All Chapters of Dicampakkan Calon Suami, Diratukan Suami Pengganti: Chapter 391 - Chapter 400

443 Chapters

Bab 391 : Bicara Perceraian

“Heran sama kamu, Mila. Masih cinta kok minta cerai?” Tika sepertinya tidak sabar sudah menyinggung tentang perceraianku saat kami baru ketemu.“Ya engak mungkin juga aku tiba-tiba minta cerai kalau tidak ada alasannya,” ujarku agar Tika tidak langsung menilaiku seenaknya dalam mengambil keputusan.“Dia selingkuh?” tanya Tika.“Enggak!”“Kasar atau main tangan?”Aku menggeleng.“Enggak mungkin pelit juga kan?” Tika masih mencari sebuah kemungkinan kenapa kami bercerai. Heran saja kenapa dia sepenasaran itu? Seorang pelayan menyuguhkan minuman yang kami pesan. Semoga saja dengan terjedanya obrolan kami Tika sudah tidak lagi membahas tentang masalah rumah tanggaku.Terus terang aku sudah tidak nyaman. Karena wanita ini tidak tahu banyak apa yang terjadi padaku saat di Jakarta. Jadi sudut pandangnya akan berbeda dalam menilai perceraianku.“Berarti kamu memang tidak mencintainya, Mila,” ujar Tika yang ternyata masih menyinggung masalahku. Aku menghela dan menyahuti, “Jangan menyimpul
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 392 : Di Kafe

Sam mengirim pesan ke ponselku, bahwa sudah ada di depan plaza untuk menjemputku. Kutawarkan pada Tika apakah dia mau ikut sekalian, tapi Tika menolak.Jadi kami pun berpisah.“Maaf, Sam. Kau pasti sedang repot di kantor tapi harus menyempatkan menjemputku,” ujarku pada Sam.Pria ini bukan sopir tapi selalu rela mengantar jemput aku kalau Ed memintanya. Padahal pekerjaannya bertambah banyak karena Ed menyerahkan urusan perusahaan padanya dan Erik.“Tidak apa, Nyonya,” ujar pria itu tidak mempermasalahkan.“Kadang Ed memang berlebihan sekali. Aku bisa naik taksi online. Jadi lain kali tidak perlu menjemputku.”“Bukan Tuan Ed yang meminta, Nyonya. Nyonya Narti yang tadi mengatakan kalau Anda keluar ke plaza. Jadi saya berinisiatif sendiri untuk menjemput nyonya.”Oh. bukan Ed yang minta?Ah, sudahlah. Hanya tentang siapa yang meminta saja. Pada akhirnya akan sama-sama di rumah juga. batinku yang sebenarnya menyembunyikan secuil rasa keecewaku bahwa bukan Ed lagi sekarang yang paling men
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 393 : Foto di Kafe

[Kau bilang ke Kafe Semilir kemarin?] kusempatkan mengirim pesan pada Tika karena merasa penasaran. Tidak mungkin sekebetulan ini.[Kenapa, Mila?] tanya Tika membalas pesanku.[Kemarin atau malam setelah peresmian hotel?] tanyaku lagi.Dan Tika tidak langsung membalasnya. Beberapa lama dibalasnya namun itu tidak menjawab pertanyaanku. Malah terkesan membingungkan, [Kemarin atau setelah peresmian hotel, maksudnya apa?] Pikiranku jadi semakin berkecamuk dan tidak sabar.[Tika, tadi temanku kirim foto saat survey kafe untuk acara reonian. Tanpa sengaja ada gambar mirip kamu tertangkap di makera, kamu pakai gaun warna hijau botol, kan?] kujelaskan itu agar Tika tahu alasan mengapa aku bertanya padanya. Hingga pesan darinya terbaca, [Iya sih, aku memang ke sana setelah dari peresmian hotelmu]Tiba-tiba kakiku lemas dan aku langsung tertunduk di tepi tempat tidur.Ada apa Ed dengan Tika?Apalagi kuingat malam itu Ed keluar dengan rasa kecewa setelah kutolak keinginannya. Padahal it
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 394

“Kenapa, Mila?” tanya ibu yang sejak tadi mengetuk-ketuk pintu kamarku.Aku tergagap bangun lalu bergegas membuka pintu dan kudapati ibu yang sudah berdiri sedikit cemas menatapku.“Kenapa, Bu?” tanyaku balik sedikit bingung melihat ibu menatapku sebegitunya.“Anak-anak tadi bilang kau tidur siang. Kamu tidak biasanya tidur siang, Mila. Apa kamu sakit?”“Tidak bu, hanya ketiduran sebentar kok.”“Kamu habis nangis?” Ibu tiba—tiba bertanya seperti itu.Aku baru ingat tadi memang menangis. Sampai ketiduran begitu tangisku lumayan lamalah. Pasti wajahku terlihat sembab. Lihat saja ibu saja langsung bisa menyangkanya.“Ah, enggak, Bu. Hanya baru bangun tidur saja,” tukasku mengulas senyum dan mengusap wajahku agar nampak sedikit segar. “Ya sudah, sana mandi. Anak-anak dan papanya sudah menunggumu di meja makan untuk makan malam.”“Makan malam, Bu?” aku tergagap dan melihat sekitar. Jam dinding ruang tengah memang menunjukan di angka 6 lewat beberapa menit.Untung aku sedang halangan, ja
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 395

‘UHUK!’Aku sampai terbatuk karena saking terkejutnya mendengar seseorang mengusikku yang sedang tenang menikmati sup, padahal sebelumnya sudah sepi. Kutepuk-tepuk dadaku, rasanya ada sesuatu yang membuatku sampai tidak bisa bernapas.Ed langsung menarikku berdiri, merangkulku dari belakang dan menarik ulu hatiku dengan kedua tangannya hingga potongan kentang dalam sup yang belum sempat kukunyah tadi berhasil melompat keluar.“Astaga, Mila... bisa-bisanya makan sampai tersedak,” tukas Ed namun tangannya cepat mengambil air minum dan menyodorkannya padaku.Kuhabiskan air minum yang tidak memenuhi gelas itu dan napasku masih naik turun karena tersedak tadi.“Bisa tidak sih enggak usah bikin orang sampai terkejut?” ujarku kesal pada pria yang sekarang malah ikut duduk di sampingku.“Kapan aku mengejutkanmu?” dengan tidak bersalahnya pria ini mengelaknya. “Lagian, malam-malam begini baru makan. Sahur kamu? Mau puasa besok?”“Terserah akulah, mau makan kapan juga, bukan urusan Anda, kan?
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 396

“Mila, halamannya banjir!” Mbak Lilis mengingatkan karena melihatku yang menyiram bunga di halaman tapi malah melamun. Airnya sampai meluber kemana-mana.“Oh, iya, Mbak.” Aku cepat-cepat mematikan keran air.Mbak Lilis melambai padaku dan aku menghampirinya. Duduk di sebelahnya di teras itu sembari merapikan tangkai bunga yang hendak ditaruhnya di vas bunga.“Kenapa, Mila?” tanya wanita itu penuh perhatian. Dia sudah bisa menebak kalau ada sesuatu yang sedang kupikirkan kali ini. Sejak tadi pagi aku memang memasang mode galau.“Enggak ada apa-apa, Mbak,” ujarku. Tentu saja wanita itu tidak percaya dengan ucapanku.“Ya udah deh kalau tidak mau cerita. Anak-anak belum pulang sekolah?” Mbak Lilis mengalihkan pembicaraan.“Ed baru berangkat menjemputnya, Mbak.” “Loh, yang bawa motor tadi?”Aku menggangguk.“Ah, Mila. Itu bukan baru. Tapi sudah sejaman lebih. Kamu sih, nglamun mlulu,” tukas Mbak Lilis yang kini lebih lekat memperhatikanku kurang bersemangat itu.“Tapi kok belum pulang m
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 397

“Maa, itu tasku!” Meida yang mengetahuiku berjalan masuk sambil menenteng tasnya langsung menghampiriku untuk mengambil tasnya.“Ada pensil boneka lucu tadi yang dibeliin Tante Tika.” Meida mengambil tas itu dari tanganku dan langsung membawanya ke sofa. Di sana dia terlihat tidak sabar membuka tasnya untuk menemukan benda yang dicari.Kuhampiri anak perempuanku itu sembari menunggunya selesai ribet dengan tasnya. Dia mengeluarkan sebuah pensil yang di ujungnya ada boneka lucu kesukaan Meida. Anak itu tertawa senang melihat benda yang katanya dikasih Tika.“Dikasih Tante Tika?” tanyaku pada Meida. Untuk memastikan saja.“Benar, Ma. Bagus, kan?” Meida tersenyum nampak senang sekali mengusap-usapkan boneka di ujung pensil itu ke pipinya dengan lembut.“Iya, bagus.” Komentarku.“Tante Tika baik sekali ya, Ma? Dia selalu kasih hadiah padaku dan Gala,” ujar gadis kecilku memuji-muji Tika.Aku mencoba mengulas senyum pada anak itu meski sebenarnya aku mulai tidak suka mendengar Meida memu
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 398

“Erik menunggu sejak tadi, katanya mau pamit. Nanti malam balik ke Jakarta.” Ibu memberitahuku bahwa Erik ada di depan bersama keponakannya.“Oh, sudah lama dia, Bu?” tanyaku yang baru sadar, lagi-lagi hanya membiarkan waktu berlalu dengan cepat hingga sore beranjak malam.“Sudah sejak kau masuk ke kamar tadi, Mila. Kamu sih, ngapain saja sih di kamar? Rebahan mlulu pekerjaannya!” Ibu mengomeliku. Akhir-akhir ini aku memang lebih sering melamun saja di kamar.Tanpa banyak bicara aku melangkah keluar. Kusapa Erik yang sedang memangku Meida dan mencuminya dengan gemas.Namun aku melihat motorku sudah di rumah. Apakah Ed sudah pulang?Ah. Untuk apa juga sih memikirkannya. Nanti moodku jadi berantakan lagi.“Kau mau balik ke Jakarta?” tanyaku pada Erik.“Ya. Edward yang memintaku segera balik. Dia kejam sekali padaku. Padahal aku baru ingin sebentar bersenang-senang di kota yang indah dan damai ini. sialan memang dia!”Aku menghela napas. Hanya karena otakku sudah meyakini hubungan Ed d
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 399

“Permisi!” ujarku padanya yang masih menghalangi jalan untukku keluar.“Kalau kau belum mengantuk, bisakah kita bicara sebentar?” ujar Ed yang membuka jalan untukku.Aku melangkah keluar pintu dan Ed menutupnya.Mungkin Ed akan membicarakan tentang hubungannya dengan Tika. Sebenarnya aku sudah lelah sekali. Tapi, tidak apa.“Baik,” ujarku lirih dan berjalan ke teras.Akan lebih baik kalau kami bicara di teras saja. Ibu biasanya belum tidur dan bisa saja memergoki kami bicara. Ini sedikit sensitif. Tentang wanita lain di hati papa dari anak-anaknya.“Maaf aku baru datang. Seharusnya ini giliranku membacakan dongeng untuk anak-anak.”Ed masih ingat kalau hari ini gilirannya membacakan dongeng sebelum tidur untuk anak-anak.Akulah yang membuat pengaturan ini karena Ed selalu suka bersamaan datang ke kamar anak-anak saat aku bersama mereka. Lalu seperti biasa, sentuhan-sentuhan fisik acap masih sengaja dilakukannya padaku. Seperti tiba-tiba merangkulku, memelukku, juga mencium pipiku di
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 400 : Penjelasan

“Kau tidak membawa air minum?” tanyaku memeriksa mobil dan memang tidak ada air mineral.Ed yang sedang menggelar karpet kecil di bawah pohon yang rindang tak jauh dari mobil, hanya nyengir, “Enggak. Tahu sendiri kan biasanya kau yang menyiapakannya.” Ed benar. Biasanya kalau kami akan keluar bersama, akulah yang menyiapkan semuanya. Botol air minum juga pasti ada di mobil untuk anak-anak, juga segala keperluan mereka.Karena Ed tadi mendadak mengajaknya, jadi aku tidak kepikiran untuk menyiapakan banyak hal. Lagipula, dia bilang sudah menungguku di mobil dan anak-anak tidak berhenti membuatku gugup karena tidak sabar untuk berangkat piknik.“Nanti juga ada yang jualan keliling. Duduk sini!” Ed menepuk tempat di sisinya sementara dia malah berbaring berbantalkan kedua lengannya yang ditekuk ke belakang kepala.“Mau piknik atau rebahan, Pak?” gumamku yang datang juga untuk duduk di sampingnya. Ed bahkan lupa tidak membawa kursi lipat. Padahal tadi sudah disiapkan.“Anak-anak
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more
PREV
1
...
3839404142
...
45
DMCA.com Protection Status