Share

141. Belanja di Pasar Tradisional

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2024-12-20 22:54:22

Hari-hari terus berlalu. Tidak ada yang berubah dari rutinitas Citra dan Atala selain Atala yang akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja. Karena dia ingin fokus dengan kuliahnya dan membantu istrinya menangani Senja Cafe.

Tentu Atala merasa tidak yakin dia bisa menangani semuanya dengan baik, karenanya dia memilih berhenti. Citra pun setuju saja dan tidak menghakimi suaminya karena mereka pun sudah punya kafe sendiri.

Suatu hari, Citra ingin berbelanja di pasar sekaligus membeli alat dan bahan-bahan pembuatan kopi yang sudah habis seperti gelas kertas, gula, susu cair dan lain-lain.

"Biar aku antar, ya." Atala langsung menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja saat dilihatnya istrinya itu sibuk mengobok-obok tas tangannya.

Citra yang tengah sibuk dengan aktivitasnya itu terhenti dan mengangkat kepalanya menatap suaminya. "Nggak. Kamu di rumah aja gantiin aku. Lagian cuman belanja bentar doang, ditemenin segala."

"Ya, nggak pa-pa. Di kafe kan udah ada Kak Nadia. Jadi aku tem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    1. Sepulang dari Club Malam

    "Gimana kalau gue yang pilihin lo cewek buat ditidurin?"Pria berperawakan kebapakan itu melirik pemuda yang duduk di sampingnya. Menaik-naikkan kedua alisnya. Begitu percaya diri kalau pemuda itu pasti akan menerima tawarannya. Suaranya terdengar tenggelam-timbul karena ditelan ribut suara musik yang mengentak sejak tadi, mengiringi para pengunjung yang berjoget ria.Lawan bicara pria itu hanya tersenyum miring selepas dari bersiul-siul kecil, menggoda cewek seksi yang lewat di hadapannya barusan, lalu mendelik ke arah pria itu. "Tapi gue nggak separah itu," jawabnya kemudian. "Kalau lo mau silakan aja. Jangan ajak-ajak gue." Lantas tatapannya terfokus pada cewek yang berjoget di dance floor di depan sana, hanya mengenakan tengtop dan celana dalam. Sungguh pemandangan yang menyegarkan mata."Nggak ada salahnya kan mencoba hal-hal baru?" Pria itu lalu mengisap rokok yang sudah mengecil. Pria itu tidak tersinggung dengan perkataan lawan bicaranya barusan dan masih berusaha mempengaruhi.

    Last Updated : 2024-08-21
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    2. Perdebatan di Pinggir Jalan

    "Lo lo pada? Ngapain kalian ngehadang jalan gue, hah?! Kurang kerjaan banget kalian!" sergah Atala begitu kesal.Rani ikut turun dari mobil. "Mereka siapa, sih, Sayang?" Rani menatap kedua cewek di hadapannya ini dengan pandangan remeh. Penampilan kedua cewek itu jauh berbeda dengannya yang kekinian dan seksi."Mereka tukang pembawa masalah ...," jawab Atala sambil menunjuk kedua cewek itu. "Ngapain coba lo berdiri di tengah jalan begitu? Syukur nggak gue tabrak lo.""Sebelumnya kita minta maaf tiba-tiba ngehadang jalan kalian kayak gini," jelas cewek yang menghadang jalannya tadi. "Tapi itu semua karena gue butuh banget bantuan lo Atala buat benerin ban mobil gue yang pecah." Cewek itu menatap Atala dengan pandangan memohon.Atala malah menatap cewek itu remeh, lantas kemudian tertawa. "Lo nyuruh gue benerin mobil lo? Lo kira gue kang mon--""Bukan. Bukan nyuruh, kok." Cewek itu menggeleng kencang. "Tapi minta tolong, please ..." Cewek itu menangkupkan kedua tangan di depan dada.Atal

    Last Updated : 2024-08-21
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    3. Permintaan yang Sulit

    "Jadi Eyang minta aku nikah sama dia?" Citra menatap eyang kakungnya tak percaya.Pria tua renta yang terbaring sekarat di atas ranjang rumah sakit itu menganggukkan kepala lemah. Dengan susah payah dia berucap. "Eyang u-udah ndak la-ma la-gi. Eyang ....""Citra ...." Eyang Putri tiba-tiba angkat bicara membuat Citra beralih menatapnya. "Selama ini kamu tinggal sama Eyang Putri dan Eyang Kakung saja. Orang tuamu udah ndak ada. Dua kakakmu juga sudah pada menikah. Tinggal kamu yang belum. Sedangkan sekarang kamu liat sendiri kondisi Eyang Kakung. Umurnya udah ndak lama lagi. Jadi kami mau kamu segera menikah, supaya ada yang menghidupimu, Nduk ....""Tapi kan Eyang Putri dan Eyang Kakung tahu aku tahun ini mau masuk kedokteran. Aku mau capai cita-citaku dulu. Umurku juga baru sembilan belas tahun, Eyang. Aku nggak mau nikah muda, apalagi sama dia! Aku--" Citra kehabisan kata-kata. Tenggorokannya tiba-tiba terasa tercekat.Citra benar-benar tidak menyangka, dia yang tadinya sibuk jalan-

    Last Updated : 2024-08-21
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    4. Membuat Perjanjian

    "Papa mau jodohin aku sama perempuan pilihan Papa?"Atala terkejut mendengar penuturan papanya. Sebelumnya, papanya memanggilnya ke ruang kerja karena ada hal penting yang ingin dibahas. Ternyata papanya memintanya menikah.Dan tak hanya itu, yang membuat Atala lebih terkejut adalah papanya ingin menikahinya dengan Citra, cewek yang tidak pernah menyukainya sekaligus anak mendiang sahabat papanya dulu."Iya, kenapa? Kamu mau bantah?" tanya Johan yang duduk di kursi kerjanya sejak tadi.Atala tertawa culas. "Papa nggak salah? Umurku masih sembilan belas tahun lho, Pa. Aku belum siap nikah. Aku masih pengin senang-senang, Pa. Lagian ini bukan zamannya Siti Nurbaya lagi, Pa. Astaga." Atala kehilangan kata-kata."Dengerin Papa selesai ngomong!" sergah Johan.Atala terdiam."Duduk!" Johan menunjuk kursi di depannya.Atala pun duduk dengan malas-malasan."Kamu itu satu-satunya anak Papa, Atala. Tapi kamu sama sekali nggak pernah buat Papa bangga. Selama masa sekolah, kamu hanya memberi Papa

    Last Updated : 2024-08-21
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    5. Terpaksa Menikah

    Atala dan Citra akhirnya sepakat membuat perjanjian. Walau usaha Atala untuk membujuk Citra menyetujui perjanjiannya itu tidaklah mudah karena Citra terus menolak. Bersamaan dengan itu Johan keluar menemui mereka dan mendesak Citra untuk menerima perjodohan tersebut mengingat kondisi eyang kakung yang semakin memprihatinkan.Selain itu, eyang putri bahkan mengatakan Citra kejam dan egois jika tak mau menuruti keinginan terakhir eyang kakung.Eyang putri mengatakan Citra harus mau menuruti keinginan terakhir eyang kakung agar beliau tenang dan bahagia. Setelah menimbang-nimbang, Citra pun terpaksa menerima perjodohan itu.Pernikahan itu pun dilaksanakan dengan sangat sederhana dalam ruang rawat inap eyang kakung di waktu subuh. Di sana hanya ada beberapa orang yang terdiri dari Pak Penghulu yang akan menikahi mereka. Ada Johan, eyang kakung dan eyang putri sebagai saksi.Citra dan Atala duduk berdampingan. Mereka hanya memakai baju biasa yang mereka kenakan sebelumnya, yakni kaos dan c

    Last Updated : 2024-08-21
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    6. Prosesi Pemakaman yang Mencekam

    Pagi harinya, pukul tujuh. Prosesi eyang kakung di lakukan di TPU Umum Jakarta. Sanak keluarga berdatangan melayat dengan pakaian serba hitam. Mereka adalah keluarga dekat yang sedarah, tetangga, dan teman baik eyang kakung semasa hidup. Proses pemakaman eyang kakung berjalan lancar, tidak terkendala apa pun sampai jasadnya di masukkan ke liang kubur.Dan tangis Citra pecah seketika seiring dengan jasad eyang kakung yang ditimbus tanah sedikit demi sedikit. "Eyang, kenapa pergi secepat ini, Eyang. Maafin Citra belum bisa jadi cucu yang berguna buat Eyang Kakung, belum bisa bahagiakan Eyang Kakung. Maafin Citra, Eyang ...." Citra menatap liang kubur eyang kakung penuh penyesalan. Ada banyak hal yang dia sesalkan. Seandainya dia bisa memutar waktu."Sudah, Citra, jangan menangis berlebihan. Ikhlaskan Eyang Kakung," hibur eyang putri yang sejak tadi berdiri di sisi cucunya itu sambil mengusap-usap bahu gadis itu. "Dengan kamu mau menikahi Atala itu sudah cukup membuat Eyang Kakung bahag

    Last Updated : 2024-08-21
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    7. Pindah ke Rumah Mewah

    Setelah prosesi pemakaman eyang kakung selesai, Citra dan Atala langsung dibawa oleh Johan mengunjungi sebuah rumah. Johan tidak mau langsung memberitahu mereka akan diajak ke rumah siapa, biar kejutan. Sekaligus untuk menghibur Citra yang sedih. Mereka berangkat menggunakan mobil Pajero milik JohanSelama dalam perjalanan, pikiran Citra tak menentu. Perasaannya campur aduk. Sedih atas kepergian eyang kakung, juga sedih melihat eyang kakung meninggal dalam keadaan belum melihatnya sukses. Kesal, dendam, sakit hati juga dengan kakaknya dan dirinya sendiri. Ingin rasanya dia memutar ulang waktu. Dia pasti akan bergerak cepat dan melakukan apa saja agar eyang kakung tak perlu bekerja keras lagi untuk mencukupi kebutuhannya. Citra tak bisa mendefinisikan apa yang dia rasakan kini.Ketika bapak mertuanya bertanya tentangnya, Citra hanya menjawab sekenanya.Atala mencolek lengan Citra membuat gadis itu menoleh padanya. "Nggak usah ditunjukin juga kalau lo nggak suka sama gue. Ingat perjanjia

    Last Updated : 2024-09-07
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    8. Hanya Sandiwara

    "Jadi Papa ajak kami ke sini? Ke rumah kami? Ini yang Papa maksud kejutan?" Atala bertanya bertubi-tubi. Dalam hatinya senang menerima rumah semewah ini. Rumah ini pasti atas namanya sebagai pemiliknya. "Kapan Papa nyiapin rumah ini, Pa? Kok aku nggak tahu?""Iya. Ini suprise buat kalian. Rumah ini udah Papa siapkan jauh-jauh hari dan akan Papa berikan kalau kamu mau menerima syaratnya." Johan tersenyum.Atala tersenyum senang, sementara Citra diam seribu bahasa.Johan kembali mengedar pandang ke rumah yang luas itu. Dia menghela napas. "Jadi mulai sekarang kalian berdua tinggal di sini.""Maaf, Pa." Tiba-tiba Citra menyahut. "Tapi apa ini nggak terlalu berlebihan? Kita kan cuman berdua? Apa nggak ada rumah lebih kecil dari ini?"Johan malah tertawa membuat Citra berkernyit bingung. "Kalian kan nggak mungkin selamanya berdua saja, dong. Kalian nanti pasti punya anak kan? Papa mau cucu yang banyak dari kalian. Jadi rumah sebesar ini pasti cukup menampung cucu Papa yang ramai nanti." Pri

    Last Updated : 2024-09-23

Latest chapter

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    141. Belanja di Pasar Tradisional

    Hari-hari terus berlalu. Tidak ada yang berubah dari rutinitas Citra dan Atala selain Atala yang akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja. Karena dia ingin fokus dengan kuliahnya dan membantu istrinya menangani Senja Cafe. Tentu Atala merasa tidak yakin dia bisa menangani semuanya dengan baik, karenanya dia memilih berhenti. Citra pun setuju saja dan tidak menghakimi suaminya karena mereka pun sudah punya kafe sendiri.Suatu hari, Citra ingin berbelanja di pasar sekaligus membeli alat dan bahan-bahan pembuatan kopi yang sudah habis seperti gelas kertas, gula, susu cair dan lain-lain."Biar aku antar, ya." Atala langsung menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja saat dilihatnya istrinya itu sibuk mengobok-obok tas tangannya.Citra yang tengah sibuk dengan aktivitasnya itu terhenti dan mengangkat kepalanya menatap suaminya. "Nggak. Kamu di rumah aja gantiin aku. Lagian cuman belanja bentar doang, ditemenin segala.""Ya, nggak pa-pa. Di kafe kan udah ada Kak Nadia. Jadi aku tem

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    140. Mengunjungi Makam

    Sore harinya, setelah Atala pergi ke kampus, Citra berkunjung ke makam orang tuanya sekaligus ke makam eyang kakungnya. Dia pergi seorang diri. Citra ingat eyang putri pernah bilang kita tidak boleh melupakan orang yang sudah meninggal. Karena walaupun sudah meninggal mereka tetap melihat kita, mereka ingat kita. Jadi kita pun tak lantas melupakan mereka.Dengan berkunjung ke makam itu salah satu cara kita menunjukkan kalau kita pun masih ingat dengan mereka. Citra mengunjungi makam orang tuanya terlebih dulu yang jaraknya pun bersebelahan.Wanita mengenakan kerudung putih itu mengangkat tangan lebih dulu untuk berdo'a sebelum akhirnya menaburkan bunga kertas warna-warni ke atas gundukan tanah itu. Citra menaburkannya ke makam ibu dan ayahnya bergantian."Mama, Papa." Citra yang berjongkok di antara kedua makam itu memandangi makam orang tuanya bergantian. "Maaf, ya, aku baru bisa ke sini lagi. Mama dan Papa pasti bisa lihat gimana kehidupanku yang sekarang. Aku bahagia, Ma, Pa, deng

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    139. Senja Cafe

    Keesokan harinya. Senja Cafe mulai beroperasi. Seperti namanya, Senja Cafe mulai buka pada sore hari menjelang magrib. Ketika para karyawan sudah bersih-bersih dan siap untuk berbuka, Citra memotret kafe mereka dari kejauhan dan menge-post-nya di sosial medianya. Memberitahu orang-orang bahwa mulai hari ini kafenya sudah buka. Malam harinya, kafe itu ramai pengunjung berdatangan. Sebenarnya Citra tak heran. Karena sebelumnya pun mereka sudah melakukan grand opening dan diliput banyak wartawan. Maka, tak heran sudah banyak yang tahu tentang kafe mereka. Citra hanya membayangkan seandainya dia membuka franchise dari dulu waktu dia masih SMA, pasti pengunjungnya tak akan langsung seramai ini, tak akan semudah ini. Semua ini juga pakai modal yang tidak sedikit. Citra jadi teringat ucapan suaminya tempo hari. " .... Franchise itu cocok buat pembisnis pemula kayak kita. Kayak kamu yang pengin nyoba dunia bisnis. Franchise itu mudah sebenarnya ngejalaninnya. Jadi misal pengin bisn

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    138. Manis

    "Aku bisa banget ngerasain kekecewaan Papa," ungkap Citra begitu mereka masuk ke dalam kamar. Kata-kata yang sejak tadi tertahan dan ingin dia ungkapkan pada suaminya itu. Citra marah, bahkan dia bicara membelakangi suaminya. Dia kesal kenapa bisa-bisanya surat perjanjian itu ditemukan orang lain. Kenapa Atala bisa seceroboh itu."Iya aku juga tahu," sahut Atala yang duduk di pinggir kasurnya."Aku juga tahu aku juga tahu." Citra mengajukan nada bicara Atala, wajahnya terlihat mengejek.Mendengar itu Atala menoleh menatap istrinya yang masih membelakanginya itu dengan heran. Citra lantas berbalik badan. "Bisa-bisanya, sih, kamu teledor soal surat perjanjian itu? Kemana kamu simpan selama ini? Kenapa Nuri bisa menemukannya?" Citra melotot menatap Atala. Detik itu Atala tahu kalau gadis itu marah. "Kok kamu jadi marah-marah?""Ya, aku kesal. Kenapa bisa-bisanya surat perjanjian itu sampai ditemukan orang lain. Kalau seandainya Papa nggak menemukannya, semuanya nggak akan kayak gini. P

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    137. Kekecewaan Papa

    "Papa kecewa sama kalian." Atala bisa melihat bagaimana kecewanya papa. Hal itu terlihat dari tatapan mata papanya. Citra pun merasakan hal yang sama. "Terutama kamu, Citra." Citra terkejut mendengarnya. "Kalau Atala berbohong dan membuat perjanjian seperti itu mungkin Papa bisa memaklumi. Tapi kamu? Kamu juga menyetujui perjanjian itu, Citra? Kamu udah bohongin Papa padahal Papa sangat percaya sama kamu. Pantas saja waktu itu ...." Papa terdiam, mengingat percakapannya dengan menantunya itu tempo hari. Di mana dia meminta Citra mengubah perilaku Atala, tapi Citra malah tidak yakin. Sekarang Johan baru tahu kenapa waktu itu Citra tidak yakin. "Pantas apa, Pa?" tanya Atala kemudian. Papa Johan malah menggeleng. Dan mengusap wajahnya. Citra menatap Papa dengan pandangan berkaca-kaca. Sakit hatinya mendengar perkataan papa yang terdengar begitu kecewa. Citra mengerti kekecewaan papanya. "Maafin, aku, Pa," lirih Citra mengusap air mata di pipinya. Atala menoleh, me

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    136. Terbongkar

    Beberapa hari yang lalu. Hari itu pada acara grand opening Senja Cafe Atala. Johan terlihat asyik mengobrol bersama koleganya yang juga datang di acara itu sambil menikmati kopi Senja Cafe. Namun, tiba-tiba sebuah pesawat kertas menghampiri dan jatuh tepat di bahunya membuatnya menoleh. Pesawat kertas itu kemudian jatuh ke lantai. Belum sempat dia mencerna apa yang terjadi, seorang gadis kecil berlari menghampiri, memungut pesawat kertas itu. "Eh, Nuri ... hati-hati, dong, mainnya ...." Seorang wanita datang menghampiri dan menegurnya. "Kena opa, tuh. Minta maaf dulu sama Opa." Gadis kecil itu menatap Johan yang tengah duduk di kursinya sambil memegangi pesawat kertasnya. "Opa, maaf, ya." Alih-alih marah, Johan tersenyum melihat gadis kecil itu. "Its okay." Dia kenal gadis kecil bernama Nuri itu. Anak itu adalah anak Shinta, kakaknya Citra. Jadi Nuri itu keponakannya Citra juga. Gadis kecil itu lalu tersenyum malu-malu. "Maaf, ya, Pak." Sang ibu terlihat tak nyaman. "Ngga

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    135. Surat Perjanjian yang Ditemukan

    Sebelum menemui papa, Citra kembali masuk ke kamar untuk memberitahu suaminya. "Atala, ada Papa di luar." Atala yang masih berbaring santai di atas kasur menanggapi dengan santai. "Temuin, dong." "Menurut kamu kenapa Papa datang ke sini? Mendadak lagi." Bukannya langsung menemui papa, Citra malah bertanya. Atala pun bangun dari pembaringannya. "Emangnya Papa nggak boleh datang ke rumah kita?" "Bukan gitu. Tadi Bi Rahma bilang wajah Papa kayak tegang gitu, kayak marah. Aku takut kalau Eyang udah ngadu sama Papa tentang--" "Kamu temuin Papa aja belum udah mikir ke mana-mana," potong Atala yang membuat Citra langsung terdiam. Wajah Atala begitu terlihat tak suka. Citra merasa dia sudah salah bicara. "Maksud aku tuh ...." Atala lalu berdiri, berjalan keluar kamar. "Biar aku aja yang temui Papa." Citra menghela napas. Gadis mengenakan daster itu memutuskan mengikuti suaminya, menemui papa juga. Waktu Citra keluar, dia mendengar percakapan papa mertua dan suaminya itu sudah seten

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    134. Mencari Solusi

    "Atala, kita nggak bisa diam aja. Kita harus cari cara gimana caranya biar Eyang percaya lagi. Aku nggak bisa kaya gini. Aku nggak mau Eyang marah sama aku!" Citra menggeleng. Perasaannya cemas luar biasa. Ingin rasanya dia melakukan apa pun, tapi saat ini dia benar-benar buntu, tak ada ide lagi untuk membujuk eyang. Wajah eyang putri yang kecewa bahkan masih terbayang-bayang di benaknya. Berhari-hari mereka memikirkan solusi masalah itu bagaimana caranya agar eyang percaya sama mereka. Atala dan Citra bahkan juga sudah menelepon eyang putri, tapi eyang tak merespons. Atala yang kini bersandar di kepala kasurnya malah tersenyum miring, terlihat santai saja. "Aku tahu gimana caranya." Mendengar itu, Citra menatap suaminya ingin tahu. "Gimana?" "Kita harus buktiin ke Eyang kalau kita udah tidur bareng. Kamu harus cepat-cepat hamil. Kita harus rajin-rajin." Atala mengangkat kedua alisnya. "Rajin-rajin apa?" Citra tak mengerti. "Atala yang serius, dong." "Rajin-rajin itu masak

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    133. Niat Bercerai?

    Pasca malam pertama itu, hubungan Atala dan Citra semakin harmonis saja. Mereka bahkan melakukan hubungan suami-istri nyaris setiap hari, bahkan mereka juga melakukannya di siang hari saat keduanya tidak ada kesibukan. Hal itu membuat Citra jadi sering menghabiskan waktu di kamar Atala. Bi Rahma seringkali mendapati Citra keluar dari kamar Atala. Citra tahu mungkin ART-nya itu berpikir yang aneh-aneh tentangnya. Meskipun begitu Citra tetap tak mau mereka tahu bahwa dia dan Atala sudah melakukan malam pertama.Karenanya hari itu semua pakaian yang kotor akibat malam pertama itu seperti selimut yang telah dia jadikan handuk, atau seprai yang terkena noda darah dan juga piyamanya dia cuci sendiri menggunakan tangan. Dia mencucinya di kamar mandi Atala. Dia tak mau membawa pakaian kotor itu keluar, tak ingin menimbulkan kecurigaan. Karena dia tahu, para ART-nya itu tak akan membiarkannya mencuci sendiri.Ketika tugasnya mencuci sudah selesai, dia meminta Atala untuk menjemurnya di tempa

DMCA.com Protection Status