Sejak mobil itu diambil oleh Rania, aku, Kalea, merasa sangat kesal dan hatiku seperti diremukkan olehnya, dia seolah mentertawakan diriku, yang bernasib buruk setelah berhasil merebut Mas Raka darinya."Kenapa nasibku jadi begini? Mengapa Mas Raka harus mengoper kreditkan mobil itu kepada dirinya?" gumamku dalam hati.Setiap hari tetangga selalu menanyakan keberadaan mobil itu dan aku merasa tidak enak dengan situasi ini. Seolah-olah aku harus menjelaskan semuanya kepada mereka, padahal ini adalah masalah pribadi antara aku dan Rania. Sementara itu, ibu mertuaku terus mempengaruhi pikiran Mas Raka, suamiku, agar mencari istri lain yang lebih kaya dan bisa memberikan keturunan untuk dirinya. Hatiku semakin sakit dan seperti ditusuk saat Mas Raka juga membandingkan diriku dengan Rania. Aku merasa tidak dihargai, bagai debu yang bisa terbuang begitu saja oleh angin."Raka, Minggu ini, aku ingin kamu bertemu dengan anak Bu Malik, putrinya janda setahun yang lalu, Bu Malik ingin mencari
Baca selengkapnya