"Sudahlah Naren, nggak usah dibahas lagi. Aku tadi salah bicara," kata Liqa dengan mata yang berkaca-kaca.Naren menjadi iba melihat Liqa yang mau menangis. Ia pun memegang tangan Liqa, Liqa tampak terkejut, jantungnya berdebar-debar."Maafkan aku," kata Naren."Enggak, kamu nggak salah kok!" Liqa berusaha untuk tersenyum."Aku pasti akan merindukan saat-saat bersamamu. Bercerita, bercanda, melihatmu menangis dan main ke rumah Kakek." Naren berkata dengan serius."Liqa, sejujurnya aku sangat menyukaimu. Aku ingin kita punya suatu komitmen untuk masa depan kita nanti. Apa kamu mau berjanji kalau kita sama-sama berjuang kuliah dan setelah kuliah kita bisa bersama merencanakan masa depan. Impianku, suatu saat kita akan hidup bersama." Naren berkata dengan menatap Liqa. Liqa yang dari tadi deg-degan mencoba mengalihkan pandangan ke tempat lain."Naren, aku nggak tahu mau menjawab apa. Fokusku sekarang adalah keluar dari kota ini, kuliah dengan sungguh-sungguh. Bekerja, melihat Aksa mandir
Baca selengkapnya