Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta 의 모든 챕터: 챕터 141 - 챕터 150

174 챕터

141. Belanja di Pasar Tradisional

Hari-hari terus berlalu. Tidak ada yang berubah dari rutinitas Citra dan Atala selain Atala yang akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja. Karena dia ingin fokus dengan kuliahnya dan membantu istrinya menangani Senja Cafe. Tentu Atala merasa tidak yakin dia bisa menangani semuanya dengan baik, karenanya dia memilih berhenti. Citra pun setuju saja dan tidak menghakimi suaminya karena mereka pun sudah punya kafe sendiri. Suatu hari, Citra ingin berbelanja di pasar sekaligus membeli alat dan bahan-bahan pembuatan kopi yang sudah habis seperti gelas kertas, gula, susu cair dan lain-lain. "Biar aku antar, ya." Atala langsung menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja saat dilihatnya istrinya itu sibuk mengobok-obok tas tangannya. Citra yang tengah sibuk dengan aktivitasnya itu terhenti dan mengangkat kepalanya menatap suaminya. "Nggak. Kamu di rumah aja gantiin aku. Lagian cuman belanja bentar doang, ditemenin segala." "Ya, nggak pa-pa. Di kafe kan udah ada Kak Nadia. Jadi aku
last update최신 업데이트 : 2024-12-20
더 보기

142. Kejadian di Pasar Tradisional

"Mana bayaran gue!" Seorang pria bertubuh besar menggertak garang seorang pedagang remaja lelaki.Remaja itu terlihat takut-takut. Sambil tertunduk, dia menjawab. "Be-be-lum ada, Bang. Pem-be-beli lagi sepi.""Bohong aja lo! Gue liat pembeli lo ramai dari tadi!" Si pria bertubuh besar itu mendorong baru si remaja sampai tubuh ringkih itu terhuyung."Nggak ada, Bang."Citra bergidik ngeri melihatnya. Dia pun berbalik arah, mencari jalan lain. Sebenarnya dia ingin menolong pedagang remaja itu. Tapi dia juga takut. Nantinya alih-alih menolong orang, yang ada dia kena batunya. Citra tak mau ambil risiko. Hidup di Jakarta memang keras. Citra yakin remaja itu masih sekolah, mungkin sekitar SMA. Tapi dia juga harus bekerja juga untuk membantu orang tuanya mencari nafkah. Atau bahkan mungkin remaja itu berhenti sekolah dan memilih bekerja.Menyusuri jalan yang cukup jauh dengan berjalan kaki sambil membawa banyak belanjaan membuatnya cukup kewalahan. Dia agak menyesal tadi sudah menolak ta
last update최신 업데이트 : 2024-12-21
더 보기

143. Pertengkaran Kecil

"Iya, iya, maaf, lain kali aku bakal lebih dengerin kamu, deh." Citra menunduk lesu seiring dengan langkahnya yang mengiringi langkah Atala sejak tadi. Mereka kembali ke tempat di mana Atala memarkir mobilnya. Sepanjang perjalanan itu Atala menceramahi istrinya habis-habisan. Lelaki itu berkali-kali bilang harusnya tadi Citra mengikuti sarannya untuk diantar olehnya.Dan ketika istrinya bertanya bagaimana dia bisa ada di sini juga. Atala menjawab dia membututi istrinya sejak tadi dan rela meninggalkan kafe. Perasaan tak nyamannya mendorongnya melakukan itu.Ya, sejak tadi Atala memang membututi istrinya pakai mobil. Dia juga berjalan kaki mengiringi istrinya dari kejauhan saat wanita itu memasuki pasar sayur. Sampai dia mendapati Citra di kepung dan dijahili para preman."Kayaknya kamu emang nggak aman deh kalau pergi-pergi sendiri," jawab Atala kemudian. "Harus selalu ada yang nemenin, nih." Mereka lalu berhenti di depan bagasi mobil. Dan Atala membuka pintu bagasinya"Mungkin hari
last update최신 업데이트 : 2024-12-21
더 보기

144. Percakapan di Kedai Gado-Gado

Mereka bertiga, Johan, Atala dan Citra akhirnya memutuskan untuk makan siang di kedai yang ada di antara pasar tradisional itu. Mereka memesan gado-gado.Waktu pertama kali melihat kehadiran papanya di sini, Atala bertanya-tanya kenapa papanya bisa ada di pasar tradisional. Dan Johan menjawab bahwa dia memang sengaja ke sini untuk bernostalgia.Melihat itu, Citra langsung antusias untuk mengajak papanya makan gado-gado di kedai pasar tradisional itu. Dengan senang hati tanpa keraguan sedikitpun, Johan menerima tawaran itu.Berbeda dengan Atala yang dibesarkan dari keluarga kaya raya, Johan pernah melewati masa sulit di masa kecilnya. Karenanya Johan paham dan mengerti bagaimana rasanya hidup susah. Masa kecil Johan juga sering menikmati makan makanan murah yang tak pernah Atala makan.Sementara Atala masih terheran-heran kenapa papanya mau makan di tempat seperti ini. Atala terpaksa ikut mereka masuk ke kedai dan memesan gado-gado murah itu. "Jadi Atala tempat ini udah nggak familier
last update최신 업데이트 : 2024-12-21
더 보기

145. Percakapan di Kedai Gado-Gado (2)

"Rencana apa?" tanya papanya yang sudah menikmati makanan itu beberapa sendok."Rencana buat belajar hidup sederhana." Atala lalu menoleh pada Citra dan tersenyum. "Iya kan, Sayang?"Citra yang juga sudah mengunyah malah mengernyit bingung. "Yang mana?"Reaksi Citra yang demikian membuat Atala malu. Dia menatap istrinya tak habis pikir. "Yang itu loh, Sayang, masak nggak ingat. Sini aku bisikkin." Atala lalu berbisik di telinga Citra.Citra tertawa setelahnya, bahkan sampai menepuk meja. "Oh itu ....""Ingat kan?" Atala menatap Citra dari samping dan masih merangkul bahu istrinya.Citra mengangguk-angguk. "Iya, ingat. Jadi Pa, Atala katanya dulu pernah pengin belajar hidup sederhana gara-gara aku cerita tentang novel urban legend yang mana tokohnya kebanyakan pria kaya yang pura-pura jadi miskin. Papa tahu tentang novel urban legend nggak?"Papa Johan mengernyit. "Jadi Atala mau belajar hidup sederhana? Maksudnya bagaimana?" Bukannya menjawab pertanyaan Citra tentang novel urban legen
last update최신 업데이트 : 2024-12-21
더 보기

146: Atala Cemburu?

"Kayaknya aku butuh bodyguard, deh, buat temenin aku ke mana-mana." Ide itu tiba-tiba melintas di benak Citra ketika Atala berkali-kali bilang kalau lain kali Citra tak boleh lagi pergi-pergi sendiri. Bahkan ketika mereka sudah berada di Mall pun Atala masih saja membahas hal itu.Ya, setelah puas menghabiskan waktu bersama papa dan mengobrol banyak hal dengan orang tua itu, mereka kembali melanjutkan berbelanja di Mall, membeli kebutuhan kafe mereka.Citra menoleh pada Atala yang mengiringinya menyusuri stan makanan sejak tadi, karena lelaki itu tak merespons ucapannya barusan. "Menurut kamu gimana?" tanyanya lagi."Aku nggak setuju," tegas Atala."Kenapa nggak setuju?" Citra bertanya saat dia mengambil beberapa bungkus daging premium di dalam freezer."Ya nggak setuju!""Bukannya bagus, ya, itu artinya aku ada yang jagain. Kamu bisa tenang dan nggak perlu repot kayak seka
last update최신 업데이트 : 2024-12-22
더 보기

147. Keinginan Eyang

Dua bulan terlewati sejak hari itu. Banyak perubahan yang terjadi dalam hidup Citra dan Atala selama kurun waktu dua bulan itu. Perubahan ke arah yang positif, tentu saja. Seperti hubungan sang pengantin baru yang makin harmonis saja. Selain itu, kafe mereka yang makin ramai pengunjungnya. Dan yang paling penting bagi Citra adalah sikap eyang putri. Citra tak tahu apa yang Papa Johan pernah katakan pada eyang putri. Tak lama setelah peristiwa eyang datang ke rumah waktu itu, eyang kembali datang ke rumah mereka. Orang tua itu mengatakan dia mulai percaya kalau cucu dan cucu menantunya itu sudah saling mencintai. Eyang putri tak mengungkit masalah rencana pernikahan sementara itu lagi. Eyang putri juga lebih sering menghabisi waktu bermain ke rumah Citra, melihat keadaan cucu kesayangannya itu. Seperti yang terjadi saat ini.Kini Citra sedang berbaring di pangkuan eyang putrinya, di atas kasur, di kamar perempuan itu. Lengan krisut orang tua itu membelai kepala cucu kesayangannya.
last update최신 업데이트 : 2024-12-26
더 보기

148. Kebaikan Papa Citra

".... Dan Eyang mau sebelum Eyang meninggal, Eyang sudah menimang cicit, melihat cicit Eyang tumbuh walau hanya sampai balita.""Jadi Eyang nyuruh aku segera hamil supaya Eyang punya cicit? Nuri kan juga cicit Eyang?""Eyang mau cicit dari kamu? Kalau kamu bisa hamil cepat, kenapa harus ditunda?""Lagi pula sebagai seorang perempuan ... Ndak pantas kamu ngomong seperti barusan, Nduk. Di mana-mana seorang perempuan pasti sangat mendambakan anak. Naluri keibuan sebagai seorang perempuan yang sudah menikah sedikit banyak pasti muncul. Memangnya kamu ndak merasakan naluri itu?"Perkataan eyang itu masih bertalu-talu di kepala Citra. Membayangkan dia harus segera hamil padahal dirinya sendiri sebenarnya tak ingin menikah muda, membuatnya merasa terbebani. Membuatnya jadi ingat sesuatu. Amanah Papa Johan dulu yang memintanya mendidik Atala dan mengubah perangai lelaki itu. Amanah itu juga membuatnya sempat merasa terbebani. Karena dia tak yakin bisa melakukannya. Hanya saja waktu itu dia
last update최신 업데이트 : 2024-12-26
더 보기

149. Kegelisahan Citra

Citra memejamkan matanya. Tak ingin lagi mengingat cerita itu lebih jauh. Dari cerita Papa Johan, dia tahu bahwa dirinya memiliki orang tua yang begitu baik. Dan Papa Johan juga sama baiknya dengan papanya. Yang anehnya, dia tak pernah tahu tentang persahabatan keluarganya itu. Kalau memang persahabatan itu terjadi sejak turun-temurun, harusnya dirinya dan Atala juga bersahabat. Tapi yang terjadi mereka malah saling membenci. Iya, itu dulu. Sekarang mereka saling mencintai. Citra tersenyum geli mengingat kenangan itu. Iya, orang tuanya memang sangat baik. Orang tuanya tidak hanya baik dan pengertian pada orang lain, tapi juga pada anaknya sendiri. Tak seperti eyang putri yang terkesan senang memaksakan kehendaknya. Jujur, Citra tak suka sifat eyangnya yang satu itu. Dari dulu selalu saja begitu. Eyang bahkan memaksanya untuk segera hamil dan tega mengatainya tidak punya naluri seorang ibu. Jujur, Citra sakit hati akan hal itu. Semakin dia pikirkan, semakin sakit hatinya. Sud
last update최신 업데이트 : 2024-12-26
더 보기

150. Citra Hamil?

"Hari ini menu makan siang kita apa, ya, Bi?" Seperti biasa, mendekati jam dua belas, Citra berkunjung ke dapur, mengecek menu masakan Bi Rahma yang disiapkan buat makan siang mereka. "Ini loh, Non, Bibi masak beda dari hari biasanya," jawab Bi Rahma sambil mengaduk masakannya. Sesekali menoleh ke Citra yang sudah berdiri di belakangnya. "Pindang gembung." "Pindang gembung?" Bi Rahma menoleh. "Iya. Seingat Bibi kita belum pernah masak ini, iya kan?" Citra hanya mengangguk-angguk. Dia pun tak begitu ingat selama ini mereka pernah makan ikan gembung pindang atau tidak. Mengingat selama ini pun mereka lebih sering makan daging sapi atau ayam. Citra memperhatikan asap yang keluar dari panci yang tengah diaduk Bi Rahma itu. Aroma bumbu ikan pindang sontak menguar. Masuk ke penciuman Citra dan terasa menggelitik perutnya. Spontan Citra menutup mulutnya, dia merasa mual. Dia pun mengeluarkan gumaman. Bi Rahma menoleh, tatapannya berubah khawatir saat menatap majikan mudanya itu.
last update최신 업데이트 : 2024-12-29
더 보기
이전
1
...
131415161718
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status