kedua tangannya lunglai. Deru nafasnya menurun. "Apa yang kamu katakan, Mas?" bisik Aster seraya mendongak. David melepas pelukan, membuat sedikit jarak, dan menatap lekat pada Aster. "Aku pun muak dengan keadaanku. Papa dan mama tidak bertindak cepat menemukanku. Kau tahu... itu sangat mudah bagi mereka, As." Mata Aster membola. Desir dingin membelai tengkuknya. "Apa maksudmu, Mas?" "Aku takut akan membuatmu makin sakit hati, Sayang. Aku tidak bisa. Hal yang papa dan mamaku lakukan pada kita." David kembali mendekap Aster. Namun Aster mendorong dada pria tersebut. Dia mundur selangkah. Pandangan tertunduk dalam. "Kamu juga bisa saja menipuku, Mas." Cepat David mencekal tangan Aster. "Tidak. Aku tidak akan menyakitimu. Apa kamu mau pergi denganku?" Aster menyentakkan tangan. Dia mendorong David kuat - kuat. Lantas membuat jarak yang jauh. Namun dia tetap tak bisa ke mana - mana. Bahkan jendela tak ada di ruangan itu. David menatap
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Pernikahan

Tidak ada yang membuang waktu. Dua hari kemudian Rendra membawa David dan Aster ke kantor urusan agama. Pernikahan keduanya digelar ringkas. Tercatat resmi tanpa perayaan. Perjalanan pulang ke rumah David makin dekat merangkul Aster. Terlebih sejak berangkat Aster berdiam diri. Setelah sah menjadi istri hanya tersenyum sekilas untuk keperluan foto. Itu pun harus dia paksakan. Hati Aster bergejolak luar biasa. Dia sampai kesulitan mengolah emosi yang apa terlebih dahulu. David mengusap dahinya. "Kenapa, Sayang? Kamu lelah?" Pandangan Aster malah terarah ke Jimmy yang menyetir di depan. Setidaknya mereka tidak satu mobil dengan orang tua. "Aku belum ingin ke rumah, Mas. Bisa kah kita ke tempat lain? Rasanya sangat sesak." David mengiyakan. Dia memberi Jimmy sebuah alamat. Mobil pun bergerak ke jalur lain dari menuju rumah. Melaju pasti meninggalkan kota. Aster memandang bajunya ketika mereka berhenti di area parkir. Dia memakai gaun putih gading berlengan panjang. Sepa
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Berdamai dengan Orang Tua

Sudah tiga hari Aster dan David hidup bersama sebagai suami istri. Mereka tinggal damai di rumah baru. Selama itu pula Safira dan Rendra tidak mengusik keduanya. Sama sekali tidak menghubungi apa lagi mendatangi. "Menurutmu... mama dan apa akan terus mendiamkan kita?" tanya Aster seraya menaruh kopi untuk suaminya. David menerima dan berterima kasih. "Tidak. Mereka sedang menunggu kita lengah." Aster ikut duduk di sebelah David yang bekerja di ruang bawah. Meski gencatan senjata dengan orang tuanya, David masih menjalankan tugas sebagai pemimpin perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. "Oma kan masih hidup, kenapa papa dan mama sangat ingin warisan dipegang kamu semua, Mas? Pembagian warisan kan tidak seperti itu." Aster memandang kosong ke layar laptop. "Perintah oma. Dia tidak mau Brian mendapat apa pun. Bagaimana pun juga dia anak haram yang tidak pernah oma akui." David mengangkat cangkir, menghirup aroma kopinya. Perlahan menyesap cairan hangat pahit buatan istri.
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Melebur Masa Lalu

"Kamu gugup?" tanya David lirih. Aster memeluk lengan David. Dia mengedikkan pundak. "Entahlah... aku tidak merasa apa - apa." David memberinya senyum menenangkan. Sedikit menunduk untuk mengecup pelipis Aster. "Rileks saja. Mereka tetap orang tua dan adikmu, Sayang." Aster menarik nafas dalam. Langkah lebih ringan menuju rumah yang sedari kecil menjadi tempatnya tumbuh. "Aster, David, kalian sudah datang," ujar Laura tergugup. Dia menarik putrinya ke ruang keluarga. "Mama ambil kan minum ya. Mau dingin apa hangat?" Mata Aster mulai berkaca - kaca. "Dingin saja, Ma. Aku ambil sendiri... boleh?" Laura terangguk cepat. "Tentu saja. Sana, ambilkan juga untuk suamimu." Aster pun melepaskan tangan dari Laura. Beranjak menuju dapur yang sudah sangat dikenal. Laura melonggokkan kepala. Dia lantas menoleh ke menantunya. "Kalian akan menginap?" "Sepertinya tidak, Ma. Tapi... saya menunggu Aster gimana. Maaf ya, Mama," jawab David. Dia belum tahu bagaimana mau Aster. Istriny
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Di Antara Kata

David memeluk Aster dari belakang. Bibirnya mengecup pelipis sang istri penuh cinta. Dari cermin terlihat wajah Aster merona. Dia mulai terbiasa dengan perlakuan romantis suaminya. "Kamu memang menarik kalau sudah soal kerja," bisik David menggoda. Pipi Aster makin memerah serupa kelopak mawar. Dia menyandarkan diri. "Jadi kalau enggak kerja, aku tidak menarik?" David mengusap perut Aster. "Hehm... jangan! Jangan menarik di tempat kerja. Nanti orang - orang malah memandangimu." Suara David menyiratkan kecemburuan ringan. Meski sentuhannya menjelaskan kalau dia tidak akan membiarkan orang lain melihat istrinya yang cantik dan menarik. "Ya sudah... aku di rumah saja." Aster memutar badan dan balas memeluk suaminya. "Di rumah bersama anak - anak kita." Aster mendongak. "Berapa banyak?" "Satu tim sepak takraw." Aster tertawa kecil. Dia mendorong lembut. "Banyak juga ya. Kalau begitu... harus segera dibentuk dong." Suaminya mencebik. "Karena itu... kita pindah ke temp
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Kejutan yang Menyesakkan

Aster menuju mejanya. Pandangannya telah terputus dari Fadil. Lelaki itu masih berdiri di dekat kursinya. "Din, aku bisa periksa laporan - laporan sekarang," ujar Aster mengusir keanehan yang muncul dalam pikirannya. Dia hendak mengalihkan perasaan janggal yang tiba - tiba muncul. Sekilas dia mengarah pada David. Namun suaminya tengah sibuk bekerja sendiri. Lalu mereka masing - masing tenggelam dalam pekerjaan. Perlahan apa yang hendak Aster katakan juga terlupa. Sejenak dia bangkit menuju pantry. Hendak membuat minuman hangat untuknya dan David. Asyik mengaduk kopi instan, Aster mendongak. Dia tertegun. "Fadil... mau bikin minum?" Fadil masuk perlahan. Dia tidak menyahut sapaan Aster. Maka Aster pun meneruskan kesibukannya. Namun tahu - tahu Fadil ada tepat di sebelahnya. Dia menatap nanar pada wanita itu. Raut wajahnya terpahat kaku. "Mbak sudah menikah?" sebut Fadil parau. Dada Aster berdesir. Suara Fadil menyiratkan tekanan emosi yang berat. Paduan kecewa dan marah
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Terkuaknya Rahasia

Fuad memandang muram pada Aster. Lalu beralih ke David. Bahunya luruh turun. "Lakukan saja, Mas David. A-ku... kami pantas mendapatkannya." Fadil menoleh marah. Dia berseru lantang pada saudaranya. "Bodoh! Kamu sudah gila, Fu! Aku saudaramu!" Fuad mengangkat muka, memandang lekat pada Fadil. "Karena itu... itulah alasanku, Fad. Kamu saudara yang aku tak sampai hati membiarkanmu terperosok makin dalam." Aster mendekat ke suaminya. "Mas, ada apa ini? Kalian bicara soal apa?" Suami Aster merangkulnya. Dia mengajak mereka semua keluar dari pantry. Tak terduga, Fadil berjalan lebih dulu. Dia berlari ke arah pintu. Fuad berseru kaget. Namun David mencegah Fuad berlari mengejar saudara kembarnya. "Ada orangku di bawah. Fadil tidak akan bisa kemana - mana." Lelaki muda itu mengangguk pasrah. Dia beralih menghadap pada Aster yang masih tidak memahami keadaan. Tak ada keberanian dalam diri Fuad memandang Aster. Dia mengarahkan mata ke bayangan Aster. "Mbak ... aku menyesal. Ini semua
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Mengurai Simpul

Safira tampak kaget. Dia berdeham. "Mama mau lanjut masak. Tidak usah dibantu. Kalian istirahat saja sana." David bergeming. "Ma... apa yang mama sembunyikan?" "Tidak ada!" Safira kembali menyiapkan bahan masakan. Langsung sibuk tak mau diganggu. Aster pun menyentuh lengan suaminya. Dia jadikan topangan untuk berdiri. Serta mengajak David naik ke kamar. "Aku rasa mama tahu lebih banyak soal ayah kandungku," ujar Aster lelah. Dia mendudukkan diri ke tepi tempat tidur. David ikut duduk di sebelahnya setelah menutup pintu. "Tidak heran, Sayang. Mamaku itu, dia sangat mengerikan. Dia memiliki sumber daya yang tak disangka," ungkap David. Dia menghela nafas. "Karena itu, Sayang, aku kesal kenapa mereka tidak bisa segera menemukanku sewaktu diculik. Seakan mereka memiliki rencana tersendiri sampai membiarkan anaknya menderita." Aster memutar badan. Tangan kecilnya menyentuh rahang kokoh David. "Sudah, Sayang. Maafkan papa dan mama. Yang penting, sekarang kita sudah bersama." D
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Kepercayaan

Aster terkesiap. Dia membuka bibir ragu. "Mas... waktu Brian...." David menaruh bibirnya di atas bibir Aster. Seketika membungkam perkataan istrinya. "Dia tidak menyentuhmu," desis David dengan mata menyala. Tangan David melingkar ke pinggang Aster erat - erat. "Kalau dia sudah sentuh kamu, maka sudah kupatahkan pula kedua tangannya." "Mas...." David kembali menghentikan kegelisahan Aster dengan lumatan lembut. Sentuhan tangannya mengusap lembut punggung sang istri. "Cukup, Sayang. Aku percaya kamu tidak melakukan apa pun dengan brengsek itu. Kekerasan yang dia lakukan padamu akan dibayar. Simpan rapat memori itu, Sayang. Pikirkan saja kebahagian kita berdua. Hehm... oke?" Pelan - pelan Aster membalas pelukan David. Dia sandarkan dirinya pada dada bidang pria yang menjadi rumahnya kini. Arin pergi ke rumah David menjelang malam. Ada penjaga yang mengantar dan menjemputnya. Tinggallah hanya Aster dan David di rumah baru tersebut. Penjaga ada luar rumah. Tidak ada yang men
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status