Share

150. Citra Hamil?

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 03:00:16
"Hari ini menu makan siang kita apa, ya, Bi?"

Seperti biasa, mendekati jam dua belas, Citra berkunjung ke dapur, mengecek menu masakan Bi Rahma yang disiapkan buat makan siang mereka.

"Ini loh, Non, Bibi masak beda dari hari biasanya," jawab Bi Rahma sambil mengaduk masakannya. Sesekali menoleh ke Citra yang sudah berdiri di belakangnya. "Pindang gembung."

"Pindang gembung?"

Bi Rahma menoleh. "Iya. Seingat Bibi kita belum pernah masak ini, iya kan?"

Citra hanya mengangguk-angguk. Dia pun tak begitu ingat selama ini mereka pernah makan ikan gembung pindang atau tidak. Mengingat selama ini pun mereka lebih sering makan daging sapi atau ayam.

Citra memperhatikan asap yang keluar dari panci yang tengah diaduk Bi Rahma itu. Aroma bumbu ikan pindang sontak menguar. Masuk ke penciuman Citra dan terasa menggelitik perutnya.

Spontan Citra menutup mulutnya, dia merasa mual. Dia pun mengeluarkan gumaman.

Bi Rahma menoleh, tatapannya berubah khawatir saat menatap majikan mudanya itu.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    151. Positif Hamil

    Citra tak tahu harus bereaksi bagaimana ketika dia menatap benda putih panjang di tangannya itu, benda itu menampakkan garis merah dua. Alat tes kehamilan itu menunjukkan kalau dia positif hamil. "Ja-jadi aku memang hamil?" Wanita itu pun keluar dari kamarnya. Bi Rahma adalah orang pertama yang dia panggil. Wanita tambun itu tergopoh-gopoh mendatanginya dari dapur. "Ada apa, Non? Bagaimana hasilnya? Non Citra hamil, kan?" Bi Rahma tampak begitu berharap. Hal itu membuat perasaan Citra semakin tak menentu. Apakah kabar kehamilannya ini adalah berita yang membahagiakan? Tapi kenapa dia malah merasa sedih dan kecewa? Alih-alih menjawab, Citra akhirnya malah menangis. "Aku hamil, Bi ...," Bi Rahma justru mengira itu adalah tangis bahagia. Wanita itu tersenyum menatap majikannya. "Alhamdulillah, ya. Akhirnya Non hamil juga." Citra lalu menggeleng masih dengan tangisnya. "Aku nggak mau hamil, Bi ...." Bi Rahma lalu terheran. Dia melihat reaksi Citra bukan seperti seorang calon ib

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    152. Kejutan Untuk Atala

    Hari itu Atala pulang ke rumah agak malam dari biasanya, yakni pukul tujuh. Belum terlalu malam sebenarnya jika mengingat Atala yang selalu pulang sore belakangan ini. Begitu mobilnya masuk ke halaman, rumah megah yang biasanya terang benderang itu tampak gelap. Seperti tak berpenghuni. Lampu teras dan lampu halaman yang biasa menyinari tak menyala. Melihat itu, Atala hanya bisa memendam pertanyaan-pertanyaan yang mulai muncul di benaknya, sampai akhirnya mobilnya berhenti di halaman dan dia turun dari sana. Atala naik ke teras sambil mengecek jam di pergelangan tangannya. "Perasaan ini masih awal. Belum malam banget, kok," gumamnya seorang diri saat dia berpikir mungkinkah Citra marah dengannya karena pulang telat hingga memadamkan lampu. Namun, asumsi lain muncul lagi di benaknya. "Rusak apa ya lampunya. Tumben nggak dinyalain." Ragu untuk mengetuk pintu, Atala memilih menelepon Bi Rahma lebih dulu. Namun, telepon itu tak kunjung diangkat. Membuat lelaki itu terheran-heran. La

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    153. Kabar Kehamilan

    "Hari ini kenapa pulangnya telat?" tanya Citra akhirnya saat mereka sudah berada di dalam kamar. Bersiap untuk tidur. Sesekali Citra melirik jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan. Masih awal sebenarnya, tapi dia tidak tahan untuk menunda memberi tahu soal kejutan yang satu itu. "Soalnya aku ke kafe dulu tadi," jawab Atala yang sedang duduk di pinggir kasurnya. "Ke kafe kita, ngecek perkembangannya, udah lama juga aku nggak ke sana." Iya, jadwal Atala pulang kampus memang sore, karena dia belakangan ini masih masuk pagi. Tadi dia pulang agak telat karena singgah ke Senja Cafe sebentar, sempat berbincang dengan Kak Nadia juga. Citra mengangguk-angguk. "Kirain kamu ke mana." "Memangnya kamu sempat mikirnya aku ke mana?" Citra menggeleng. "Aku nggak mikir apa-apa, kok." Atala tersenyum. "Makasih, ya, untuk suprise hari ini. Aku senang banget." Mendengar perkataan itu, Citra malah berkata. "Aku yang minta maaf. Aku baru ingat ulang tahun kamu tadi siang. Harusnya aku bisa k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    154. Perhatian Papa

    "Ya ampun, Papa, nggak perlu repot-repot gini, lah ...." Atala tak enak hati ketika saat tangannya mau tak mau menerima sekantong besar pemberian dari papanya. Johan yang melangkah memasuki rumah megah pemberiannya itu menatap remeh anaknya. "Alah kamu, selama ini kamu apa-apa juga dari Papa kan? Jadi jangan sungkan gitulah." Atala juga balas tertawa. Bukannya dia sungkan atau apa-apa. Hanya saja rasanya makin ke sini, dia ingin bisa mandiri, ingin bisa memenuhi kebutuhan istrinya sendiri tanpa bantuan papa lagi. Pria yang baru berusia dua puluh tahun itu lantas mengecek isi kantong barusan. Ternyata isinya adalah beberapa kotak susu khusus ibu hamil. Beserta vitamin dan makanan khusus ibu hamil. "Makasih, Pa," ucap Atala kemudian. Setelahnya dia memanggil salah satu ART-nya untuk menaruh makanan itu ke dapur. Citra yang sejak tadi berdiri di samping Atala, ikut mengucapkan terima kasih dan menyuruh papa mertuanya itu duduk. "Papa terkejut sekaligus senang waktu mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    155. Suami yang Protective

    Beberapa hari setelah kedatangan Papa Johan terlewati. Baru semingguan Citra hamil, tapi dia sudah merasakan banyak perubahan dalam hidupnya. Pahit manis selalu ada berdampingan dalam suatu hal. Atala benar-benar mendengar omongan papanya. Dia benar-benar memperhatikan Citra. Memperhatikan juga apa-apa yang istrinya itu makan. Karena kandungannya masih sangat muda, Atala melarang Citra untuk pergi ke mana-mana, apalagi sendirian. Atala juga melarang Citra jalan dengan temannya, Tasya. Bahkan Atala menyuruhnya banyak-banyak istirahat saja, sampai-sampai untuk pergi-pergi ke dapur pun dilarang. Citra hanya boleh berbaring atau setidaknya menghabiskan waktu di kamar sambil menunggu kepulangannya. Atala hanya tak ingin kandungan Citra jadi keguguran kalau wanita itu banyak gerak. Dia tak ingin Citra sampai jatuh nantinya. Atala sangat over protective pada Citra semenjak dia hamil. Dan Citra sendiri merasa risih. Dan tentu saja hal itu juga membuat Citra merasa bosan. Citra juga men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    156. Bertemu Mantan

    Citra membelalak melihat sosok di hadapannya itu. Sosok yang tak pernah dia sangka akan datang ke sini, lagi. Setelah sekian lama, setelah apa yang sudah terjadi di antara mereka, keduanya tak lagi saling memberi kabar. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja orang itu ada di sini, lagi. "Ngapain lo ke sini?" Citra bertanya ketus. Tatapannya melotot tajam ke arah sosok itu. Sosok itu kemudian berjalan mendekat seiring dengan senyumnya yang kian melebar, karena melihat kehadiran Citra. "Maaf," ucapnya setelah jaraknya dengan Citra cukup dekat. "Aku tahu mungkin sekarang kamu benci sama aku, tapi--" "Ya bagus kalau lo tahu gue benci sama lo. Gue emang udah benci sama lo!" sahut Citra muak. "Tapi aku mohon dengarkan aku dulu." Wajah lelaki di hadapannya ini tampak memelas. Citra pun diam mendengarkan orang itu bicara. Sesekali dia melirik ke arah rumahnya, berharap ART-nya tidak ada yang keluar melihat mereka. "Aku minta maaf atas semua yang udah terjadi terakhir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    157. Yang Citra Sembunyikan

    Citra akhirnya berhasil masuk ke kamar setelah dia menguasai diri. Dia tak menyangka, ART-nya itu sempat melihatnya menangis. Untung saja dia punya alasan yang masuk akal untuk menjawabnya waktu itu. Percakapannya dengan Bi Rahma pun terlintas. "Non, Citra, dari mana? Kenapa lari-lari? Non kenapa menangis?" "A-aku, aku habis dari luar, Bi, lihat-lihat pemandangan di luar, habis bosan di kamar terus." Citra meringis. "Tapi ...." "Tapi kenapa, Non?" Waktu itu Bi Rahma menatapnya penuh khawatir. "Tapi tiba-tiba perutku sakit, Bi." Jawaban itu serta-merta membuat Bi Rahma makin khawatir. Dan Citra sempat menyela. "Perut aku sakit dan sampai nggak mampunya aku, aku nangis, tapi sekarang udah nggak pa-pa, kok, Bi. Perutku nggak sakit lagi. Iya." Citra mengangguk meyakinkan. "Bener, Non?" Bi Rahma masih menatapnya khawatir. "Apa ndak di cek di rumah sakit saja, takutnya--" "Nggak perlu, Bi." Lagi-lagi Citra menggeleng. "Nggak perlu sampai ke rumah sakit segala. Aku udah baik-baik aja,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    158. Atala yang Over Protective

    "Kamu tuh jangan aneh-aneh, deh, tingkahnya." Atala mulai mengomel. Meski Citra tadi sudah berusaha menjelaskan kalau dia baik-baik saja. Dan dia memang terlihat baik-baik saja, Atala tetap saja mengomel. "Kalau aku bilang istirahat, ya, istirahat. Jangan ke mana-mana. Jangan mikirin macam-macam. Kalau bosan kan bisa hidupin tivi itu. Kamu juga harus bisa nahan rasa bosan demi jaga kandungan kamu. Kandungan kamu itu masih terlalu muda, masih rentan. Ingat kan kemarin dokter bilang apa waktu USG? Dokter loh yang minta, bukan hanya aku. Minimal kamu bisa tahan sampai kandunganmu udah kuat. Nggak lama, kok." "Iya, iya, aku minta maaf udah nggak dengerin kamu," sahut Citra melirik suaminya yang kini duduk di pinggir kasur. "Aku kan tadi cuman keluar di halaman doang, sebentar doang. Janji deh nggak gitu lagi. Udah, ya, jangan marah-marah." Atala menghela napas. "Kamu udah makan?" Citra terdiam sesaat sebelum akhirnya menggeleng. Dia belum makan karena memang belum lapar, dan tadi re

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    174. Setelah Enam Tahun

    Enam tahun kemudian.Tok! Tok! Tok!Pintu ruang CEO itu terdengar diketuk, sebelum akhirnya sang CEO yang duduk di atas singgasananya menyahut."Ya, masuk!"Pintu di buka, memunculkan seorang wanita cantik mengenakan pakaian kantor. Terlihat begitu elegan. Sepatu hak tingginya terdengar menggema mengetuk lantai ketika dia berjalan mendekat sembari meninting paper bag. Sang CEO tersenyum senang melihat kehadiran wanita itu. "Makan siangnya sudah datang, Pak," beritahu sang sekretaris itu, lalu meletakkan paper bagnya ke atas meja."Terima kasih," sahut sang CEO. Ya, baru saja dia meminta sang sekretaris pribadinya itu memesankan makanan online untuknya. "Eh, kamu mau ke mana?" tanyanya ketika sang sekretaris terlihat beranjak pergi.Wanita berambut pendek itu menatapnya. "Keluar, Pak.""Duduk di sini, temanin saya makan, seperti biasa, dong." Sang CEO tersenyum penuh arti saat menutup laptopnya. "Maaf, saya belum lapar, Pak. Lagian masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan,

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    173. Jauhin Citra

    Citra tersenyum saat dia tak sengaja masuk ke stan baju bayi dan balita, dan melihat beberapa baju bayi yang bergantungan itu. Baju-baju bayi itu membuatnya teringat dengan bayinya yang sempat singgah di perutnya. Dia bahkan belum sempat membelikan bayi itu baju, tapi bayi itu sudah pergi. "Hei, kamu di sini ternyata." Teguran itu menyadarkan lamunan Citra. Wanita itu sontak menoleh ke sampingnya. Atala menegurnya sambil menatapnya heran. Lalu Atala ikut memandang ke arah pandang Citra. "Udah jangan sedih-sedih lagi, jangan ingat-ingat lagi," ucapnya menghibur sambil mengusap kepala istrinya.Citra tersenyum. "Iya.""Udah selesai pilih bajunya?"Citra menggeleng. "Ya udah, ayok pilih lagi."Atala benar-benar mengajak Citra jalan ke Mall demi menghibur istrinya itu. Walau sepertinya hal itu tak banyak membantu. Karena Atala masih sering mendapati Citra murung memikirkan sesuatu.Citra kembali mendorong trolinya, kembali memasuki stan pakaian dewasa, bersama Atala juga. Saat Citr

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    172. Melupakan Kesedihan

    "Aku ... aku punya kabar duka, Eyang," ucap Citra pada eyang ditelepon setelah eyang bertanya ada apa."Kabar duka apa, Nduk?" Suara Eyang terdengar cemas. "Aku ... keguguran, Eyang." Air mata Citra sontak menetes bersamaan dengan dia mengucapkan kalimat itu. Masih sedih saja hatinya mengingat ketiadaan bayinya padahal kemarin bayinya masih ada dalam kandungannya. Dadanya juga terasa sesak. "Bayiku udah nggak ada.""Ya Allah Gusti ...." Suara Eyang terdengar sedih. Dan sepertinya eyang putri menangis di seberang sana. "Ini semua ...." Citra berhenti ketika hendak mengucapkan kata-kata 'ini semua salahku, aku nggak becus jaga kandungan, aku nggak bisa jadi ibu yang baik'.Dia berhenti mengucapkannya karena ingat pesan Atala yang mengatakan seharusnya dia tak boleh menyalahi diri. "Apa, Nduk?""Enggak, Eyang. Mungkin ini semua udah takdir Allah, ya, Eyang. Eyang jangan sedih, ya. Nanti aku pasti bisa hamil lagi, kok." Citra tersenyum. Sejatinya dia tengah menghibur dirinya sendiri."

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    171. Kesedihan Citra

    Dua hari berlalu. Citra masih memikirkan kandungannya yang keguguran. Meski Atala berkali-kali mengatakan sebaiknya dia tak perlu menyalahkan dirinya. Tetap saja, Citra merasa bersalah karena kenyataannya memang begitu. Karena dia sadar jauh dalam lubuk hatinya paling dalam, dia belum siap menjadi ibu, dan Atala tak tahu itu. Tak ada yang tahu isi hatinya selain dirinya dan Tuhan. Seketika kenangan dan kejadian lalu itu pun teringat lagi. Dia ingat bagaimana selama ini dia tak begitu menginginkan bayi itu. Percakapannya dengan Bi Rahma waktu pertama kali dia tahu dia hamil pun terngiang. "Aku nggak mau hamil, Bi ...." "Kenapa Non jadi sedih? Harusnya Non bahagia kan? Kan Non sudah menikah dengan Tuan Atala. Memang sudah seharusnya Non hamil." "Tapi, Bi .... Aku belum siap. Aku belum siap mengurus anak, aku takut ...." "Non jangan pesimis begitu .... Ingat, ya, apa pun yang Allah kehendaki itulah yang terbaik. Non ingat kan dulu Non sendiri juga ndak mau menikah dengan Tuan Atala.

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    170. Rasa Bersalah Citra

    Sejak dalam perjalanan hingga sampai ke rumah, Citra hanya berdiam diri. Bahkan dia tak menyahut ketika Bi Rahma menegurnya. Bi Rahma mengalihkan pandang pada Atala yang hanya dibalas gelengan kepala. Atala membiarkan Citra masuk ke kamar. Lantas dia bicara pada Bi Rahma."Ada apa, Tuan? Kenapa Non Citra begitu sedih? Kandungannya baik-baik saja, kan?" Meski sudah tahu apa yang mungkin terjadi, Bi Rahma masih berharap yang baik-baik.Atala terdiam lama sebelum akhirnya menjawab. "Citra keguguran, Bi." Dia berterus-terang. Wajahnya tertunduk lesu. Membayangkan bagaimana dia mengatakan berita buruk ini pada keluarga yang lain, terutama papa. "Ke-keguguran, Tuan?" Bi Rahma tampak tak percaya. Atala diam saja. Dan itu cukup menjelaskan."Ya Allah ...." Bi Rahma sampai menutup mulutnya. "Kasihan Non Citra." Art itu bisa langsung membayangkan bagaimana perasaan Citra saat ini. "Non Citra sekarang pasti sedih sekali. Pantas saja tadi banyak diam.""Iya, Bi. Bi aku ke kamar dulu, ya, temeni

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    169. Musibah

    Mendengar itu, Atala spontan menoleh. Wajah lelaki itu langsung berubah melihat istrinya kesakitan sambil memegangi perut."Citra!" Dia pun berlari mendatangi istrinya itu. "Perut kamu kenapa?" tanyanya saat memegangi tubuh istrinya. Rasa kesal tadi sontak menguap entah kemana bergantikan rasa khawatir luar biasa."Perut aku sakit banget." Citra merintih. "Kita ke rumah sakit sekarang, ya?"Atala langsung membopong istrinya turun ke bawah dengan tergesa. Sebelum pergi, dia meneriaki Bi Rahma untuk memberitahu kalau dia dan Citra akan pergi ke rumah sakit.Meski sempat khawatir melihat keadaan majikannya itu, Bi Rahma menurut. "Ya Allah semoga Non Citra ndak kenapa-kenapa. Semoga kandungannya baik-baik saja," doa sang art itu dengan tulus.***Atala mondar-mandir dengan gelisah di depan ruang kebidanan. Di balik rasa khawatirnya terhadap kandungan istrinya, dia masih berharap dan berdoa kalau kandungan isrinya yang baru seumur jagung itu baik-baik saja. Begitu pintu ruang itu terbuka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    168. Salah Paham

    "Sayang, hari ini kita jalan-jalan, yuk!" ajak Citra kala dia mendapati suaminya sedang termenung di balkon lantai atas. Tapi suaminya itu hanya berdiam diri, tak bereaksi sedikit pun setelah mendengar suaranya. Seolah dia sudah bisa menebak hal itu.Citra sudah menduga semua ini. Hal yang dia takutkan akhirnya terjadi. Atala marah karena mengetahui Dimas masih meneleponnya. Begitu melihat siapa yang meneleponnya, Citra langsung bergegas ke atas menyusuli suaminya, berusaha untuk mencairkan suasana. Dia mencari suaminya itu ke sana kemari. Namun, ternyata suaminya di sini. Dan suaminya itu tak bergeming sedikitpun mendengar suaranya. Dia benar-benar marah.Tapi Citra tentu saja tak menyerah. Wanita itu menghela napas, berjalan mendekati suaminya. Mencoba memberanikan diri memeluk pinggang suaminya. Dan kali ini, Atala tak melepasnya, tapi tak juga membalas pelukannya. Citra pun melepas pelukannya. "Kamu marah, ya, sama aku? Kenapa?" Dia mulai bertanya.Citra tak ingin masalah ini be

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    167. Kekhawatiran yang Terjadi

    Hari-hari terus berlalu, kehidupan Citra dan Atala berjalan bahagia seperti biasanya. Meski kadang kala Atala merasa beban yang ditanggungnya terasa berat, dia tetap kuat. Karena dia bersama Citra. Kebahagiaan Citra adalah kebahagiaannya juga. Maka dia akan berusaha melakukan apa pun untuk kebahagiaan istrinya itu.Hari itu hari Minggu. Atala tentu saja tak ke kampus. Dan dia punya banyak waktu luang untuk istrinya. Sebenarnya Atala bisa mengajak Citra jalan-jalan. Namun, mengingat istrinya yang hamil dan harus lebih menjaga kandungan, mereka memilih diam di rumah saja. Lagipula bagi seorang Atala tak masalah dia diam di rumah, asal bersama sang istri tercinta.Citra sedang mandi di toilet yang ada di kamarnya saat Atala hanya rebahan di kasurnya.Pria itu nyaris jatuh tertidur ketika dia mendengar bunyi dering ponsel khas milik istrinya.Atala pun seketika terjaga. "Sayang, ponsel kamu bunyi tuh? Angkat, dong," racaunya setengah sadar. Hening, tak ada sahutan dari Citra. Dan ponsel

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    166. Bucinku

    Sejak hari itu, Citra jadi lebih kalem. Dia lebih serius mendengarkan apa kata suaminya. Dia makan dan minum vitamin secara teratur. Setelah makan dan minum dia rebahan, sesekali sambil main ponsel.Beberapa hari belakangan ini, Dimas tak ada menghubunginya lagi, entah itu sekadar chat atau telepon. Membuatnya sedikit lega. Kata dokter, selama masa kehamilan, sebisa mungkin Citra tak boleh banyak pikiran. Apalagi memikirkan hal yang tidak penting. Ya, Citra bisa untuk sedikit tenang dan tidak memikirkan apa pun dulu, kecuali ... masalah Dimas itu. Citra mungkin baru akan berhenti memikirkannya jika dia sudah bercerita pada suaminya. Tapi ... Citra belum berani cerita sekarang. Citra memijit pelipisnya yang tiba-tiba pusing. Peringatan Atala tempo hari yang terdengar begitu tegas kembali membayangi."Aku serius kali ini, Sayang. Aku mau mulai sekarang kamu lebih menjaga kandunganmu. Kamu harus lebih dengarkan aku. Kalau sekali aja aku dengar kabar buruk dari kamu dan itu karena ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status