Semua Bab Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan: Bab 261 - Bab 270

398 Bab

Kegalauan Christina

Gio membaca nama yang tertera di kertas, lalu memandang ke paper bag berisi makanan yang dikirimkan untuknya.“Terima kasih,” ucap Gio lalu membawa makanan itu bersamanya.Gio pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Lena. Dia datang saat perawat baru saja mengantar jatah makan untuk wanita itu.“Kamu datang.” Lena terlihat sangat senang karena Gio masih mau menjenguknya, setelah kemarin pergi dan tak datang lagi.Gio hanya mengangguk pelan membalas ucapan sang mama. Dia melihat piring milik Lena yang hanya berisi makanan lembek seperti bubur karena Lena tak bisa makan sembarangan setelah divonis terkena kanker usus.“Kamu bawa apa?” tanya Lena karena melihat Gio membawa paper bag.“Temanku mengirim makan siang saat aku mau ke sini jadi aku membawanya sekalian,” jawab Gio.Lena mengangguk pelan mendengar jawaban putranya lalu tak bertanya lagi karena tak ingin membuat Gio merasa tak nyaman.Lena hendak meraih sendok karena ingin makan siang, tapi siapa sangka Gio sudah lebih dulu men
Baca selengkapnya

Sadar Diri

“Kamu sudah pamit ke bibimu kalau mau jaga mama di sini?” tanya Lena karena malam itu Gio datang ke rumah sakit. “Hm ... sudah,” jawab Gio sambil menganggukan kepala. Lena menatap Gio yang sedang meletakkan jaket di sofa, hingga kemudian berkata, “Sebenarnya tak apa jika kamu tak menemani mama. Lagi pula kalau kondisi mama sudah membaik, mama akan balik ke Lapas lagi.” Gio cukup terkejut mendengar perkataan sang mama. Dia memandang Lena lalu membalas, “Kondisi Mama sangat buruk, apa tidak bisa mendapat keringanan sampai benar-benar membaik?” “Makanan di Lapas pasti tak terjamin, Mama tidak bisa makan makanan keras, bagaimana kalau kondisi Mama semakin memburuk jika kembali ke Lapas? Aku akan bicara dengan kepala Lapas untuk meminta keringanan agar Mama bisa menjalani pengobatan.” Gio langsung panik ketika mendengar Lena kemungkinan akan dikembalikan ke Lapas jika sudah membaik. Lena malah tersenyum melihat Gio mencemaskan dirinya, perhatian putranya itu menjadi penghibur ters
Baca selengkapnya

Tragedi di Pagi Hari

Beberapa hari berlalu. Kondisi Lena memang lumayan membaik, tapi karena dari pihak rumah sakit belum mengizinkan Lena keluar karena masih harus dipantau, membuat wanita itu tetap dirawat di rumah sakit khusus itu sampai benar-benar pulih.“Bagaimana kondisi mamamu?” tanya Mia sambil menyiapkan sarapan untuk Gio.“Sudah lumayan membaik, untung saja pihak rumah sakit masih belum mengizinkan Mama keluar dari rumah sakit, jadi setidaknya dia masih bisa mendapat perawatan yang layak,” jawab Gio.Mungkin Bobby dan Mia memiliki perasaan bersalah karena Lena sekarang sakit parah. Namun, semua juga ulah Lena sendiri, andai dulu Lena tak terus menerus melakukan kejahatan, mungkin nasibnya tidak seperti sekarang.“Nanti siang aku akan menjenguknya,” ucap Mia lalu menyodorkan piring berisi nasi dan lauk untuk Gio.Gio tahu jika Mia sangat membenci sang mama, tapi siapa sangka wanita itu berbesar hati mau menjenguk Lena yang
Baca selengkapnya

Harus Nurut

“Kelelahan, stres, mengangkat barang berat bisa menjadi salah satu pemicu ada pembukaan sebelum waktunya. Meski tidak terlalu besar, tapi ini juga bisa membahayakan kondisi janin karena ada flek juga. Untuk sementara biarkan ibu istirahat, bedrest minimal beberapa hari atau minggu untuk mengamankan kondisi janin.”Alaric dan Sashi diam mendengar penjelasan dokter kandungan yang baru saja melakukan USG ke Emily. Dokter juga menyarankan agar Emily dirawat inap untuk memantau kondisinya.“Temani Emi, akan kubantu menyiapkan kamar inapnya,” ucap Sashi ke Alaric lalu menepuk pelan punggung suami keponakannya itu.Alaric mengangguk lalu mendekat ke Emily yang berbaring di ranjang. Perawat sedang membantu menyelimuti Emily karena setelah ini harus dipindah ke IGD lagi sampai ruang inap siap.“Dia baik-baik saja, kan?” tanya Emily langsung menggenggam telapak tangan Alaric.“Iya, dia baik. Tapi dokter menyarankan agar kamu bedrest agar dia bisa bertahan, setidaknya sampai kandungannya kuat da
Baca selengkapnya

Tak Saling Sapa

Emily bingung menjawab pertanyaan Gio. Dia agak merapatkan kedua kaki, tapi malu untuk bicara ke sepupunya itu.“Kamu butuh apa? Biar aku yang carikan,” kata Gio karena Alaric sudah berpesan agar Emily tidak turun dari ranjang, apalagi berjalan.Emily tampak panik karena seperti menahan sesuatu.“Emi, katakan saja.” Gio melihat gelagat aneh Emily.Emily melirik Gio yang menatapnya. Dia semakin bingung hingga akhirnya berkata lirih, “Aku mau ke kamar mandi. Ini sudah tidak tahan.”Gio langsung menghela mendengar ucapan Emily.“Kenapa tidak bilang? Tinggal bilang saja, kenapa malah ke mana-mana.”Gio mengambil kantong cairan infus dari tiang, lalu meletakkan di pangkuan Emily.Emily agak panik dengan yang dilakukan Gio. Lalu pria itu menggendongnya membuat Emily semakin syok.“Seharusnya pakai kursi roda saja, kamu tidak harus menggendongku,” protes Emily.“Kelamaan jika mengambil kursi roda lebih dulu, kamu keburu mengompol,” balas Gio.Emily langsung menggelembungkan kedua pipi menden
Baca selengkapnya

Merasa Mengganggu

“Kalian baik-baik saja, kan?” tanya Emily karena Christina hanya diam.Christina menatap Emily sambil tersenyum tapi malah membahas hal lain.“Tadi aku terkejut waktu bertemu Paman dan dia bilang kamu masuk rumah sakit karena kontraksi. Perasaan baru juga empat bulanan, tapi kok sudah kontraksi, makanya aku menghubungimu dan ternyata benar” ujar Christina mengalihkan pertanyaan Emily.“Iya, karena kelelahan dan banyaknya tekanan saat kerja, jadi tiba-tiba saja mengalami kontraksi,” balas Emily menceritakan yang dialaminya, melupakan pertanyaannya tentang Christina dan Gio.Christina mengangguk-angguk mendengar balasan Emily. Dia terus membahas hal lain agar Emily tidak bertanya tentang dirinya lagi.“Aku harus kembali ke kantor. Lekas sembuh dan jaga kesehatan biar bayinya sehat sampai lahir,” ucap Christina penuh perhatian.Emily mengangguk-angguk mendengar ucapan Christina, lalu berterima kas
Baca selengkapnya

Istri Kepo

Mia pergi menjenguk Lena yang dirawat di rumah sakit khusus. Dia sudah berada di depan ruang inap Lena dan harus mendaftar dulu agar bisa menjenguk.Saat masuk kamar itu, Lena berbaring tapi tidak memejamkan mata. Mantan iparnya itu sedang memandang ke jendela hingga langkah kaki Mia membuat Lena menoleh.“Tak kusangka kamu datang ke sini,” ucap Lena saat melihat Mia.Mia hanya berdeham mendengar ucapan Lena. Dia kemudian duduk di kursi yang ada di samping ranjang.“Bagaimana kondisimu?” tanya Mia dengan ekspresi wajah datar.“Sangat baik karena aku bisa mendapatkan banyak perhatian dari Gio,” jawab Lena sambil memulas senyum.Mia tetap memasang wajah datar karena dia tak ingin Lena merasa dirinya luluh begitu saja.“Terima kasih sudah membuat Gio banyak berubah. Rasanya tak pernah menyangka bisa punya anak perhatian. Sepertinya aku memang sudah sangat banyak memiliki dosa,” ucap Lena sa
Baca selengkapnya

Punya Penggemar

“Memangnya ada masalah apa sampai kalian membahas perang dunia?”Emily dan Alaric saling pandang, lalu menatap ke arah Vano yang baru saja datang.“Memangnya kami membahas perang dunia?” Emily mencoba mengelak karena dilihat dari mimik wajah sang adik, pemuda itu seperti tidak tahu.“Tadi pas mau masuk, aku dengar kamu bilang ‘bisa terjadi perang dunia’. Apa itu?”Emily melirik Alaric, sepertinya Vano benar-benar tak mendengar semua yang dibicarakannya dengan Alaric.“Oh, itu karena aku pengen jalan-jalan ke luar negeri, tapi karena kondisiku sekarang, kalau Mama dan Mami tahu, pasti akan terjadi perang dunia karena mereka pasti tak mengizinkan,” ujar Emily menjelaskan agar Vano tidak tanya lebih banyak.“Oh ....” Vano percaya dengan apa yang dikatakan Emily.Emily dan Alaric saling lirik, mereka bernapas lega karena Vano percaya dengan yang Emily jelaskan.“Kamu dari kampus?” tanya Emily karena melihat Vano masih membawa tas.“Iya, langsung ke sini setelah kelas,” jawab Vano duduk sa
Baca selengkapnya

Kabar Buruk

Gio berjalan cepat masuk kamar Lena untuk memastikan. Dokter terlihat sedang memeriksa sang mama, sipir dan perawat juga di sana.“Ada apa dengan mamaku?” tanya Gio ke sipir.Sipir itu menoleh saat mendengar pertanyaan Gio, lalu menjawab, “Bu Lena tiba-tiba mengalami kejang, karena itu saya memanggil perawat dan dokter.”Gio menjatuhkan paper bag yang dibawa, lalu mendekat ke sisi ranjang satunya untuk melihat Lena lebih dekat.“Ma, aku di sini.” Gio menggenggam telapak tangan Lena, tapi ujung jarinya terasa sangat dingin.Dokter baru saja mengecek detak jantung Lena, lalu menoleh ke perawat sambil menggeleng kepala.Gio melihat dokter tak melakukan apa pun, hingga dia bicara dengan sedikit nada membentak. “Kenapa kalian diam saja? Lakukan sesuatu jika mamaku tidak baik-baik saja!”Dokter memandang Gio, kemudian menjelaskan, “Maaf, pasien sudah tiada.”Gio sangat syok mendengar ucapan dokter. Dia sampai menggeleng kepala dengan rasa tak percaya.“Tidak mungkin. Bukankah kondisinya memb
Baca selengkapnya

Berkabung

Christina dan kedua orang tuanya pergi melayat ke rumah Bobby sebagai bentuk peduli dan berbela sungkawa atas meninggalnya Lena. Apalagi keluarga Bobby menjadi bagian keluarga besar bibinya Christina karena Alaric menikahi Emily. Christina hanya duduk melihat orang-orang penting di sana datang melayat. Hingga tatapannya tertuju ke Alaric yang berjalan keluar dari rumah. “Kamu mau ke mana?” tanya Nana saat melihat Christina berdiri. “Menemui suaminya Emi bentar,” jawab Christina. Christina melihat sang mama mengangguk-angguk. Dia lalu segera menghampiri Alaric yang sedang menemui salah satu rekan bisnis. “Al.” Alaric menoleh saat mendengar suara Christina. “Aku ikut berduka cita,” ucap Christina. “Terima kasih,” balas Alaric lalu menoleh ke pintu. “Di mana Emi?” tanya Christina karena tidak melihat Emily. “Dia masih di rumah sakit, dokter belum mengizinkannya keluar,” jawab Alaric. Christina mengangguk mendengar jawaban Alaric, hingga pria itu melontarkan pertanyaa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
40
DMCA.com Protection Status