All Chapters of Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku: Chapter 21 - Chapter 30

142 Chapters

Merantau

Pagi ini Liqa sudah bersiap-siap untuk berangkat. Ia akan naik travel. Perjalanan sekitar tujuh jam untuk sampai ke kota yang dituju. Pengalaman pertama merantau, sendirian.Tidak banyak yang Liqa bawa. Hanya satu koper pakaiannya dan tas ransel, kemudian kardus yang diberikan neneknya. Tidak lupa ia membawa laptopnya.Perpisahan ini sangat menyedihkan, ia menangis tersedu-sedu memeluk neneknya. Nenek dan Kakek yang sudah dianggap seperti orang tua sendiri. "Kamu harus kuat dan tegar. Hidup merantau itu susah-susah gampang. Jangan lupa untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Mohon petunjuknya." Pak Umar memberikan wejangan.Akhirnya travel yang ditunggu pun datang. Setelah memasukan barang-barang Liqa, travel segera berangkat.Bu Tari menangis tersedu-sedu."Kasihan Liqa, ya Pak. Dipaksa untuk hidup mandiri karena keadaan.""Liqa itu anak yang kuat, pasti ia akan mampu hidup mandiri. Jangan ditangisi seperti ini, nanti malah ia akan kangen dengan rumah. Semoga Liqa dan Aksa mandi
Read more

Gaji Pertama

Setelah salat magrib, Liqa segera berganti pakaian seragam katering. Ia diajak ke gedung untuk membantu menyiapkan katering disana.Sampai di gedung tempat pesta pernikahan, Liqa dibuat terkagum-kagum dengan dekorasi yang ada. Maklumlah ia hanya orang kampung, yang biasanya hadir di acara pernikahan dengan dekorasi yang lebih sederhana.Liqa sibuk menyiapkan segala sesuatunya, ia membantu Siska yang lebih senior. Acara memang sedang berlangsung, tapi bagian katering sibuk dengan perlengkapan. Liqa tidak menyadari ada sepasang mata yang dari tadi mengamatinya."Katanya mahasiswa di UNSRI, nyatanya hanya kerja di catering. Gayanya sok elit, gak sesuai dengan kenyataannya. Nanti aku akan menyapanya, pasti dia akan malu, ketahuan kalau sudah berbohong," gumam seseorang yang ternyata adalah Keenan. Laki-laki yang berada dalam satu travel dengan Liqa kemarin.Acara sudah hampir selesai, petugas catering segera bersiap-siap untuk mengawasi dan mengecek makanan yang habis. "Semua siap-siap,
Read more

Merasa Sangat Bersalah

"Kenapa dia sudah ada di sana? Bukankah kuliahnya masih lama?" tanya Farhan. Ia masih syok dengan cerita yang ia dengar."Untuk apa juga ia disini? Ia sudah tidak mau bertemu denganmu, juga berurusan denganmu." Dengan ketus Bu Tari menjawab pertanyaan Farhan. Farhan semakin sedih, hatinya terasa sangat perih, anak perempuannya sudah tidak menganggapnya sebagai ayah."Bagaimana biaya kuliahnya?" selidik Farhan."Kamu nggak usah khawatir, Liqa tidak meminta uang darimu. Ibunya sanggup membiayai kuliah Liqa. Nanti juga Bapak akan membantunya. Kamu nggak usah memikirkan Liqa. Pikirkan saja Rosita dan Melia." Perkataan Pak Umar menohok Farhan.Farhan terdiam, ia meneteskan air mata. Entahlah apa yang ia rasakan sekarang. "Pak, boleh minta alamat kost Liqa?" tanya Farhan penuh harap."Bapak nggak tahu alamatnya. Tanya saja sama Esti," jawab Pak Umar. "Nggak berani bertemu Esti." Farhan berkata dengan pelan, malu akan perbuatannya."Kenapa? Malu akan kelakuan sendiri? Esti dan Yudhi yang b
Read more

Selingkuh Itu Penyakit

"Mas!" teriak Rosita.Farhan pun kaget dan ponselnya terlepas dari tangan. Untung saja hanya jatuh di tempat tidur."Kenapa sih teriak-teriak," bentak Farhan."Tadi aku panggil diam saja, asyik dengan ponselnya. Ngapain? Punya selingkuhan ya?" Rosita menjawab dengan suara yang lebih keras lagi.Farhan mulai emosi."Jangan menuduhku sembarangan! Aku tidak selingkuh!""Mas kamu pernah berselingkuh denganku, berarti ada kemungkinan kamu berselingkuh dengan orang lain. Selingkuh itu penyakit yang nanti akan kambuh lagi," tuduh Rosita."Sama juga dengan dirimu. Kamu menyelingkuhi suamimu yang dulu. Terus kamu selingkuh denganku. Berarti kamu berpenyakit, soalnya sudah dua kali selingkuh. Mungkin nanti akan berselingkuh yang ketiga kali." Farhan masih berkata dengan suara yang sangat tinggi."Mas, apa yang dikatakan sama orang tuamu, kok kamu sampai marah-marah kayak gini. Apa orang tuamu menghasut supaya kita berpisah? Apakah mereka meminta kamu untuk membiayai Liqa? Yang ada di pikiran me
Read more

Salah Pilih Teman

"Memangnya istri saya pinjam uang berapa?" tanya Farhan dengan tanpa basa-basi.Nisa tampak kaget, apalagi Rosita, ia sangat kaget sekali. Ia tidak menyangka kalau Farhan akan muncul disini."Eh, eh…""Bilang saja, Mbak. Saya nggak marah," sahut Farhan. "Sepuluh juta, Pak," jawab Nisa dengan pelan."Tunggu sebentar ya, Mbak. Saya ambilkan uangnya dulu." Farhan berjalan masuk ke dalam, mengambil uang yang ada di amplop coklat tadi."Ini Mbak uangnya, sepuluh juta. Dihitung, dulu.""Maaf ya, Pak. Saya hitung dulu uangnya," kata Nisa sambil menghitung uang dengan cepat. Rosita tampak curiga dengan uang yang ada di tangan Nisa. Karena ada kertas dari bank yang menunjukkan jumlahnya."Alhamdulillah cukup uangnya, Pak," ucap Nisa ketika selesai menghitung jumlah uangnya."Maaf kalau istri saya terlambat mengembalikannya," kata Farhan."Iya, Pak. Saya pamit pulang Bu Rosita, Pak Farhan.""Iya, Mbak." Nisa pun keluar dari ruang tamu rumah Farhan dengan hati yang gembira. Karena berhasil men
Read more

Pelayan Catering

Liqa disini memang anak bawang karena masih baru, tapi ia sangat cekatan dan tidak pilih-pilih pekerjaan. Apapun yang disuruh, ia lakukan. Bahkan terkadang ia ikut membantu belanja ke pasar atau mengantarkan pesanan pelanggan.Kemudian Renata mengamati pekerjaan pegawai katering Feni. "Sudah lama, Ren?" tanya Feni yang baru muncul di dapur."Belum, Mbak. Baru saja datang. Ada anak baru ya Mbak.""Oh iya, namanya Liqa. Dia kost disini karena mau kuliah, tapi berhubung belum ada kegiatan kuliah, Mbak suruh membantu disini. Dia itu anak teman baiknya Mbak Esti." Feni menjelaskan."Oh," kata Renata sambil manggut-manggut.Sejak subuh tadi, semua pegawai Feni tampak sangat sibuk, termasuk Liqa. Liqa sibuk memasukkan makanan yang akan dibawa ke sebuah acara pernikahan. Akhirnya mereka berangkat ke acara pernikahan itu. Liqa bersemangat sekali, apalagi kalau acara resepsinya dilaksanakan di gedung. Ia selalu takjub melihat dekorasi pernikahan yang selalu bervariasi. Sampailah mereka di se
Read more

Hasil Keringat Sendiri

"Mbak Liqa, ada yang nyariin," kata Mang Ipul mengetuk pintu kamar Liqa."Iya, Mang. Sebentar lagi aku keluar," sahut Liqa dari dalam kamarnya."Siapa sih yang nyariin aku. Aku kan orang baru disini, belum ada yang mengenalku," gumam Liqa. Ia pun bergegas berpakaian rapi dan kemudian keluar dari kamar.Perlahan ia berjalan menuju ke ruang tamu, tempat para penghuni kos menerima tamu. Begitu sampai ruang tamu, Liqa membelalakkan mata melihat siapa yang datang."Ayah?" sapa Liqa.Sosok yang dipanggil ayah itu langsung menoleh ke arah Liqa. Liqa pun mendekati ayahnya dan mencium tangan ayahnya. Farhan tampak terharu dengan sikap Liqa. Anak yang sudah disia-siakan, masih menaruh hormat padanya."Liqa tidak membenci Ayah, tapi membenci kelakuan Ayah. Ayah tidak tegas terhadap Rosita. Bisanya hanya marah-marah pada Liqa, seperti memiliki dendam. Kok Ayah tahu kalau Liqa tinggal disini?" tanya Liqa yang kemudian duduk berhadapan dengan Farhan."Kamu kan tadi malam pakai seragam catering, gam
Read more

Mengunjungi Aksa

"Yah, mampir minimarket ya? Beli makanan untuk Aksa," kata Liqa."Siap, Bos!" Liqa tertawa, Farhan tersenyum bahagia melihat anak perempuannya itu bisa tertawa lepas. Entah sudah berapa lama tawa itu hilang.Akhirnya sampai juga di pesantren tempat Aksa belajar, Liqa turun dari mobil dengan membawa beberapa kantong plastik yang berisi makanan dan keperluan pribadi untuk Aksa. Liqa dan Farhan menunggu di tempat yang sudah disediakan, nanti Aksa yang akan mendatangi mereka. Ini kali kedua Liqa kesini. Ia bersyukur bisa kuliah di kota ini, sehingga bisa menjenguk Aksa ketika ada waktu untuk kunjungan. Tidak setiap hari bisa dikunjungi, ada jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak pesantren."Mbak Liqa," panggil Aksa yang muncul dengan mengenakan kaos dan sarung.Liqa dan Farhan menoleh ke arah datangnya suara Aksa. Aksa dan Farhan sama-sama terkejut."A-Ayah?" Aksa seakan tidak percaya dengan penglihatannya.Farhan mengangguk dan matanya tampak berkaca-kaca. Aksa segera mendekati Farhan
Read more

Melia Pelakor?

Ia sangat syok melihat kenyataan di depan matanya."Melia," gumam Liqa. Ia melihat Melia sedang bergandengan tangan dengan om-om yang sepertinya seumuran dengan Farhan.Sesekali laki-laki itu menyentil hidung Melia. Liqa segera merekamnya. "Pantas saja kalau Melia itu bergaya hidup mewah. Ternyata ia begini," kata Liqa dalam hati. "Kamu lihat apa Liqa? Kok wajahmu tegang seperti itu," kata Salsa mengagetkan Liqa."Ih, kamu ngagetin aku aja deh," kata Liqa. "Aku cuma nanya, kamu lihat apa?" tanya Salsa yang sedang memegang beberapa lembar nota dan pakaian."Melihat seseorang yang aku kenal." Liqa berkata dengan pelan."Kok nggak kamu sapa?" "Enggak usah. Sudah dapat bajunya?" tanya Liqa mengalihkan pembicaraan."Ini bagus nggak?" tanya Salsa sambil memamerkan pakaian yang ia pilih."Bagus! Kamu itu cantik, jadi pakai pakaian apa saja cantik." Liqa memuji Salsa karena memang Salsa itu cantik."Terima kasih atas pujianmu.""Sama-sama cantik."Liqa mengikuti langkah kaki Salsa menuju
Read more

Hidup Ini Pilihan

"Siapa?" Andin dan Mira berkata secara bersamaan."Ibunya Melia." Liqa tersenyum dengan liciknya. Ketiga teman Liqa itu tampak heran melihat wajah Liqa yang terlihat dipenuhi dengan emosi. Padahal biasanya tampak sangat kalem, pendiam dan tidak banyak bicara."Apa kamu ada masalah dengan Melia?" tanya Salsa."Ada! Aku akan melakukan pembalasan untuk Melia dan ibunya. Lihat saja, mereka akan merasakan seperti yang ibuku rasakan.""Kenapa?" tanya Mira."Ibunya Melia itu juga pelakor. Ia merebut ayahku dan membuat ibuku terusir dari rumahnya," kata Liqa dengan pelan dengan mata berkaca-kaca.Ketiga teman Liqa tampak sangat kaget mendengar penuturan Liqa. Liqa yang pendiam ternyata memiliki banyak permasalahan dalam hidupnya."Kok bisa? Bukannya ibunya Melia itu kakak sepupunya ibumu?" tanya Mira dengan penasaran.Liqa pun menceritakan permasalahannya, walaupun tidak secara detail. Sesekali ia mengusap air mata yang menetes. Salsa memegang tangan Liqa untuk menenangkan Liqa."Maaf kalau
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status