All Chapters of Kakak, Jangan Merayuku Terus!: Chapter 171 - Chapter 180

258 Chapters

172. Acara Pelantikan

Pagi itu, keluarga Morgan berziarah ke makam Papi. Zack menggendong Haven dan bercerita tentang Grandpa pada putranya.“Mommy bilang, Grandpa pernah mendatangi Haven, ya?” Mami tersenyum saat Haven mengusap nisan Papi.Tentu saja Haven belum dapat menjawab pertanyaan Clara. Bayi tampan itu hanya sibuk menepuk-nepuk nisan.Mereka bersimpuh. Masing-masing bicara dalam bahasa kalbu. Clara tampak yang paling terharu.Setelah semalaman berdiskusi, akhirnya mereka sekeluarga memutuskan akan pindah ke negara di mana Zack dan Aurora tinggal karena Alzard akan membangun bisnis di sana.Semua aset di negara kelahiran Zack dan Alzard ini akan dikelola oleh keluarga Papi, bangsawan berdarah Morgan. Darah yang sama dengan darah yang mengalir di tubuh Zack dan Alzard.Tidak ada alasan bagi Mami untuk tidak setuju. Alzard bersikeras ia membutuhkan Mami meski telah menikah. Zack pun beralasan, Aurora perlu teman untuk mengurus anak-anaknya kelak.“Papi tidak akan kecewa, Mi. Saat mendatangi Aurora, P
Read more

173. Masalah Besar

“Ada masalah apa?” Aurora bertanya saat melihat Zack termenung di depan jendela ruang kerja.Saat sadar Aurora yang mengangkat telepon, Zavian beralasan ada masalah dengan bisnis mereka. Asisten pribadi Zack itu langsung menutup telepon.Setibanya di kastil, Aurora dan Zack langsung ke kamar Haven. Bayi tampan itu sedang tidur hingga akhirnya Zack pamit pada istrinya untuk ke ruang kerja.“Masalah bisnis kami, Sayang.” Zack tersenyum simpul pada Aurora.“Apa artinya kita harus segera pulang?”Tatapan Aurora yang menginginkan jawaban membuat Zack terdiam sesaat. Jika boleh, ia bahkan ingin tinggal di kastil saja daripada harus menghadapi masalah yang baru ia terima.“Tidak, Sayang. Kita pulang sesuai jadwal saja.”Hembusan napas penuh kelegaan terdengar dari hidung Aurora. Wanita cantik itu mengecup pipi suaminya dan pergi agar Zack dapat melanjutkan pekerjaannya.Hari-hari berikutnya Zack terlihat lebih pendiam. Bahkan saat menemani Haven, lelaki itu tidak seaktif seperti biasanya.Pe
Read more

174. Sulit Berpikir

“Aurora pulang dulu, ya, Kek.” Aurora berkata sambil mencium kedua pipi Kakek Viscout.Lelaki tua itu tersenyum dan mengelus kepala cucunya. “Ini juga rumahmu, Aurora. Di sini lah tempatmu pulang.”“Iya, Kek. Tempat tinggal Aurora banyak.” Wanita cantik itu mengerling manja.Kakek Viscout hanya terkekeh. Mereka melirik Zack dan Vigor yang masih berbincang. Sambil menunggu, Kakek bermain dengan Haven.“Mulai besok, Kakek sudah akan mulai membuat taman bermain. Mumpung tidak ada Haven. Kakek takut kalau Haven di sini saat ada renovasi akan banyak debu.”“Kakek terbaik. Nanti kirimkan foto perkembangannya, ya, Kek.”Kepala Kakek Viscout mengangguk. Ia mengatakan sudah memberikan desain pada Zack. Mungkin Zack lupa memperlihatkannya pada Aurora.“Beberapa hari ini Zack agak tidak fokus, Kek. Katanya ada masalah dengan bisnisnya.”Tatapan Kakek Viscout beralih dari Haven ke Zack. Ia tidak percaya masalah bisnis bisa membuat Zack tampak tegang. Meskipun saat bersama Aurora dan Haven, Zack t
Read more

175. Benih Masa Lalu

Zack meminta Zavian keluar bersama anak lelaki itu. Kini, ia hanya berdua dengan Amber. Wanita di masa lalunya yang paling sering menemani dan menghangatkan ranjangnya.“Kau tampak mengerikan, Amber.” Zack mengamati keadaan wanita yang duduk di kursi roda di depannya.Wanita itu terkekeh, mirip seperti dengusan kasar. Lalu susah payah berkata, “Aku sudah menikmati surga dunia, aku sudah siap masuk neraka.”“Kau seperti menantang Tuhan.” Zack menggeleng melihat nasib Amber.“Aku tidak memiliki banyak waktu, Zack. Kukembalikan benih yang kau tanam di rahimku kepadamu.” Amber tersenyum yang malah membuat wajahnya semakin menyeramkan di mata Zack.“Aku sudah menyuruhmu membuangnya. Itu kesalahanmu sendiri. Bahkan aku sudah memberimu banyak sekali uang.”“Terlambat. Saat itu, tidak ada satu pun dokter yang mau menggugurkan kandunganku karena sudah besar.”Amber menyadari dirinya hamil saat usia kandungannya sudah masuk empat bulan. Ia pergi ke rumah sakit karena merasa perutnya kram saat b
Read more

176. Jaga Rahasia

“Apa kamu tidak lelah?”Aurora menatap Zack yang sedang mengganti popok Haven. Saat ini sudah hampir pukul dua dini hari. Mereka terbangun karena mendengar Haven merengek melalui baby monitor.“Ngantuk. Tapi, tak apa, Sayang. Kamu juga masih pemulihan.” Zack mengangkat Haven yang kini sudah menggunakan popok bersih.Setelah menggunakan masker wajah, Aurora duduk di sofa menyusui. Zack mendudukkan Haven di pangkuan Aurora.“Haven terlihat tidak suka kau memakai masker.” Zack terkekeh sambil mengelus kepala putranya.“Pertama kali aku memakai masker, Haven memang rewel. Ia menggapai-gapai wajahku seolah ingin melepas masker ini.”“Haven ingin melihat wajah cantik Mommy saat menyusu. Iya kan, Haven?”Putra tampan itu sudah terlelap. Zack meraih tubuh kecil itu ke dalam dadanya lalu menidurkan kembali ke ranjang bayi.Aurora dan Zack keluar dari kamar bayi. Zack menggengga
Read more

177. Anak Siapa?

Tiba di rumah, Aurora masih terlihat sibuk mengurus Haven. Zack kembali mengurung diri di ruang kerja dan merenungkan nasibnya. Lelaki itu berkali-kali mengembuskan napas panjang.Langit di luar balkon ruang kerjanya tampak gelap. Zack mencari satu bintang yang berharap dapat menjadi solusi dari masalahnya. Sayangnya, langit pekat itu sama sekali tidak berhias benda-benda langit.“Zack?”Aurora masuk ke dalam ruang kerja dan menemukan Zack yang berdiri mematung. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana panjang. Suaminya itu bahkan tidak menoleh karena tidak mendengar ia masuk dan memanggilnya.Kedua tangan Aurora melingkari pinggang Zack. Lelaki itu terkejut merasakan pelukan dari belakang tubuhnya. Ia lalu melapisi tangan itu saat sadar yang mendekapnya adalah Aurora.“Ada apa di langit?” Aurora meletakkan sisi wajahnya di punggung Zack.“Justru aku sedang mencari-cari karena tidak menemukan satu pun di atas sana.”Aurora terkekeh kecil. Ia melepaskan pelukan lalu bergeser ke depan
Read more

178. Mau Pulang

“Aurora.” Zack langsung menghampiri istrinya dengan wajah panik. “Sayang?”“Si—Siapa dia? Kenapa wajahnya mirip denganmu?” Aurora masih menatap anak lelaki di depan mereka dengan wajah bingung.Zack segera membawa Aurora keluar. Ia menuntun Aurora ke mobil yang terparkir di halaman belakang rumah sakit.“Ada apa, Zack? Kenapa ke sini? Haven ada di mobil bersama suster.” Aurora mengamati sekeliling mereka.“Tenang dulu, Sayang. Aku mau menjelaskan sesuatu padamu.”Aurora duduk menyamping menghadap Zack. Lelaki itu terbata menceritakan tentang anak lelaki yang baru saja Aurora lihat.Rasanya Zack tidak dapat menghitung berapa banyak kata maaf yang telah ia ucapkan. Dan semua itu tidak cukup saat melihat Aurora tampak tegang.Detik berikutnya, Aurora membuka pintu mobil dan berlari keluar. Zack yang berusaha mengikuti tertinggal jauh karena terhalang troli makanan di depannya.“Aurora!” Tak perduli, ia berada di mana, Zack berteriak.Namun, Aurora tetap berlari. Ia tidak memperdulikan pa
Read more

179. Wanita Sekarat

Memangnya tidak cukup ia bisa menerima Zack saat ini? Kenapa sampai harus ada anak dari wanita lain di antara mereka?Apa nanti Zack akan pilih kasih antara anak darinya dan dari wanita lain? Kalau dipikir-pikir, Amber memang wanita yang paling sering menemani Zack.Mungkin jika Zack tidak menikah dengannya, Amber lah yang menjadi istri Zack.Berbagai pertanyaan itu menari-nari di dalam pikiran Aurora. Yang paling membuatnya kesal, Zack menyembunyikan fakta ini. Aurora kini sadar bahwa selama ini yang membuat Zack menjadi lebih pendiam adalah karena anak tersebut.“Menurut berita yang Kakek dapatkan, wanita itu juga sedang sekarat saat ini. Bahkan hidupnya hanya tinggal menunggu waktu saja.”“Aurora tidak tau.”“Maksud Kakek jika wanita itu sekarat dan akan segera berakhir hidupnya, berarti anak itu akan diberikan pada Zack, bukan?”“Tidak tau.” Aurora kembali menggeleng.“Bukankah lebih mudah karena tidak akan ada wanita di antara kalian?”Aurora menatap sang kakek dengan pandangan t
Read more

180. Diblokir

Zack memeluk Haven erat-erat. Bayi tampan itu sampai bangun karena Zack juga menciuminya.Meski terkejut, Haven tampak tenang di pelukan Zack. Bayi laki-laki itu menatap wajah Daddynya, begitu juga dengan Zack. Keduanya seperti sedang mengungkapkan kerinduan dengan bahasa kalbu.Setelah Aurora pergi, Kakek Viscout menelepon Zack. Mengabari bahwa Aurora pergi bersama June. Zack segera datang ke apartemen.“Apa Kakek tidak tau ke mana Aurora pergi?” Zack bertanya sambil tetap memeluk dan memandang putranya.“Menurut pengawal, Aurora dan June sedang mengunjungi Amber.”Tatapan Zack beralih kepada Kakek Viscout. Lalu, lelaki itu mengembuskan napas beratnya.Menurut Kakek Viscout, Aurora tiba-tiba memiliki rencana itu karena sebelumnya ia tidak memiliki niat untuk pergi keluar apartemen.“Jangan khawatir. Ada pengawal yang mengikuti.”Zack menggeleng. “Kondisi Amber tidak mungkin bisa menyerang Aurora, Kek. Tetapi, ia mungkin bisa saja mengatakan hal-hal yang membuat Aurora semakin kesal d
Read more

181. Otakku Buntu

Zack berlari ke kamar utama. Ia hampir menabrak Jeff yang sedang membawa nampan makanan. Kepala pelayannya itu hanya menggeleng, lalu tersenyum kecil memaklumi tingkah tuan-nya.“Aurora, sayang?” Zack masuk dan langsung melihat Aurora di depan jendela.Aurora tidak menoleh. Ia memang telah melihat Zack turun dari mobilnya. Entah bagaimana suaminya itu tau ia telah pulang.Padahal, Aurora sudah berpesan pada Kakek Viscout dan Jeff untuk tidak memberitahukan keberadaannya sekarang pada Zack. Zack membalik pelan tubuh Aurora. Mereka kini bertatapan. Zack tersenyum penuh haru.“Aku tak mengira kamu sudah pulang. Tanpa sadar aku menyetir ke sini. Syukurlah, ternyata ada kamu.”Aurora hanya tersenyum sedikit. Berhadapan dengan Zack, ia sadar dirinya juga merindukan suaminya itu. Hanya saja, rasa khawatir karena masalah anak yang tiba-tiba datang itu masih menguasai emosinya saat ini.“Mana Haven, Sayang?”“Di kamarnya bersama suster.”“Aku minta Haven dibawa ke sini, ya.” Zack segera menga
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
26
DMCA.com Protection Status